NovelToon NovelToon
Pedang Terkutuk Pemulung Misterius

Pedang Terkutuk Pemulung Misterius

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Identitas Tersembunyi / Epik Petualangan / Roh Supernatural / Pusaka Ajaib / Balas Dendam
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Black _Pen2024

"Takdirnya ditulis dengan darah dan kutukan, bahkan sebelum ia bernapas."

Ling Yuan, sang pewaris yang dibuang, dicap sebagai pembawa kehancuran bagi klannya sendiri. Ditinggalkan untuk mati di Pegunungan Sejuta Kabut, ia justru menemukan kekuatan dalam keterasingan—dibesarkan oleh kuno, roh pohon ajaib dan dibimbing oleh bayangan seorang jenderal legendaris.

Kini, ia kembali ke dunia yang telah menolaknya, berbekal dua artefak terlarang: Kitab Seribu Kutukan dan Pedang Kutukan. Kekuatan yang ia pegang bukanlah anugerah, melainkan hukuman. Setiap langkah menuju level dewa menuntutnya untuk mematahkan satu kutukan mematikan yang terikat pada jiwanya. Sepuluh tahun adalah batas waktunya.

Dalam penyamarannya sebagai pemulung rendahan, Ling Yuan harus mengurai jaring konspirasi yang merenggut keluarganya, menghadapi pengkhianat yang bersembunyi di balik senyum, dan menantang takdir palsu yang dirancang untuk menghancurkannya.

Akankah semua perjuangan Ling Yuan berhasil dan menjadi Dewa

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Black _Pen2024, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34 Pertemuan di gerbang kota.

Sui Hui. Nama itu adalah luka lama yang kini terbuka kembali, sebuah bisul arogansi yang mendidih di jantung klan Yang. Ling Yuan, tersembunyi di bayangan gudang rongsokan, mengamati pewaris palsu itu dengan ketenangan seorang pemburu, namun di dalam dirinya, energi kutukan bergejolak seperti badai yang terkurung.

Sui Hui berdiri di bawah cahaya lampu jalan yang redup, memancarkan aura kemewahan yang menjijikkan. Jubah sutranya yang dihiasi benang emas tampak terlalu mencolok untuk area pinggiran kota yang suram itu. Ia bukan hanya menikmati kekayaan klan Yang; ia memamerkannya dengan keangkuhan yang hanya dimiliki oleh mereka yang tidak pernah bekerja keras untuk mendapatkannya.

“Kau menipuku, dasar anjing tua!” teriak Sui Hui, suaranya melengking tinggi dengan nada otoritas yang dipaksakan. Ia menendang keranjang seorang pedagang rempah-rempah tua, isinya tumpah ke jalanan berlumpur. “Lima koin emas untuk rempah-rempah yang tidak layak untuk anjingku? Kau pikir aku bodoh, atau kau meremehkan kekuatan klan Yang?”

Pedagang tua itu gemetar, buru-buru membungkuk dan mencoba mengumpulkan barang dagangannya yang hancur. “Ampuni hamba, Yang Mulia Hui! Hamba hanya… hamba hanya salah menghitung.”

Sui Hui tertawa, tawa yang tajam dan kosong, yang membuat Ling Yuan merasakan gelombang mual. Tawa itu adalah manifestasi dari Kutukan Kedua: Kebodohan Klan, yang harus segera ia patahkan. Kebodohan yang disamarkan sebagai kekuasaan, arogansi yang tumbuh subur di bawah naungan Selir Sin.

“Lihatlah dia, Ling Yuan,” Jendral Mao berbisik dalam pikiran Ling Yuan, suaranya dipenuhi kesedihan yang mendalam. “Itu adalah darah Yang, tapi telah terinfeksi. Kekuasaan tanpa kebijaksanaan, warisan tanpa pengorbanan. Sui Hui adalah cerminan dari mengapa klan ini ditakdirkan untuk runtuh.”

Ling Yuan merasakan tangannya secara naluriah bergerak menuju gagang Pedang Kutukan Mao yang tersembunyi di balik perban lusuh. Hanya dengan satu ayunan pedang, ia bisa memutus sumber arogansi itu, membalas penderitaan pedagang tua itu, dan mengakhiri kebohongan yang telah mencuri sepuluh tahun hidupnya.

“Tahan!” perintah Jendral Mao. “Bukan sekarang. Kematian Sui Hui akan menjadi alarm. Kita membutuhkan dia tetap hidup, setidaknya sampai kita menghancurkan jaringan Selir Sin. Dan yang lebih penting, kau harus membiarkan dia menjadi katalis untuk Kutukan Kedua. Kekuatanmu tidak boleh dikendalikan oleh amarah fana, melainkan oleh perhitungan surgawi.”

Ling Yuan menutup matanya sejenak. Ia memvisualisasikan Kitab Seribu Kutukan, halaman-halaman yang menjelaskan bahwa untuk mematahkan Kebodohan Klan, ia harus menunjukkan kecerdasan strategis di hadapan kekuatan mentah. Membunuh Sui Hui sekarang adalah tindakan bodoh yang akan membatalkan kemajuan spiritualnya.

Sui Hui, setelah puas merendahkan pedagang, melambaikan tangan dengan jijik. “Singkirkan sampahmu itu. Aku harus kembali sebelum kakekku, Jendral Yang, menanyakan keberadaanku. Jangan sampai kau menghalangi jalan kekuasaan yang sesungguhnya.”

