NovelToon NovelToon
Regret By Mendayu Aksara

Regret By Mendayu Aksara

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Playboy / Janda / Cerai / Percintaan Konglomerat / Obsesi
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Mendayu Aksara

‎"Mas tunggu, dia siapa? Jelaskan pada ku Mas" seketika langkah kaki Devan terhenti untuk mengejar Wanitanya.

‎Devan menoleh pada Sang Istri yang sedang hamil

"Dia pacarku kinara, dialah orang yang selama ini aku cintai. Sekarang kamu sudah tau, kuharap kau mengerti. Aku harus mengejar cintaku, ak tidak ingin Nesa pergi meninggalkan ku."

‎"Mas kamu ga boleh kejar dia, aku ini istri mu, aku mengandung anakmu. Apakah kami masih kurang berharganya di banding wanitamu itu?" tanya Ibu hamil itu tersendat

"‎Maafkan aku Kinara, aku sangat mencintai Nesa di bandingkan apapun."

"Tapi mas..."

Devan segera melepas paksa tangan Kinara, tak sengaja sang istri yang sedang hamil pun terjatuh.

"Ahhh perutku sakit..." Ringis Kinara kesakitan

"Maaf kinara, aku tak mau kehilangan Nesa" Ucap devan kemudian pergi

‎Kinara menatap kepergian suaminya, dan lama kelamaan gelap.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mendayu Aksara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Panggil Saja

Pagi ini, suasana desa masih sama dengan pagi-pagi di hari sebelumnya. Udara nan sejuk berhembus ringan, menyapa siapa saja yang berada di tempat itu.

Tetesan embun, nampak berkilauan di terpa sinar mentari yang seakan masih malu-malu menampakkan diri. Kicau burung dan gemericik air sungai, menambah melodi seolah melantunkan musik pengiring untuk memulai hari.

"Satu suap lagi ya"

Pinta Kinara sambil menyodorkan sendok berisi bubur, pada Pemuda yang saat ini ada di hadapannya.

"Tidak, saya sudah kenyang"

Jawab Briyan sambil menggelengkan kepala pelan.

"Aden baru makan tiga suap, satu sendok lagi ya"

Olok Kinara seakan sedang menyuapi seorang bocah.

"Dari tadi bilang nya selalu begitu, satu suap lagi ya, satu suap lagi. Lalu setelah saya makan, kamu kembali bilang, satu suap lagi ya. Gitu terus"

Gerutu Briyan pada Kinara sembari menampakkan ekspresi kesal layaknya seorang bocah.

Kinara hanya tersenyum melihat tingkah Briyan yang demikian

"Iya Den janji, ini suapan yang terakhir"

Ucap Kinara, masih dengan senyum manis nya sembari menyodorkan sendok.

Terkadang Kinara rasanya ingin tertawa, ternyata seorang pemuda tampan yang terlihat begitu gagah, bisa berprilaku layaknya seorang bocah. Aneh, namun nampak lucu di mata seorang Kinara.

"Ehh, saya berubah pikiran. Saya masih mau makan, tapi kamu suapi saya dengan pelan. Sudut bibir saya masih terasa sakit"

Ucap Briyan sambil memegangi sudut bibir nya.

Kembali Kinara tersenyum

"Baiklah Den" Balasnya tulus.

Sebenarnya, tindakan yang dilakukan Briyan tersebut, bukanlah jati dirinya. Ia juga heran, bila di hadapan Kinara, seakan dirinya menampilkan sosok yang berbeda.

Konyol dan bodoh, tindakan itu lah yang tampak. Terkadang ia menggerutui dirinya sendiri, merasa tiada harga diri lagi bila di depan wanita itu karena tindakan-tindakan bodohnya.

Seperti pagi ini saja, sebenarnya ia bisa makan sendiri. Tapi entah mengapa saat Kinara menawarkan untuk menyuapi, ia seakan tak kuasa untuk menolak.

Saat Kinara telah menyuapi pun, ia selalu mencari alasan agar waktu yang mereka lalui berjalan lambat. Briyan masih bingung dengan perasaan nya kini. Tapi satu hal yang ia tau, ia ingin selalu berada di dekat wanita cantik itu.

