Demi menghindari kekasihnya yang overprotective, kasar, dan pemarah, Cathleen terpaksa menjebak seorang pria di sebuah club malam. Dia bermaksud untuk mendesak dan meminta pertanggung jawaban orang itu untuk menikahinya setelah kejadian tersebut.
Pria yang dijebak oleh Cathleen adalah Gerald Gabriel Giorgio. Seorang pria berhati dingin yang masih mencintai sang kekasih yang sudah lama menghilang akibat sebuah insiden.
Namun, tak disangka, rencana Cathleen tidak sesuai dengan harapannya.
.....
“Berapa harga yang harus ku bayar untuk tubuhmu?”
“Aku bukan wanita malam yang bisa dibayar menggunakan uang!”
“Lalu, apa yang kau inginkan?”
“Kau harus menikahiku!”
“Tidak!”
Gerald menolak permintaan Cathleen dengan tegas. Mampukah Cathleen memperjuangkan agar rencana awalnya bisa tercapai? Ataukah dia harus melanjutkan hidup dengan sang kekasih yang overprotective, kasar, dan pemarah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NuKha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 35
Gerald langsung masuk ke dalam ruangan yang biasa digunakan untuk bermain game. Ia meletakkan paket ke atas meja di dekat komputer. Tangan kekar itu melepas jaket, sebelum membuang secara asal, ia mengambil ponsel yang ada di saku kain tersebut.
Sebelum membuka isi paket belanjanya, Gerald mengambil magsafe atau charger magnet. Ia ingat kalau ponselnya kehabisan daya baterai, sehingga pria beraura dingin itu menempelkan gawai ke alat pengisi energi untuk smartphonenya.
Gerald membiarkan gawai itu di atas meja. Ia tak menghidupkan terlebih dahulu, karena ponsel keluaran perusahaan asal California itu akan otomatis hidup ketika baterai sudah terisi.
Sementara menunggu layar berukuran enam koma tujuh inch itu menyala, Gerald duduk di atas kursinya yang paling nyaman untuk dia menyendiri. Pria tersebut menarik laci meja, mengambil silet. Ia siap membuka box paket.
Dengan santai, Gerald mengeluarkan joy stick keluaran terbaru. Benda itu sebagai amunisi untuk bermain game di dalam sana.
Anak Tuan Giorgio itu masih tak mengeluarkan suara apa pun sampai sekarang. Ia justru nampak mencoba peralatan game yang baru saja dibeli.
Gerald tetap saja melakukan aktivitas seperti biasa. Ia tidak mencari atau bertanya di mana keberadaan Cathleen, sang istri sementara. Bahkan pria itu tidak terlalu menganggap serius pernikahan yang sudah dilakukan. Gerald masih merasa dirinya seperti seorang lajang.
Mata Gerald yang tadinya terfokus untuk bermain game, kini beralih melirik ke arah ponsel yang mulai menyala. Padahal kurang dari satu menit yang lalu baru saja hidup secara otomatis. Pasti ada notifikasi masuk jika seperti itu.
Gerald memegang joy stick di tangan sebelah kiri, sedangkan bagian kanan digunakan untuk mengambil ponsel. Mengarahkan layar ke wajah supaya lock screen terbuka.
Pria itu membuka notifikasi yang menunjukkan puluhan pesan masuk dan panggilan tak terjawab dari nomor yang tidak dia simpan. Gerald pun membuka dan membaca isi chat tersebut.
Alis sebelah kiri Gerald terangkat saat membaca nama si pengirim pesan. “Untuk apa dia menungguku di sini?” gumamnya. Justru bingung sendiri dengan Cathleen yang seperti terus mengejar dirinya.
Gerald terus menggulir dan membaca isi pesan sampai ke bawah. Ia mengedikkan bahu, lalu menutup aplikasi whatsapp tanpa membalas, dan meletakkan ponsel ke atas meja lagi. “Mungkin dia sudah pulang juga.”
Setidak antusias itu Gerald pada sang istri. Ia masa bodo dengan Cathleen. Toh sudah memenuhi keinginan wanita yang meminta pertanggungjawaban untuk dinikahi juga.
Gerald melanjutkan aktivitasnya bermain game, keseharian anak Tuan Giorgio itu memang senang sekali menghabiskan waktu bersama permainan digital.
Setelah satu jam menghabiskan waktu di depan monitor berukuran lima puluh inch, Gerald menghentikan kegiatan yang mengasyikkan tersebut ketika mata mulai terasa lelah. Ia meninggalkan ruangan itu, berpindah ke kamar untuk membersihkan tubuh setelah seharian keluar mencari kekasihnya yang tetap belum ditemukan sampai detik ini. Entah berada di mana Chloe sekarang.
Saat mengguyur kepala menggunakan shower, isi pikiran Gerald mendadak seperti diputari oleh puluhan pesan yang dikirimkan oleh Cathleen. Ada salah satu kalimat yang membuatnya berpikir. “Apa dia sungguh menungguku sampai kembali? Sepertinya tidak mungkin. Pasti wanita itu akan pulang, toh ini sudah dini hari. Mana mungkin dia menungguku selama ini.”
Gerald masih santai saja seperti biasa. Ia memakai boxer, mengeringkan rambut terlebih dahulu, barulah merebahkan tubuh untuk tidur.
...*****...
...Liat tuh Cath, akibat tidak bersyukur udah dikasih Edbert yang overdosis cinta ke kamu, sekarang malah dapetnya suami yang ga peduli. Mamam dah tuh kebebasan wkwkwk *tawa jahat*...