NovelToon NovelToon
Sepupuku, Canduku

Sepupuku, Canduku

Status: sedang berlangsung
Genre:Dosen / Cinta Terlarang / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Trauma masa lalu
Popularitas:998.1k
Nilai: 4.9
Nama Author: alfajry

Gagal menikah karena calon suaminya selingkuh dengan sesama jenis, ternyata membuat Bulan tidak lagi menyukai laki-laki bertubuh atletis seperti yang telah menjadi kesukaannya. Dia bahkan menganggap laki-laki bertubuh kekar semua sama seperti Andra, mantan tunangannya.

Lalu ia dikirim ke rumah kakak dari sang ibu, dan bertemu dengan Samudra Biru, sepupu yang sama sekali tak dilirik Bulan karena traumanya terhadap laki-laki. Berbeda dengan Samudra Biru yang ternyata juga dosen Bulan di kampus, Biru menyukai Bulan dengan segala keanehannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alfajry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menggantikan Pengantin Pria

"Masuk, kak."

Bulan melebarkan pintu, sampai Biru masuk, ia menutupnya.

"Duduk, Kak. Mama kayanya udah tidur. Bentar aku liat dulu."

Biru berjalan menuju sofa. Lalu saat ingin duduk, matanya menangkap sekotak besar yang berisi kartu undangan. Ada nama Bulan disana. Lelaki itu pun mengambil selembar.

Pernikahan Bulan dan Andra. Nama lelaki itu terpampang besar bersanding dengan nama Bulan, gadis yang ia cintai. Membuat Biru ingin meremukkan kertas di tangannya itu, kalau saja Anita tidak segera datang.

"Eh, Biru."

Lelaki itu segera meletakkan kertas undangan dan berjalan mendekati Anita. "Tante." Dia menyalami kakak dari mamanya itu. "Maaf ganggu malam-malam."

"Ada apa?"

Biru melirik Bulan sebentar. "Ee, kebetulan ada kerjaan, Tante. Jadi singgah. Siapa tahu Bulan sekalian mau balik besok."

"Oohh." Anita menatap putrinya. "Besok ada acara penting, sebenarnya. Bulan belum bisa balik. Atau mungkin ga balik lagi. Soalnya, Bulan mau menikah."

Biru manggut-manggut. Mendengar kata Bulan mau menikah saja hatinya panas. Padahal dia sudah mendengar penjelasan dari Bulan tadi.

"Biru, kamu nginep disini?"

"Oh, engga, Tan. Biru udah reservasi hotel."

"Ya udah." Anita beralih pada Bulan. "Tawari Biru makan atau minum. Jangan diem aja."

"Iya, Ma." Bulan masuk ke kamar untuk meletakkan tas terlebih dahulu.

"Biru, tante masuk kamar dulu, ya. Ngantuk banget. Udah jam segitu juga." Kata Nita sembari menunjuk jam dinding yang sudah berada di pukul 11 malam.

"Iya, Tante."

Sepeninggal Nita, Biru melangkah menuju kamar Bulan. Bertepatan dengan gadis itu yang baru keluar, Biru mendorongnya supaya kembali masuk.

"Eeh, apa ini kak." Bulan mau tak mau mundur hingga Biru menutup pintu. Ia tak memberi jeda Bulan untuk bertanya kembali, Biru mendorong Bulan sampai gadis itu tergolek di atas ranjang. Dengan cepat Biru merangkak naik dan mengungkung Bulan di bawahnya.

"Kak.. mau apa?" Bisik gadis itu takut-takut. Tentu saja Bulan tak mau dipergoki Anita tengah berdua di dalam kamar seperti ini.

"Saya udah bilang kan, saya kangen." Sebelah tangan Biru mulai mengelus pipi Bulan.

"Iya, tau. Tapi nggak gini juga."

"Saya mau ngehukum kamu!"

Mata Bulan membulat. "Hukum apaa."

"Karena kamu ga bilang saya pulang kesini. Jangan lupakan soal kamu peluk laki-laki lain, kamu juga makan berdua dengan dia. Kalau saya ngga ada, dia pasti juga singgah kesini, kan?"

"Tadi kan, aku udah jelasin!" Bulan berusaha bangkit, tapi Biru yang menahan tubuhnya tak bergerak kala Bulan mendorongnya.

"Kak..." Kali ini suara Bulan terdengar pasrah. Terus terang, dia takut ketahuan.

"Saya cuma khawatir." Ucap Biru tiba-tiba.

"Hm?"

Biru menatap kedua manik hitam Bulan. "Gimana kalau Andra sialan itu ternyata bohongin kamu. Gimana kalau besok dia malah setuju dengan pernikahan kalian."

