Walau sudah menyandang status sebagai istri selama satu tahun, wanita yang bernama lengkap Arina Mafaza ternyata masih perawan. Entah alasan apa sehingga sang suami tidak menyentuhnya.
Dan malam itu Arina harus menerima kenyataan pahit, ia di jebak oleh suami nya sendiri sehingga ia tidur dengan pria yang tidak ia kenal. Hidup Arina benar-benar hancur apalagi saat suaminya justru menuduh dirinya selingkuh.
Namun tidak ada seorang pun tau kalau pria yang bersama Arina malam itu ternyata seorang Milliader.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Indah R Y, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DSDM-Bab 34
Mata Arina berkaca-kaca, penuh kepedihan. Ia memalingkan wajah ke arah jendela, menolak memperlihatkan air matanya kepada Danis. Ia ingin tampak kuat, namun hatinya remuk. Yang ada di benaknya hanyalah Ghazi yang ingin ia peluk.
Danis terdiam, dadanya sesak. Napasnya tercekat melihat sahabatnya begitu hancur. Ia tak tahu harus berkata apa—kenyataan ini terlalu mengejutkan.
"Aku sudah bersama Ghazi selama lebih dari tiga tahun . Tapi Kakakmu baru saja mengambilnya, Danis... dan meninggalkan aku sendiri, hidup dalam kehampaan," suara Arina pecah, tangisnya mulai terdengar.
Danis memandangi wajahnya yang lelah. Arina duduk memeluk dirinya sendiri, tubuhnya gemetar. “Aku mendengarmu, Rin. Aku sungguh mendengarmu,” bisik Danis dengan lirih. “Tapi kamu juga tahu... kemarin kamu bertindak di luar batas. Menampar Kak Arga di depan publik... itu bukan hal kecil. Dia belum pernah dipermalukan seperti itu sepanjang hidupnya.”
"Aku tidak peduli!" seru Arina, berdiri dari duduknya. "Tahukah kau apa yang dia lakukan padaku empat tahun lalu? Dia menghancurkan aku, Danis. Dia mengambil sesuatu dariku... dan aku tidak pernah bisa melupakannya."
Danis memejamkan mata, mencoba bersabar. "Rin, dengarkan aku. Aku tahu dia saudaraku. Tapi aku juga tahu siapa kamu. Dan aku percaya, kalian berdua perlu bicara. Kak Arga bahkan tidak pernah mencium tunangannya selama dua tahun pertunangan mereka. Kau tahu kenapa? Karena dia tidak pernah benar-benar mencintainya."
Arina mencibir. "Lalu kenapa dia memperlakukanku seperti aku tidak penting? Seolah-olah aku hanya wanita yang bisa dia gunakan lalu buang?"
Danis mendekat, menggenggam tangan Arina. "Karena dia takut, Rin. Takut pada apa yang dia rasakan padamu. Kau mungkin wanita pertama yang membuatnya kehilangan kendali. Tapi sekarang, dia mencintaimu, dan aku bisa melihatnya."
"Aku tidak akan minta maaf padanya, Danis," ulang Arina, suaranya keras. "Dia harus tahu betapa sakitnya aku. Kau ingin aku memohon pada pria yang pernah menghancurkanku?"
"Kalau kau terus seperti ini, Rin, kau akan kehilangan Ghazi selamanya. Dan mungkin juga kesempatan terakhirmu untuk bahagia. Aku mohon, dekati dia, dengarkan hatinya. Jangan biarkan rasa sakit masa lalu menghancurkan masa depanmu sendiri," pinta Danis sebelum menyalakan mobilnya.
Sepanjang perjalanan kembali ke perusahaan, suasana membeku. Tak satu pun dari mereka berkata-kata. Arina menatap keluar jendela dengan mata kosong. Dalam benaknya, suara anak-anak memanggilnya kembali, membuat dadanya sesak.
---
Sementara itu, Carissa duduk di seberang Mamanya. Sudah lama mereka tidak makan siang bersama. Tetapi hari ini, Carissa tampak seperti bayangan dirinya yang dulu. Tatapannya kosong. Matanya sayu.
Mama Lulu terus mencuri pandang ke arah putrinya. Ia tahu ada sesuatu yang tidak beres. Carissa selalu kuat, bahkan ketika kehilangan calon bayi dulu. Tapi sekarang... ia tampak rapuh.
