Okky dermawan diberi waktu selama tiga puluh hari oleh sang bunda untuk mendapatkan calon istri.
Bagaimana perjalanan Okky menemukan jodohnya. Semulus kulit bayi ataukah semulus kulit durian?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon phita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Galau beda versi
Okta terkejut saat melihat kakaknya pulang dengan baju pasien rumah sakit langganan keluarga mereka.Dia bejalan mendekati Okky, meneliti penampilan kakaknya. Bahkan mengendus endus tubuh kakaknya.
Okkypun merasa risih karena di endus endus, "Ngapain sih ta?" dia menjauhkan wajah Okta dari tubuhnya.
"Kakak sakit?" tanya Okta dengan wajah curiga
"Kemarin…sekarang sudah enggak" Okky menjawab dengan santai, seolah tak ada yang perlu dikhawatirkan.
Okta mengesah, "Kok kakak nggak ada ngabarin orang rumah. Mas Ammar sama Bunda tahu nggak, kok mereka nggak ada yang cerita sama aku" tanyanya. Intonasi bicaranya mulai meninggi. Dia bukan marah, tapi khawatir.
"Nggak ada yang tahu…aku sengaja nggak kasih tahu siapapun" Okky mencondongkan badannya, dan mendekatkan bibirnya ketelinga Okta. "Ada Kina yang merawat dan menemaniku" bisiknya, lalu menegakkan tubuhnya dan menempelkan telunjuknya dibibir sambil tersenyum. "Sssttt…" dia mengerlingkan mata.
Bukannya ikut tersenyum, Okta malah memandangi wajah kakaknya, lekat, dengan mata berkaca kaca. "Kak…kakak kawin lari aja sana, sama Kina. Aku dukung kalian 100%. Nanti kalau Kina hamil, Bunda mau nggak mau bakalan nerima kok" tuturnya dengan suara serak.
Okky tertawa, "Kamu kayak nggak tahu Kina aja, mana mau dia diajak nggak bener begitu" Okky mengelus rambut adiknya dengan lembut. "Cukup doakan kakak, siapa tahu doa ibu hamil diijabah sama Allah. Ya!" kata Okky dengan begitu lembut. Okta hanya mengangguk.
"OKKY! " Pekik ibu Suri dari arah tangga, dia berjalan dengan tergesa gesa. "Bisa bisanya matiin…" dia diam begitu melihat anaknya mengenakan baju pasien rumah sakit. "Kamu sakit?" tanyanya dengan suara pelan.
"Enggak Bunda, ini aku sehat" dia tersenyum. Ibu Suri diam dan menunduk. Entah apa yang sedang dia fikirkan.
Ali datang dengan menenteng barang barang Okky. Ketiganya menoleh saat mendengar suara langkah kaki. Okta terpesona saat melihat wajah tampan Ali yang kearab-araban itu.
"Kak, ini siapa? Ganteng…" Okta menatap Ali dengan mata berbinar-binar.
Okky menjitak kepala adiknya, "Ini sekertaris kakak yang baru, kakak bilangin Ammar ya…"
"Kenapa, kan cuma kagum" Okta mencebik, "Siapa tahu besok anakku bisa mirip dia. Boleh elus perut aku nggak?" tanyanya pada Ali.
"Maaf bu, saya tidak berani" Ali membungkukkan badannya sedikit.
"Hehe…aku juga cuma bercanda kok" ucapnya saat merasakan kehadiran Ammar dibelakangnya.
Ammar bersedekap, "Elus aja mas, nggak apa-apa. Nanti saya ambilkan kanebo, biar kinclong" ucapnya dengan nada bicara normal, tapi matanya menatap Okta dengan tajam.
"Ih…sayang! Memang aku mobil dilap pake kanebo!" Okta menubruk tubuh suaminya dan menggigiti dada suaminya dengan gemas. "Jahat!" rengeknya.
"Makanya nggak usah genit!" Ammar merangkul bahu istrinya, "Ayo sarapan dulu" lalu mereka berjalan kemeja makan masih dengan ceramah dari Ammar yang kesal dengan keganjenan istrinya semenjak hamil. Kata 'bawaan bayi' selalu jadi senjata pamungkas istrinya.
Okky dan Ali menuju kekamar Okky. Setelah meletakkan barang barang, Ali turun kembali dan dipersilahkan ikut sarapan oleh Ibu Suri. Ali melihat ibu Suri sangat berbeda dengan beliau saat datang kekantor waktu itu. Beliau terlihat baik, bahkan cukup ramah pada Ali.
Memang dasarnya Ibu Suri itu baik, dia tak pernah memandang orang dari status sosial. Sayangnya, semakin tua, sifat egoisnya semakin mendominasi, mudah ngambek dan semua kemauannya harus dituruti, seperti anak kecil. Jika anak anak mudah dinasehati, berbeda dengan orang tua seperti Ibu Suri.
……
Meeting berjalan dengan lancar, beberapa kebijakan telah diputuskan secara bersama sama. Mau tak mau, pengurangan karyawan jadi solusi satu satunya untuk memangkas pengeluaran perusahaan.
