NovelToon NovelToon
Adik Iparku, Mantan Kekasihku

Adik Iparku, Mantan Kekasihku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Selingkuh / Cinta Terlarang / Saudara palsu
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: Amy Zahru

Karma? Apa benar itu yang terjadi padaku? Disaat aku benar-benar tidak berdaya seperti ini.

Bagaimana mungkin aku meghadapi sebuah pernikahan tanpa cinta? Pernikahan yang tidak pernah ku impikan. Tapi sekali lagi aku tak berdaya. Tidak mampu menentang takdir yang ditentukan oleh keluarga. Pria yang akan menikahiku...aku tidak tahu siapa dia? Seperti apa sifatnya? Bagaimana karakternya? Aku hanya bisa pasrah atas apa yang terjadi dalam hidupku.

Aku sebenarnya masih menunggu seseorang dari masa laluku. Seorang pria yang sangat ku cintai sekaligus pria yang telah ku lukai hatinya. Nando Saputra, mantan kekasihku yang telah memutuskan pergi dariku setelah aku dengan tega mengusirnya begitu saja.

Sekarang rasa menyesal kembali menghatuiku saat ku tahu sebuah fakta yang lebih mengerikan...dia Nando, pria yang selama ini ku rindukan adalah adik dari pria yang menikahiku. Rasanya aku ingin bunuh diri saat ini juga....!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amy Zahru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

31. Mencoba Melindungi

Malam itu, aku duduk di kursi samping ranjang Nando. Tanganku sibuk memegang gelas air, sementara tatapanku terpaku pada pil kecil di tanganku.

Obat itu… racun yang dikemas rapi.

Ali menitipkan pesan sebelum berangkat lembur, “Pastikan Nando minum obatnya, Aura. Itu penting untuk pemulihannya.”

Aku hanya tersenyum dan mengangguk saat itu, tapi sekarang, tubuhku terasa memberontak.

Aku menoleh pada Nando yang sedang menatapku lemah.

“Kak… obatnya mana? Biasanya jam segini aku minum,” katanya dengan suara serak.

Dadaku nyeri. Aku ingin menangis mendengar kepatuhannya yang polos. Ia percaya begitu saja bahwa pil itu menyembuhkannya, padahal justru merampas hidupnya sedikit demi sedikit.

Aku tersenyum kecil, berusaha tenang.

“Air putih dulu aja ya, biar segar. Obatnya… nanti,” kataku sambil menyodorkan gelas.

Ia menurut, meminum air itu sampai habis, lalu kembali berbaring. Aku menatap pil di tanganku. Tanpa ragu, aku selipkan ke dalam kantong bajuku.

“Tidur aja ya, Nando. Biar aku jagain,” bisikku sambil merapikan selimutnya.

Hari berganti hari, aku mulai membuat pola. Setiap kali Ali menanyakan obat, aku katakan Nando sudah meminumnya. Aku pastikan kotak obat itu tetap berkurang, agar Ali tak curiga.

Kadang aku membuangnya di wastafel, kadang aku sembunyikan di laci tersembunyi.

Dan perlahan… aku melihat perubahan.

Di hari ketiga tanpa obat, Nando tampak lebih bertenaga. Ia tidak hanya tidur, tapi mulai mengajak bicara. Ia bahkan bisa membaca buku beberapa halaman tanpa mengeluh pusing.

“Heran ya, Kak. Biasanya aku ngantuk terus. Tapi sekarang rasanya lebih ringan. Mungkin aku mulai sembuh ya?” katanya sambil tersenyum.

Aku hampir menangis, menahan air mata agar tidak jatuh. Aku ingin sekali memberitahunya kebenaran, bahwa ia mulai bebas dari racun yang membuatnya lemah. Tapi aku tak boleh gegabah.

Namun, kebahagiaan itu tak sepenuhnya menenangkan. Suatu malam, saat aku menyiapkan teh hangat di dapur, aku mendengar langkah kaki masuk. Ali.

“Aura,” panggilnya. Suaranya datar, tapi aku merasa dingin menjalari kulitku.

“Obat Nando habis setengah kotak, kan?”

Aku menoleh cepat, mencoba tersenyum.

“Iya. Dia rajin minum, seperti biasa.”

Ali menatapku lama. Tatapan itu tajam, seperti sedang menyelami pikiranku. Aku memalingkan wajah, pura-pura sibuk menuang teh.

“Baguslah kalau begitu,” katanya akhirnya.

Ia berjalan ke arah kamar Nando, sementara aku menggenggam cangkir teh dengan gemetar.

Ya Tuhan… kalau suatu hari Ali tahu aku menghentikan obat itu, apa yang akan terjadi?

---

Ali datang ke kamar Nando yang sudah tertidur pulas. Ia mengecek kotak obat lalu tersenyum puas karena tersisa sedikit.

"Ternyata, Aura jujur. Dia merawat kamu dengan baik"

Namun ada getir pahit dalam ucapannya. Perlahan, tatapannya menuju Nando. Wajah polos adiknya yang sedang tertidur seolah karena efek obat padahal nyatanya, Nando tertidur setelah makan malam dan baca buku.

"Maafkan aku Nando, tapi aku tidak bisa membiarkan ingatanmu kembali. Kau akan tahu siapa aku." ada jeda panjang. Ali memejamkan mata sejenak, muncul sesak didadanya sebelum melanjutkan dengan lirih.

"Aku tidak bisa membiarkan kau dan Aura kembali bersama...!"

Benar.

Ali memang akhirnya menyelidiki tentang masa lalu Aura dan secara kebetulan, ia menemukan buku harian yang sering Aura tulis. Ali membacanya dan murka itu berkecamuk dari dalam dirinya.

Ali ingin marah namun ia tak bisa. Ali terlalu mencintai Aura dan begitu menyayangi Nando adiknya.

Jalan satu-satunya adalah membuat Nando tak mengingat masa lalu, meski akibatnya cukup fatal bagi Nando.

Tangan Ali mengelus kepala Nando dengan pelan. Berucap lirih..."Kakak menyayangimu, Nando. Tolong jangan benci aku. Aku melakukannya untuk kebaikan bersama"

Dalam kelopak yang terpejam Nando mendengar. Dia tak sepenuhnya tidur.

Nando masih tak mengerti kenapa kakaknya meminta maaf? Di saat harusnya dirinya lah yang meminta maaf dan ampunan kakaknya?

Ali adalah kakak yang baik dan Nando tak akan membiarkan ingatan masa lalunya menghancurkan hubungan mereka.

1
Desi Oktafiani
Aku berharap kisah ini tidak berakhir terlalu cepat, cepat update ya!
Dzakwan Dzakwan
Cerita ini keren banget, susah move on!
Ami Zahru: Terima kasih /Smile/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!