Ibu Alya meninggal karena menyelamatkan anak majikannya yang bernama Bagas, dia adalah tuan muda dari keluarga Danantya.
~
Bagas patah hati karena kepercayaannya dihancurkan oleh calon istrinya Laras, sejak saat itu hatinya beku dan sikapnya berubah dingin.
~
Alya kini jadi yatim piatu, kedua orang tua Bagas yang tidak tega pun memutuskan untuk menjodohkan Bagas dan Alya.
~
Bagas menolak, begitupun Alya namun mereka terpaksa menikah karena terjadi sesuatu yang tidak terduga!
~
Apakah Bagas akan menerima Alya sebagai istrinya? Lalu bagaimana jika Alya ternyata diam-diam mencintai Bagas selama ini?
Mampukah Alya meluluhkan hati Bagas, atau rumah tangga mereka akan hancur?
Ikuti kisahnya hanya di sini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon znfadhila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28.
Alya hanya bisa membeku saat Bagas mencium kening nya, bahkan setelah melakukan itu Bagas dengan santainya malah pergi ke ruang kerjanya meninggalkan Alya yang detak jantung nya bergerak tidak karuan saat ini.
"Maaf Alya, tapi aku juga gugup sama kaya kamu." Bagas ternyata memegang dadanya setelah keluar dari kamar.
Bukan hanya Alya yang syok tapi Bagas sendiri juga ikutan syok, dia reflek mencium kening Alya.
Mungkin Bagas ingin meyakinkan Alya bahwa perasaan nya tidak main-main justru sangat serius.
"Entah dari kapan perasaan ini datang, tapi kayanya emang aku udah jatuh hati sama kamu Al." gumam Bagas menahan senyum.
Pria itu segera masuk kedalam ruangan kerjanya untuk mencari kesibukan, lebih tepatnya Bagas ingin menetralkan perasaan gugupnya.
Sementara itu di dalam kamar wajah Alya sudah merah padam, tangannya gemetar kemudian mengusap keningnya yang tadi di cium Bagas.
"T-tadi b-beneran B-bang B-bagas c-cium aku?" suara Alya gemetar, kejadian tadi sungguh tidak terduga bahkan Alya sempat berpikir apakah ini mimpi?
Namun semua itu kenyataan, Bagas sudah sah menjadi suaminya dan tentu Bagas memiliki hak penuh pada istrinya Alya.
"K-kenapa Bang Bagas gitu? Apa maksudnya tadi? Terus-" Alya sampai tidak bisa berkata-kata, lebih tepatnya tidak mampu mengulang apa kata Bagas tadi.
Alya yang salah tingkah menutup wajahnya dengan kedua tangan, dia benar-benar salting sekarang.
"Apa Bang Bagas beneran mau mulai pernikahan ini? Gak ada terpaksa? Apa itu artinya Bang Bagas udah punya perasaan sama aku? Tapi gak mungkin..." Alya merasa berbunga jika memang benar Bagas memiliki perasaan untuknya.
Tapi Alya juga tidak mau kegeeran apalagi Bagas belum benar-benar memberikan kejelasan padanya, maksudnya kan belum ada kata I Love You begitu.
"Alya jangan geer dulu, kan Bang Bagas bilang mau coba jadi kamu harus tahan diri kamu, lebih baik sekarang kamu fokus buat jalanin ini, mungkin ini takdir terbaik buat kamu kita coba sekali lagi."
Alya menarik nafas panjang, dia berusaha menenangkan dirinya yang sudah tidak bisa tenang lagi.
"Tenang Alya, sekali lagi tenang kamu harus kendaliin diri kamu jangan gampang luluh." gumam Alya meyakinkan dirinya sendiri.
Setelah tenang Alya memegang pipinya yang terasa panas, tetap saja detak jantungnya berdetak kencang.
"Aihh bisa gila aku kalo gini caranya." Alya berlari mondar-mandir kemudian merebahkan tubuhnya di kasur, berakhir dengan berteriak tapi tertahan.
****
Di ruang kerjanya Bagas tidak fokus bekerja saja, sekarang malah Bagas sedang fokus menatap foto Alya yang terlihat semakin cantik dan juga dewasa.