Bulan melihat kilat cemas di sorot mata Biru. Gadis itu paham kekhawatiran Biru, dan ia pun menaikkan kedua tangan mengelus pipi Biru. "Ngga akan. Kak Andra ga sejahat itu, kok. Percaya aja, ya? Pernikahan aku akan benar-benar dibatalkan besok."

Walau belum yakin pada mantan Bulan, lelaki itu mengangguk saja.

"Ada lagi? Kakak harus pulang. Kita ga bisa kaya gini disini."

"Tapi saya kangen."

"Aku juga. Tapi gak bisa disini. Besok kita pulang bareng, kan? Setelah acara selesai kita langsung berangkat, oke?"

Biru mengangguk-angguk dengan wajah masam. Membuat Bulan gemas melihat pria yang biasa berperawakan garang ini. Dia menarik Biru dan mengecup bibir pria itu. Tentu Biru langsung menyambar dan mendominasi. Decapan dan sesapan terus Biru lakukan sampai akhirnya Bulan yang kehabisan napas.

"Cukup. Kakak harus pulang." Dengan kuat Bulan mendorong Biru sampai tubuh pria itu tergolek ke samping. Namun bukannya ikut bangkit, Biru malah menarik tangan Bulan sampai gadis itu terjatuh di atas tubuhnya.

"Kaak!" Pekik Bulan dengan suara ditekan.

"Satu menit lagi, please..." dengan sengaja Biru menampilkan wajah memelas, supaya Bulan menurutinya.

"Nggak. Cepat pulang!" Bulan bangkit dan membuka pintu kamar lebar-lebar untuk Biru.

Lesu, Biru memendam perasaan kecewanya karena Bulan telah menolak. Dalam hatinya bersumpah akan membalas gadis itu saat sudah berada di rumah besok.

Biru berdiri di depan Bulan, lalu mencuri satu ciuman di bibir gadis itu dengan singkat. "Iya, saya balik. Kamu jangan ngomel-ngomel kaya gitu. Buat saya jadi mau bekap bibir kamu!"

"Cepat, kak!" Bulan tak peduli. Ia mendorong punggung Biru sampai pria itu berhenti di depan pintu rumah.

"Iya, iya. Saya balik. Besok pagi kesini lagi."

"Hah. Ngapain?"

"Mau liat dia nolak pernikahan itu."

"Ngga usah. Kakak ga perlu datang. Pokoknya setelah selesai, kita langsung pulang, deh."

"Tapi saya mau dengar langsung laki-laki itu menolak-"

"Kaak..." tukas Bulan, menatap tegas pada Biru yang terdiam dan akhirnya menghela napas pasrah.

"Oke, oke.."

Cup

Satu kecupan dicuri lagi oleh Biru. "Besok Cepat kasih tau saya, ya."

"Iya. Udah, sana!" Bulan bersiap menutup pintu, namun lagi-lagi Biru mencuri kecup tapi kali ini di pipi.

"Kaaak!"

"Hahaha. Daaah, sayang." Biru terkikik geli melihat wajah sebal Bulan. Dia pun masuk ke mobil dan keluar dari pekarangan rumah kekasihnya.

...🍀...

"Kenapa gitu, Andra?"

Bukan cuma Anita. Cahyati, ibu dari Andra pun sama kagetnya. Pasalnya sejak di rumah, Andra tidak ada bilang apa-apa seolah setuju saja dengan pernikahan yang tak jadi dibatalkan ini.

"Andra, jangan main-main, kamu!"

"Aku ga main-main, Bu. Aku serius, soal pembatalan pernikahan ini." Kata Andra dengan lemah lembut di depan ibunya. Khawatir sang ibu terkena serangan jantung.

"Tapi kenapa, Nak??"

"Karena..." Andra melirik Bulan yang menatapnya dengan penuh harap, bahwa apapun yang keluar dari mulut Andra bisa diterima oleh mamanya dan ibu Andra.

"Karena aku belum mau nikah, Bu."

"Apa-apaan ini, Andra. Kamu permalukan ibu!" Pekik Cahyati menahan malu.

"Maaf, Bu. Aku harap, Bulan bisa menemukan laki-laki yang jauh lebih baik dari aku." Kini Andra menghadap Anita, bersimpuh di hadapannya. "Saya minta maaf, Tante. Bukan berarti saya ngga cinta sama Bulan. Hanya saja, dia berhak mendapatkan yang lebih baik."

"Andraa, jangan bikin malu ibuu.." Cahyati mulai menangis. Dia mengelus-elus dadanya yang mulai nyeri.

