NovelToon NovelToon
Istri Bodoh Tuan Mafia

Istri Bodoh Tuan Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Bullying dan Balas Dendam / Mafia / Roman-Angst Mafia / Balas Dendam / Mengubah Takdir
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Nadinachomilk

Seyna Darma, gadis yang dianggap bodoh karena trauma kematian kedua orang tuanya, hidup dalam siksaan paman dan bibi yang kejam.
Namun di balik tatapannya yang kosong, tersimpan dendam yang membara.
Hingga suatu hari ia bertemu Kael Adikara, mafia kejam yang ditakuti banyak orang.
Seyna mendekatinya bukan karena cinta, tapi karena satu tujuan yaitu menghancurkan keluarga Darma dan membalas kematian orang tuanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadinachomilk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34 RAYYAN

Dirga menghembuskan napas kasar, tubuhnya jatuh ke sofa dengan keras. Wajahnya yang lelah berubah tegang, rahangnya mengeras saat pikiran buruk satu per satu muncul ditambah Seyna adalah aset berharga bagi dirinya.

"Seminggu?" ulangnya pelan namun dengan raut wajah yang terlihat sangat kesal.

"Itu terlalu lama."

Reni duduk di sampingnya, jemarinya saling bertaut gelisah, ia tahu suaminya pasti khawatir tentang sesuatu.

"Aku juga khawatir," ucapnya lirih.

"Bagaimana kalau selama di sana Seyna benar-benar sembuh? Bagaimana kalau ingatannya pulih sepenuhnya? Dan kalau dia tidak bodoh lagi keluarga kita bisa terancam!"

Dirga menoleh tajam. "Kalau itu terjadi, habislah kita."

Reni mengangguk cepat. "Jangan lupa, warisan kakek… semua aset itu atas nama Seyna. Selama ini kita aman karena dia dianggap tidak stabil. Tapi kalau keluarga Wicaksana dan Adikara ikut campur—"

"Kita akan kehilangan segalanya," potong Dirga dengan suara dingin.

Ruangan itu mendadak sunyi. Hanya suara jam dinding yang berdetak, seolah menghitung waktu menuju kehancuran mereka sendiri.

Dirga berdiri tiba-tiba, mondar-mandir dengan langkah berat dan kesal.

"Kita harus membawa Seyna pulang. Secepat mungkin. Dengan cara apa pun, karena Seyna tidak boleh dibiarkan berkeliaran selain di rumah ini!"

Reni menatapnya, lalu matanya menyipit, seakan sebuah ide gelap baru saja muncul.

"Besok," ucapnya pelan.

"Kita suruh Alisha ke sana lagi. Buat seolah-olah kita mengalah. Bersikap manis dan pura-pura peduli."

Dirga berhenti melangkah. "Dan kalau itu tidak berhasil?Jesika tidak bisa mudah dibujuk kecuali Seyna yang mau kembali sendiri."

Reni tersenyum tipis sebuah senyum yang sama sekali tidak hangat, melainkan senyum seseorang yang terlihat senang jika ornag lain terkena musibah.

"Kita tekan titik lemahnya."

Dirga langsung tahu maksud istrinya.

"Rayyan…"

"Anak itu satu-satunya yang masih bisa membuat Seyna kehilangan kendali dan ia pasti akan nurut jika tahu kita melukai Rayyan," lanjut Reni.

"Kalau Rayyan kenapa-kenapa, Seyna pasti pulang. Tanpa banyak tanya dan ia akan suka rela kembali ke rumah ini tanpa harus ribut dengan Jesika, Jesika juga kalau keinginan Seyna pasti dia akan cepat setuju."

Dirga mengangguk perlahan, ia setuju dengan perkataan sang istri. "Kau benar."

Tanpa berkata lagi, ia melangkah cepat menuju pintu samping rumah. Reni mengikutinya dari belakang, wajahnya tanpa ragu sedikit pun. Namun mereka tidak tahu atau mungkin terlalu yakin bahwa tidak ada yang mendengarkan pembicaraan mereka, tetapi mereka salah bahwa memang ada telinga lain yang sejak tadi mendengar semua percakapan itu.

Di balik dinding, Risa berdiri mematung. Tangannya gemetar, wajahnya pucat. Sejak awal ia tahu keluarga ini kejam, tapi rencana barusan melampaui batas apa pun. Tanpa berpikir panjang, Risa segera mengeluarkan ponselnya dan menekan satu nomor yang sudah dihafalnya di luar kepala. Selang beberapa menit telepon tersebur terhubung

"Nona…" suara Risa bergetar.

"Nona Seyna… mereka mau menyakiti Rayyan. Tuan Dirga dan Nyonya Reni mereka ke rumah belakang sekarang. Bagaimana ini?"

Di seberang sana, Seyna terdiam sejenak. Tidak ada suara tangis. Tidak ada kepanikan. Hanya keheningan yang menekan. Lalu suaranya terdengar nadanya rendah, dingin, dan penuh amarah yang tertahan.