“Carissa, sayang, kenapa kamu kelihatan begitu terpuruk?” tanya Mama Lulu perlahan. Ia menggenggam tangan Carissa yang tergeletak lemah di meja.
Carissa memaksa tersenyum, tapi hanya sekejap. “Ma... aku tidak kuat lagi. Aku butuh bahu Mama... sekarang lebih dari sebelumnya. Pernikahanku... sedang di ambang kehancuran. Aku kehilangan Mas Mirza, Ma...”
Deg.
Mama Lulu merasa jantungnya melorot ke perut. Ia menatap putrinya dengan pandangan tak percaya. “Apa maksudmu? Apa yang terjadi? Siapa yang berani menyentuh menantuku?”
"Dia berselingkuh, Ma." Suara Carissa bergetar. Air matanya mulai jatuh satu per satu. “Tapi yang lebih menyakitkan... wanita itu adalah orang yang tidak akan pernah Mama bayangkan. Dia adalah Arina.”
“APA?!” seru Mama Lulu. Ia memukul meja dengan keras hingga orang-orang menoleh. “Arina ?,Wanita itu?! Perempuan sialan itu berani menyentuh suamimu?!”
“Ma... aku hancur. Aku tidak tahu bagaimana harus bertahan,” bisik Carissa.
Mama Lulu memeluk putrinya erat. "Kita akan urus wanita murahan itu. Kita akan buat dia menyesal telah mengganggu keluarga kita."
---
Sementara itu, di kantor, Arina berjalan cepat menuju ruangannya. Wajahnya menegang. Ia belum sempat menghapus sisa air mata dari matanya. Namun ia tahu, pekerjaan telah menunggu. Ia harus menyelesaikan rencana dan menyerahkannya sebelum sore.
Baru saja ia duduk, pintu terbuka. Arga masuk.
Arina mengangkat kepala. Matanya dan mata Arga saling bertaut. Ada amarah. Ada luka. Tapi juga... ada keheningan yang membuat jantung berdetak lebih cepat.
"Ada yang bisa saya bantu, Tuan?" tanyanya datar. Tidak ada ketegangan dalam suaranya, namun juga tidak ada kelembutan.
Arga berdiri di ambang pintu. Kedua tangannya masuk ke saku celananya, namun matanya tajam menatap Arina. “Aku tidak datang untuk urusan pekerjaan,” katanya akhirnya. “Aku datang... untukmu, Arin.”
Arina menahan napas. Dinding pertahanannya mulai retak. Tapi ia tidak akan membiarkan dirinya goyah. Belum sekarang.
“Saya akan menyelesaikan rencana itu, dan akan saya serahkan sebelum sore. Tak perlu khawatir.”
"Aku tidak peduli soal rencana itu!" Arga menatapnya dalam-dalam. “Aku peduli tentang kita. Tentangmu. Tentang anak kita.”
Arina berdiri. “Anak kita?” ulangnya lirih. “Kau bahkan tega membiarkan aku pergi dan mengambil Ghazi dariku. Sekarang kau bicara tentang ‘kita’?”
Arga melangkah maju. “Aku membuat kesalahan. Tapi aku tidak pernah berhenti mencintaimu. Empat tahun lalu... malam itu... aku—”
"Berhenti!" potong Arina, matanya mulai membasah lagi. “Aku tidak ingin mendengar alasanmu. Kau sudah membuat keputusanmu. Dan sekarang aku harus belajar hidup tanpa anakku.”
Arga maju lebih dekat. Ia menggenggam lengannya dengan lembut. “Kalau begitu... biarkan aku memperbaikinya. Kita mulai dari awal, Arin. Bersamaku.”
Arina berdiri terpaku. Hatinya berteriak. Kepalanya penuh pertanyaan. Tapi satu hal pasti: luka mereka belum sembuh, dan perjalanan menuju penyembuhan... baru saja dimulai.
❤❤❤❤❤❤
ya anakmu ttp haram lah walau di nikahi danis,gk bisa pake marga bpknya kl perempuan Danis tak bisa jd walinya. gk bisa dpt warisan bhkan hbis nikah pun gk boleh di kumpuli suami smp hbis lahiran, set br akad lagi.
rumit hukum nya kl hamil di luar nikah kita tak bisa nuntut nafkah, Danis kl mmberi uang itu bkn nafkah tp kayak sedekah saja.
😀😀❤❤❤❤
❤❤❤❤❤❤
❤❤❤❤
Arga kesirep...
❤❤❤❤❤❤