"Maafin Andra ya, Bu..."

Anita meremas jarinya. Dia merasa dipermainkan oleh Andra. Padahal jelas lelaki itu datang dan mengucapkan banyak kata-kata manis yang membuat Anita yakin sekali, bahwa Andra mencintai anaknya.

"Maafin aku, Bulan."

"Ngga apa-apa, kak. Aku harap kakak ketemu dengan perempuan yang lebih baik, ya." Bulan sebenarnya merasa tidak enak. Pasalnya disini dialah yang menolak pernikahan itu. Tapi yang terlihat sangat bersalah adalah Andra.

Bulan tahu, dia tidak boleh bahagia di saat sang mama menangis di kamarnya. Setelah kepulangan Andra, Anita langsung masuk ke dalam kamar. Mungkin dia juga merasa malu pada Bulan.

"Ma.." Bulan mengetuk pintu kamar Anita. "Ma, Bulan balik, ya."

Tidak ada suara. Bulan kembali mengetuk. "Ma, Bulan udah masak makanan kesukaan Mama. Nanti Mama makan, ya. Maaf, Bulan ga bisa temenin."

Hening. Benar-benar tak ada suara. Bulan jadi agak khawatir.

"Ma-"

Bulan menoleh ke arah pintu saat mendengar suara ketukan. Biru sudah berdiri di ambang pintu dengan pakaian yang rapi.

"Jadi pulang, kan?" Senyum pria itu mengembang lebar. Padahal Bulan belum bilang apapun soal hari ini.

Gadis itu berjalan mendekat, sesekali melirik pintu Anita. "Kok kesini?"

"Loh, kenapa? Dari tadi saya udah nungguin di depan. Liat ibunya Andra marah-marah sambil masuk ke mobil, saya udah yakin kalau pernikahan kamu dibatalkan."

Mata Bulan menyipit. Melihat wajah bahagia Biru entah kenapa membuatnya agak kesal. Mungkin karena Biru jadi terlihat senang di atas penderitaan mamanya.

"Oh, Biru." Anita baru membuka pintu. Wajahnya terlihat sedikit sembab. Dia berjalan mendekati lelaki itu. "Baru datang?"

"Iya, Tante. Mau tanya Bulan, apa ikut sekalian. Biru mau balik." Ucapnya basa-basi.

Anita menatap putrinya yang tak berani melihat ke arahnya. Gadis itu tahu, sang mama tengah bersedih atas keputusan Andra tadi. Tapi untuk menenangkan, Bulan merasa kaku karena hubungan mereka tidak seakrab itu.

"Ya udah, balik sana." Kata Anita pada Bulan. "Maaf ya, Biru. Tante lagi ga enak badan. Tante tinggal dulu, ya."

"I-iya, Tante."

Mereka berdua memperhatikan Anita sampai wanita itu menutup pintu. Terdengar pula helaan napas Bulan. Dia kasihan, tapi tak mau juga mengorbankan masa depan.

"Yuk."

Bulan mengangguk, lalu menutup pintu rumah dan berjalan lambat bersama Biru menuju mobil. Sepanjang jalan, Bulan masih teringat dengan wajah sedih Anita. Selama ini, ia melihat sang mama selalu cuek terhadap situasi apapun. Tapi kali ini, wanita itu sangat bersedih. Mungkin karena rasa malunya dihadapan tetangga nanti.

Bulan tersentak kecil tatkala tangan kiri Biru mengenggam tangannya. Sesekali lelaki itu melirik sambil terus fokus dengan jalanan di depan.

"Kamu masih mikirin yang tadi?" Tanya Biru.

"Engga, kok. Aku mikirin mama." Jawab Bulan dengan wajah menghadap keluar jendela. Hal itu membuat Biru tidak nyaman. Dia menepikan mobil karena ingin berbicara dengan serius.

"Kenapa?" Tanya Bulan saat Biru menghentikan mobilnya.

Biru membuka seatbelt dan mencondongkan posisi duduk menghadap Bulan. Ia genggam kedua tangan gadis yang wajahnya masih terlihat sedih.

"Kamu kepikiran soal tante yang sedih karena kamu gagal nikah?" Tanya Biru dengan suara yang lembut.

Bulan mengangguk, memberi sedikit senyuman atas perhatian yang Biru berikan padanya. Lelaki itu sampai menghentikan mobil demi bisa fokus berbicara. "Aku juga ngerasa bersalah sama kak Andra. Padahal yang ga mau nikah itu aku. Bukan dia."

Biru diam sesaat mendengar ucapan Bulan. "Seharusnya kamu nikah dua minggu lagi, kan?"