Clekk

Pintu ruang puskesmas tiba-tiba terbuka, menampilkan sosok Dimas dengan menenteng kantong plastik yang berisi makanan.

Pagi-pagi sekali, Dimas sudah keluar puskesmas guna mencari makanan pagi untuk Kinara. Layaknya unit kesehatan pada umumnya, tempat tersebut hanya menyediakan makanan untuk orang yang sakit saja.

Tapi, niat awalnya terhenti. Tadinya ia ingin melangkah masuk, namun ia urungkan setalah melihat Kinara yang sedang sibuk menyuapai Briyan.

Perlahan ia menutup kembali pintu ruangan tersebut. Sangat pelan, takut jikalau mengganggu orang yang ada di dalam.

Dimas duduk di kursi kayu panjang yang berada di depan ruangan Briyan. Ia menghempaskan diri kasar.

Entahlah, Dimas hanya tak suka melihat kejadian barusan. Ada suatu perasaan aneh dan tak nyaman setelah melihat Kinara yang sibuk menyuapi Briyan.

"Hufffff"

Helanya kesal.

"Den, kenapa tidak masuk?"

Tanya Kinara yang seketika mengejutkan Dimas

Dengan cepat Dimas menoleh kearah wanita yang saat ini ada di depan pintu, berada tak jauh dari kursi yang Dimas duduki saat ini.

"Oh tak apa, aku tak mau mengganggu kalian" Ucap Dimas spontan.

Entahlah, ia juga tak mengerti mengapa ia berucap demikian.

Kinara mengerutkan kening bingung

"Mengganggu? Aden tidak mengganggu kok. Tadi saya mendengar seseorang membuka pintu ruangan, tapi setelah saya lihat malah tak ada orang. Jadi saya keluar, dan ternyata ada Aden disini"

Jawab Kinara sembari menjelaskan.

"Tak perlu, aku tak mau masuk"

Ucap Dimas ketus.

Melihat itu, Kinara perlahan melangkahkan kaki mendekati Dimas

"Tak apa jika Aden tak mau masuk, kita bicara diluar saja"

Ucap Kinara setelah sukses duduk sempurna di sebelah Dimas

"Tak ada yang ingin aku bicarakan"

Kembali, Dimas berucap ketus.

"Ohh baik lah kalau begitu"

Jawab Kinara tetap dengan nada lembut nya. Kemudian gadis itu beranjak untuk berdiri, guna kembali masuk ke dalam ruangan.

"Tunggu sebentar"

Cegah Dimas, ketika dirasa Kinara akan segera beranjak.

Sejenak, Kinara menghentikan gerak kakinya untuk melangkah. Menghadap sedikit kekiri guna menatap Dimas yang masih dalam posisi duduk.

Dimas pun berdiri, mensejajarkan posisi mereka.

"Ini makanan untuk mu, makan lah. Aku ingin pulang dulu, mengabari Bapak dan ibu. Nanti aku akan kembali menemui kalian lagi"

Ucap Dimas sembari menyodorkan kantung plastik yang sedari tadi ia genggam.

Setelah Kinara menerima bungkusan itu, tanpa menunggu jawaban, Dimas segera melangkah pergi. Menuju motor sport merah miliknya.

Kinara masih tak berucap, ia tetap mematung di tempat.

"Dan satu lagi, sudah ku bilang bukan. Jangan panggil aku Aden, panggil saja Dimas. D-I-M-A-S"

Ucapnya sebelum ia menyalakan mesin motor merah tersebut, yang terpakir tak jauh dari puskesmas.

"Ba ba baik" Jawab Kinara terbata

Mendengar itu, Dimas tersenyum singkat tanpa menoleh ke arah Kinara.

Dengan sigat ia memutar kunci, menarik gas dan perlahan meninggalkan lokasi tersebut.

Sedangkan Kinara, masih tetap setia berdiri di tempatnya. Menatap motor yang melaju tersebut sampai benar-benar hilang dari pandangnya.

Sejenak, ia menatap bungkusan yang barusan Dimas berikan.