Okky termenung diruang kerjanya. Memikirkan nasib karyawan yang akan terkena pengurangan. Semua berawal dari keserakahan beberapa orang yang dipercaya memegang jabatan, namun karyawan yang tidak tahu menahu harus ikut merasakan imbasnya.
Semua keputusan sudah ia limpahkan ke pihak HRD untuk memilih yang akan bertahan dan yang akan di putus kontrak. Masalah tentunya belum usai sampai disini saja. Dia masih harus memgembalikan kepercayaan masyarakat terhadap produk produk buatan pabriknya. Dan…memikirkan uang pesangon.
Tok
Tok
Tok…
"Masuk" Okky mempersilahkan tamunya.
Ali datang dengan setumpuk laporan. "Permisi pak, ini laporan mingguan yang harus bapak tanda tangani" tuturnya dengan sopan.
"Duduk Li!"
Lalu keduanya sibuk dengan berkas berkas, sambil membahas masalah perusahaan. Setelah dua jam, Okky menarik tangannya keatas untuk peregangan, karena punggungnya terasa kaku dan pegal. Ali ingin sekali melakukan hal yang sama, tapi mana berani dia.
"Li, eh mending panggil kamu Al apa Li sih? Rasanya sama sama nanggung"
"Yang menurut bapak nyaman saja"
"Li aja deh, nanti kalau Al dikira mas Al yang disinetron itu, idolanya Bunda sama Adik saya yang ganjen tadi"
"Li, kamu suka sama Kina kan?" tanya Okky tiba tiba, membuat Ali salah tingkah.
"Hah…ma…maksud bapak?" Ali jadi tergagap gagap.
Okky menyandarkan punggungnya, "Udah nggak usah pura pura, saya tahu kok. Li, tapi saya setuju kalau kamu deketin Kina, kamu sama dia cocok" ujarnya, tapi dia tidak sepenuhnya ikhlas saat berkata begitu.
"Saya nggak berani pak"
"Kenapa?"
"Emm…ada sesuatu yang nggak bisa saya ceritakan, karena ini menyangkut aib keluarga saya. Kina perempuan yang istimewa, dia berhak mendapatkan pendamping yang lebih baik dari saya. Lagi pula ada seseorang yang mencintainya begitu besar, dan saya tidak mampu besaing dengan beliau"
Okky tersenyum miring, "Kamu tahu?" tanyanya dengan kepala tertunduk.
"Tahu pak, maaf"
"Apa…kelihatan sekali Li?"
"Emmm…lumayan pak, anak anak marketing sepertinya juga mulai curiga dengan hubungan bapak dan Kina" Okky hanya mengangguk-anggukan kepala
"Li, saya sebentar lagi akan menikah. Saya tidak tenang kalau nantinya Kina jatuh kepelukan laki laki yang tidak baik, tidak benar benar menyayanginya. Dia itu hidup sebatang kara, walaupun masih ada ayah, tapi saya juga nggak tahu ayahnya dimana, dia nggak pernah cerita. Saya harap, kamu mau mempertimbangkan untuk mendekati Kina, siapa tahu kalian jodoh. Saya akan tenang jika Kina bersama kamu" tuturnya, seperti ayah yang sedang menitipkan anak perempuannya pada calon suami. Ali hanya menunduk diam, dia tak tahu harus bilang apa.
Mendekati Kina tentu saja Ali sangat ingin, apalagi saingan terberatnya, Okky, akan segera menikah. Artinya kesempatan Ali semakin terbuka lebar. Tapi, dia ragu, dia takut. Dia belum berani memasukkan seorang wanita kedalam hidupnya, dan secara tidak langsung, menyeret wanita itu kedalam pusaran masalah keluarga besarnya.
Saat Ali dan Okky sedang sibuk diruang kerja. Kina diam diam meletakkan makanan dan minuman, diatas meja kerja Ali. Dibawah botol minuman diselipkannya selembar sticky note bertuliskan, Dari Kina .
Ali terkejut mendapati makanan dan minuman diatas meja kerjanya, lalu tersenyum saat membaca tulisan di sticky note bergambar anak ayam kartun yang lucu, hatinya berdebar. Walaupun sebenarnya dia bingung, kenapa Kina tiba tiba memberinya makanan dan minuman.
Okky memperhatikan Ali yang terlihat melamun dan sesekali bibirnya menyunggingkan senyum tipis, tangannya memegang botol minuman dan kotak makanan yang cukup Okky kenali pemilik benda tersebut. Hatinya tiba tiba nyeri, Kina memberi makanan dan minuman untuk Ali. Lalu terbersit sebuah tanya dihatinya, apakah Kina menyukai Ali?. Okky menghela nafas berkali kali, padahal beberapa menit yang lalu dirinya meminta Ali mendekati Kina, tapi ternyata hatinya belum rela Kina dimiliki pria lain.
Sedangkan si pelaku pengirim makanan yang membuat dua laki laki dilantai teratas kantor jadi galau dengan dua versi yang berbeda, malah sibuk menimang nimang 'anak anak' nya. Melantunkan shalawat sebagai pengantar tidur siang mereka.
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
komunikasi itu penting..
adoiii...yg bukan2 je