"Iya. Aku yakin Mama pasti malu. Kalau aku batal nikah begini, Mama pasti jadi omongan tetangga."

Biru mengangguk paham. Lalu diam beberapa saat untuk menimbang sesuatu.

"Kalau saya yang gantikan pengantin prianya, bagaimana?"

Mata Bulan membulat lebar. "A-apa.."

"Supaya mama kamu ga malu, kita aja yang nikah. Gimana?"

***To Be Continued***

**Udah DOUBLE UP ya, Thanks VOTE nya✌️**

1
Edah J
Embul mudah terhanyutt yaa... 😁😁😁✌️ sabarr yaa kalian bentar lagi unboxing kok kalau udah halal mh 😁😁😁✌️
moona
ya ampun Mbul jangan kebablasan, tunggu halal dong 😌
Nona Aan Chayank
Alhamdulillah,, mulai teratylg up nya ya kak 😊
Semangat terus berkarya yaa💪💪

Semoga cerita Elian si Manusia Serigala juga dilanjut yaaa 🙏🙏
Ediherianto
romantis banget ya pen biru sm mbul, tp yg sabar ya utk mereka, kan pernikahan mereka sebentar lg, dan utk pak rudi saya senang sekali dgn caranya utk membuat cakra hancur. lanjut pen.
Edah J
Semoga dengan kejadian ini tidak
ada lagi keegoisan hanya untuk mencapai suatu tujuan
sehingga tidak ada perasaan yang tersakiti😉
Edah J
Selalu setia nunggu kak author up lagi dan itu perlu kesabaran😁✌️
🌼🌻🌸🌷🌹 untuk kak author 😉
moona
pen, selesaikan ceritanya si Mbul dan jangan mandek lagi, please🥺🥺🥺
Penulis Amatir: Hehe diusahakan syg
total 1 replies
Ediherianto
syukurlah ya pen pelakunya sdh tertangkap, dan benar dugaan mbul ternyata pelakunya malika, tp kasian banget klu lihat nasib malika ya pen, hanya dijadikan alat utk kesuksesan ayahnya sendiri. up lg pen, semangat.💪
Pieh
semangat othor
Nona Aan Chayank
Akhirnya lanjut ceritanya.. 😍
D_wiwied
kasian jg malika ya dia jd korban keegoisan papanya sendiri, harusnya tu malika dirawat sejak kecil.. duh malah ky iklan kecap /Facepalm//Facepalm/
Penulis Amatir: karena dia kedelai pilihan ya kak/Curse/
total 1 replies
Lia Liya
Alhamdulillah setelah sekian purnama akhir nya di update jugaaaaa /Kiss/
Penulis Amatir: hahaa makasih udah baca kaa
total 1 replies
D_wiwied
duuh sampe hampir lupa sm jalan ceritanya saking lamanya pen, btw makasih dah dilanjut lg ya..
D_wiwied: jangan lama2 up nya pen, dah pingin ke kondangannya bubul ni
Penulis Amatir: Hehe penulis juga lupa kalo ga baca ulang😵😄
total 2 replies
Ediherianto
luar biasa menarik utk dibaca
Ediherianto
alhamdulillah, terima kaaih ssh update ya pen, walaupun lama banget nunggu up, aku td sampai terkejut pen pas baca kaca mobil biru pecah, syukurlah mbul dan biru nggak kenapa2, apa mungkin malika ya pen pelakunya, karena sakit hati ditolak sm biru, salah malika sendiri ya pen, punya cowok sempurna kok ditinggalin. up lg ya pen, oh iya pen tolong dong up lg novel savior in the rain, please.🙏
Ediherianto: sama sama pen👍
Penulis Amatir: siap bos. lagi ditulis. makasih udah nungguin^^
total 2 replies
Siti Nina
Lanjut lagi dong pen ko di gantung gini ceritanya 🤔
Sunari Cucun9
serasa mimpii huaa up lagiii
Edah J
Alhamdulillah kak author up lagi setelah 7purnama terlewati
makasih kak untuk up nya
Ay Ay Aynaaa
mimpi apa aku smlm 🤣 up lg hahaaa
blm baca otw kasih hadiah kopi buat kamuuu,,, ahh senangnyaaa jgn hilang lg ya peenn🥹
Penulis Amatir: siappp🤣
Ay Ay Aynaaa: sama2 🥰
klo ga sibuk up lg yaahh,,, ntar rajin2 ku kasih kopi biar kuat begadang😂
total 3 replies
Pieh
Alhamdulillah... sudah up lagi, pen kemana aja, semoga sehat sehat ya biar terus berkarya, semangattt
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!