Tanpa sadar Bagas tersenyum melihat foto Alya yang cantik natural, menurut Bagas memang Alya ini sangat cantik, dia memang aneh baru sadar sekarang jika kecantikkan Alya jauh berbeda dengan Laras yang menggunakan makeup tebal.
"Kenapa aku baru sadar waktu itu Al? harusnya aku sadar dari lama." gumam Bagas menggelengkan kepalanya pelan.
Dulu Bagas sangat dekat dengan Alya, bahkan perhatiannya itu hampir sama pada Alya seperti perhatiaannya pada Berlian, namun sayang sejak kehadiran Laras hubungan Bagas dan Alya merenggang.
Hal itu lah yang menyebabkan Alya terbawa perasaan, siapa yang tidak baper coba jika ada pria yang memperhatikan kamu sangat manis, bahkan bicara nya pun begitu lembut.
"Perubahan sikap kamu bikin aku gak nyaman Al, tapi aku sadar pasti penyebabnya itu dari cewek sialan itu." Bagas sangat kesal setiap kali mengingat Laras.
"Harusnya dari dulu aku dengerin Berlian." gumam Bagas sedikit menyesal.
*Flashback On.*
Saat Berlian lulus sekolah dia berbincang dengan Bagas yang sudah mulai bekerja, Berlian tau Bagas banyak yang mendekati terutama para wanita yang katanya paling cantik dan terkenal di kalangan para pembisnis.
Namun Berlian tidak suka, Berlian tau mereka mendekati Bagas bukan karena tulus melainkan ada niat lain makanya Berlian selalu berusaha mengingatkan Bagas.
"Abang." Berlian duduk di samping Bagas yang baru saja menyelesaikan tugasnya di taman.
"Kenapa De? kamu bete? padahal sebentar lagi kan kuliah nikmatin dulu aja waktu libur kamu de, soalnya kalo udah kerja itu gak bisa santai kaya Abang loh." Bagas mengacak gemas rambut Berlian yang semakin tumbuh dewasa.
Berlian cemberut, dia sedang kesal karena banyak wanita bermuka dua yang mencoba mendekati dirinya demi mendapat perhatian Bagas.
"Loh kok malah cemberut sih?" Bagas nampak heran karena adiknya tidak bisa di ajak bercanda sekarang.
"Aku sebel lah sama Abang, habisnya banyak banget cewek yang berusaha deketin aku padahal udah jelas aku gak suka Abang." Berlian merengek manja, Bagas terkekeh geli.
Sebenarnya juga Bagas tidak nyaman apalagi belum ada wanita yang berhasil menaklukan hatinya.
"Abang juga gak tertarik sama mereka de, biarin aja nanti lain kali Abang kasih peringatan sama mereka supaya engga ganggu kamu oke?" Bagas mencubit pipi Berlian, gadis itu memberenggut sebal.
"Makanya Abang dengerin saran aku yang kemarin itu." ketus Berlian masih cemberut, Bagas menaikkan sebelah alisnya.
"Saran yang mana?" tanya Bagas polos, Berlian mencebikkan bibirnya.
"Tuh kan pura-pura lupa kan Abang, padahal aku yakin Abang inget." cibir Berlian.
"Yang mana sih De, Abang beneran lupa." Bagas tidak berbohong, Berlian menghela nafas pelan.
"Itu loh yang aku bilang Abang sama Alya aja, lagian kalian cocok kok Alya cantik terus sepadan sama Abang pokoknya cocok deh!"
"De, kan Abang udah pernah bilang kalo Alya itu sama kaya kamu udah Abang anggep sebagai ade Abang sendiri."
"Ish Abang ini! jangan nyesel ya nanti padahal aku udah kasih saran loh, Alya itu cantik kalo udah di rebut orang jangan nyesel ya awass, Abang pasti ngerasainnya nanti!"
"Engga akan tenang aja..."
*Flashback Off.*
"Ternyata apa yang kamu bilang bener De, harusnya Abang dengerin kamu dulu mungkin kalo Abang berjuang buat deketin Alya dulu pasti...."
Bersambung.........