"Jangan biarkan mereka menyentuh Rayyan."

Risa menelan salivanya lalu berkata. "Nona… mereka—"

"Risa," potong Seyna tegas.

"Kamu dengar aku. Awasi mereka dan segera lindungi Rayyan. Apa pun yang terjadi."

"Tapi nona, kalau mereka—"

"Aku belum bisa pulang," ucap Seyna, nadanya semakin tajam.

"Rencanaku belum sempurna. Kalau aku muncul sekarang, mereka akan semakin waspada dan akan mengagalkan rencanaku."

Ia menarik napas dalam-dalam. "Lakukan apa pun yang kau bisa. Aku percayakan Rayyan padamu."

Air mata menggenang di mata Risa. "Baik, nona. Saya akan jaga Rayyan saya janji."

Risa buru buru mematikan teleponnya lalu segera menyeka air matanya dan bergegas berlari kecil mengikuti langkah Dirga dan Reni menuju rumah kecil di belakang bangunan tua yang selama ini menjadi tempat Rayyan disembunyikan dari orang orang luar. Di kejauhan, lampu rumah belakang menyala redup.

Dan di tempat lain, jauh dari sana, Seyna menatap layar ponselnya yang sudah gelap. Tangannya mengepal erat, matanya memancarkan kilat amarah yang sama sekali tidak polos.

"Kalau kalian sentuh adikku…" gumamnya dingin.

"Kalian sendiri yang akan membuka pintu kehancuran bagi keluarga kalian!"

"Siapa yang menelepon Seyna?"tanya Angela yang nampak khawatir.

Seyna segera menoleh laku menghela napasnya.

"Keluarga keji itu ingin menyakiti Rayyan agar aku segera kembali ke rumah itu," ucap Seyna pelan.

Angela yang mendengar itu segera meminta Seyna untuk duduk di pinggir ranjang dan menenangkannya.

"Sudahlah, kita selesaikan dulu disini. Risa pasti akan menjaga Rayyan," ucap Angela sambil menepuk nepuk pundak Seyna.

Seyna mengangguk lalu segera memeluk Angela dengan erat.

"Terimakasih udah msu bantu aku dan udah mau jadi temen aku dari kecil," ucap Seyna pelan.

Angela tertawa lalu raut wajahnya sedih karena ia tahu Seyna berkata dengan tulus.

"Udah ah, jangan buat aku sedih," ucap Angela sambil menyeka air matanya.

.......

Risa segera mengikuti langkah Dirga dan Reni ia segera bersembunyi di balik tiang kayu tua rumah belakang itu, napasnya tertahan saat pemandangan di depannya menampar hati nuraninya dengan kejam. Firasat buruknya terbukti. Rayyan ditarik kasar oleh Dirga, tubuh kecil itu nyaris terseret di lantai semen yang dingin. Tangisnya pecah, terisak-isak, memanggil nama yang sama berulang kali.

"Kak… Kak Seyna…" suara bocah itu gemetar, nyaris tak terdengar.

"Pak Dirga, ampun Pak… jangan begitu," Bi Murni berlutut sambil memegang lengan Dirga dengan gemetar.

"Rayyan masih kecil, Pak. Dia tidak tahu apa-apa.Tolong jangan sakiti dia."

Namun Reni dengan wajah dingin langsung menepis tangan Bi Murni hingga perempuan tua itu terjatuh ke lantai.

"Diam kau! Jangan ikut campur urusan keluarga!Pergi dari sini!" bentaknya tajam.

Dirga menarik Rayyan lebih keras lagi. Wajahnya merah padam, matanya penuh amarah yang tidak manusiawi.

"Anak sialan! Gara-gara kakakmu, semua rencanaku hampir berantakan!”

Rayyan menangis semakin keras, tubuhnya gemetar hebat.

"A…aku mau kak Seyna… aku mau kak Seyna…" rengeknya putus-putus.

Dirga mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Udara berdesing saat telapak tangannya hampir saja mendarat.

"JANGAN!"

Risa berlari tanpa berpikir lagi. Ia menerobos masuk, langsung membopong tubuh Rayyan yang kecil ke dalam pelukannya. Rayyan segera melingkarkan tangannya di leher Risa, menangis histeris sambil menyembunyikan wajah di bahunya.

"Sudah… sudah, Rayyan… diam ya…Kak Risa di sini, sudah tenang tidak akan ada yang menyakitimu!" bisiknya berulang kali, suaranya bergetar menahan tangis.

Dirga membelalak marah. "Kau berani melawan aku, Risa?"

.....

MOHON DUKUNGANNYA JANGAN LUPA VOTE,LIKE,KOMEN SEBANYAK BANYAKNYA TERIMAKASIHH

Jangan lupa follow buat tau kalau ada cerita baru dari othorrr!!

1
Bu Dewi
seru, lnjut lagi kak.. hehehhehe
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!