"Kenapa dia jadi sebaik ini, sebelumnya bukankah Aden begitu ketus pada ku"

Gumam Kinara sembari mengingat beberapa kejadian saat ia bertemu Dimas tempo hari.

"Ahh sudahlah, harusnya aku berterima kasih padanya. Bukan diam seperti tadi"

Tambah Kinara lagi.

Nampak ia menghela nafas panjang, kemudian beranjak perlahan melangkahkan kaki menuju ruangan Briyan.

................/////////////////////////////////..................

"Nara, terimakasih"

Ucap Briyan tulus pada wanita dihadapnnya tersebut yang masih setia menyuapinya saat ini, walau tadi sempat terhenti karena kedatangan Dimas.

"Tak perlu berterimakasih Den, ini tugas saya"

Jawab Kinara sembari tersenyum hangat

Mendengar kata "tugas saya" dari ucapan Kinara barusan membuat Briyan bingung.

"Maksud mu?"

Tanya Briyan

"Iya ini sudah tugas saya, karena saya, Aden harus terluka dan di rawat. Jadi, mengurus Aden saat ini adalah tugas saya" Jelas Kinara

"Hemmmm"

Gumam Briyan paham

"Nantinya jikalau kamu menjadi istri ku, maka sekalipun aku tak sakit, mengurus ku memang sudah menjadi tugas mu."

Batin Briyan sembari tersenyum dalam diam

"Den, ada apa? Kenapa tersenyum. Apakah ada perkataan saya yang lucu?"

Tanya Kinara bertubi-tubi pada Briyan. Ia bingung melihat Briyan yang tiba-tiba tersenyum sendiri.

"Ahh tidak, saya hanya bahagia karena ada orang yang mau memperhatikan saya" Elak Briyan.

Mendengar jawaban Briyan tersebut, Kinara hanya mengangguk pelan, menandakan ia paham akan kalimat Briyan barusan.

Sesekali, Briyan mencuri pandang pada Kinara

"Akankah gadis ini benar-benar menjadi istri ku suatu hari nanti?"

Batin Briyan dalam hati

Hening, seketika suasana terasa begitu canggung

"Oh iya, nama saya Briyan. Mulai sekarang kamu panggil saja BRIYAN"

Ucap Briyan sambil menekankan nama nya di ujung kalimat, guna memecah hening yang seakan memberi jarak

Sejenak, kinara menoleh, menatap Briyan singkat.

"Ohh Den Briyan toh, Eh Briyan maksud saya" Ucap Kinara mengulangi nama Briyan.

Briyan hanya tersenyum merespon ucapan Kinara barusan.

"Oh iya, Nara sepertinya aku akan segera pulang" Ucap Briyan, muka nya yang tadi menampilkan senyum, kini berubah menjadi datar.

"Iya Den, eh maksud saya Briyan. Nanti setelah dokter mempersilahkan, kamu boleh segera pulang ke penginapan mu" Ucap Kinara

"Bukan Nara, saya ingin kembali ke kota asal saya. Mungkin setelah ini saya akan meninggalkan Desa ini" Jelas Briyan

Tangan yang tadinya cekatan mengaduk bubur, kini seketika terhenti

"Pulang ke kota asal mu?"

Tanya Kinara mengulangi, guna memastikan ucapan Briyan barusan

"Iya"

Jawab Briyan dengan berat hati

"Saya akan selalu mengingat mu, Nara"

Tambah Briyan lagi

.

.

.

.

BERSAMBUNG***

1
Adinda
lebih baik kinara sama briyan daripada dimas Dan devan
Adinda
cocok la briyan sama kinara Daripada dimas
Roxanne MA
OMG ADA DIL RABA🥰
Mendayu Aksara: Iyaa, cantik banget dia itu, cocok ngewakilin Kinara yg 'kata'nya cantik banget juga
total 1 replies
Roxanne MA
wahh ka alurnya seruu bangett
Mendayu Aksara: Wahh makasih kak ❤
total 1 replies
Mendayu_Aksara
Ngakak sih Briyan ini ada ada ajee
Mendayu_Aksara
ihh samaan nama
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!