Sui Hui dan rombongannya mulai bergerak, langkah kaki mereka yang berisik menandakan bahwa mereka akan meninggalkan area pasar gelap dan menuju ke gerbang utama yang mengarah ke bagian elit kota—gerbang terdekat menuju Kediaman Yang.

Jalan yang dilalui Sui Hui adalah jalan yang sama yang harus dilewati Ling Yuan untuk kembali ke gudang rongsokannya. Tidak ada jalan keluar lain tanpa menarik perhatian. Ling Yuan, yang masih berpakaian compang-camping dan membawa karung penuh barang bekas, harus melintasi jalan Sui Hui.

Ia menarik napas dalam-dalam, mengambil identitasnya sebagai pemulung bisu. Ia bergerak lambat, menundukkan kepala, berharap Sui Hui akan menganggapnya tidak lebih dari bayangan kotor di jalan.

Saat Ling Yuan mencapai titik di mana gang sempit bertemu dengan jalan yang lebih besar, Sui Hui dan dua pengawalnya tiba. Ling Yuan mencoba menekan dirinya ke dinding yang lembap, membuat dirinya sekecil mungkin.

Namun, Sui Hui, yang tengah dalam suasana hati yang sombong, melihatnya. Matanya yang malas dan mabuk kekuasaan menyapu Ling Yuan dari ujung kepala sampai ujung kaki, tanpa sedikit pun pengenalan atau belas kasihan—hanya jijik yang mendalam.

“Minggir, sampah!” bentak salah satu pengawal Sui Hui, seorang kultivator rendah yang kekuatannya berasal dari suap, bukan latihan. Pengawal itu mendorong karung rongsokan Ling Yuan dengan ujung kakinya yang bersepatu bot mahal. Karung itu bergeser, dan Pedang Kutukan Mao di dalamnya sedikit bergetar.

Ling Yuan mempertahankan ekspresi kosong, matanya yang redup menatap tanah, memainkan perannya sebagai pemulung yang tidak berdaya dan bodoh. Rasa sakit dan penghinaan ini adalah harga yang harus ia bayar untuk saat ini.

Sui Hui menghentikan langkahnya, merasa terhibur. “Oh, lihatlah. Seekor tikus jalanan yang bisu. Sungguh menyedihkan nasibmu. Bahkan udaraku pun menjadi kotor karena kau menghirupnya.”

Sui Hui mengeluarkan dompet kecil dari sutra, yang berkilauan dengan permata. Ia mengeluarkan satu koin perak yang tampak baru dan berkilau, lalu menahannya di antara dua jarinya dengan tatapan meremehkan.

“Ambil ini, pemulung,” kata Sui Hui dengan nada merendahkan. “Bukan karena aku kasihan padamu, tetapi karena aku ingin membeli jarak. Jangan biarkan wajahmu yang jelek itu terlihat lagi di jalan yang kulewati.”

Namun, Sui Hui tidak memberikannya secara langsung. Dengan gerakan yang penuh penghinaan, ia melemparkan koin perak itu ke lumpur tepat di depan kaki Ling Yuan. Koin itu berputar sebentar sebelum mendarat di genangan air kotor, berkilauan di tengah kegelapan.

Ini adalah penghinaan tertinggi. Bukan sekadar memberi sedekah, tetapi merendahkan martabatnya hingga setara dengan kotoran yang ia injak.

Di balik topeng kotor Ling Yuan, rahangnya mengeras. Jika bukan karena Jendral Mao yang menahan auranya dengan semua kekuatannya, gelombang energi kutukan pasti sudah meledak, mengubah Sui Hui dan pengawalnya menjadi debu berdarah.

“Kendalikan, Ling Yuan! Ini adalah ujian kedua, ujian kesabaran dan kerendahan hati!” teriak Jendral Mao, suaranya mendesak dan nyaris putus asa. “Jika kau menyerah pada amarah, kau akan gagal mematahkan Kutukan Ketiga: Arogansi Yang!”

Ling Yuan mengambil napas yang nyaris tidak terdengar. Ia menundukkan badannya yang kotor dan mengambil koin perak yang tergeletak di lumpur, berpura-pura bersyukur. Gerakan itu lambat, diperhitungkan. Ia tidak menunjukkan perlawanan, tidak ada tatapan tajam, hanya kepasrahan seorang budak.

Sui Hui tertawa puas. “Begitulah. Tetaplah di sana, tikus bisu. Ingat, klan Yang adalah penguasa tempat ini. Dan aku, Sui Hui, adalah pewaris yang akan memimpin kekuasaan ini menuju kejayaan!”

Sui Hui berbalik, mengabaikan Ling Yuan sepenuhnya, dan berjalan menuju gerbang kota yang megah. Tawa arogan mereka perlahan memudar di kejauhan.

Setelah memastikan Sui Hui tidak terlihat lagi, Ling Yuan berdiri tegak. Ia membersihkan koin itu dengan kain lusuh, menyimpan rasa sakit itu dalam peti besi spiritualnya. Koin itu bukan sedekah; itu adalah janji balas dendam yang dingin.

Jendral Mao menghela napas lega. “Kau berhasil melewati ujian pertama. Tapi tatapanmu, Ling Yuan… itu hampir memicu reaksi. Sui Hui mungkin mabuk kekuasaan, tetapi ia merasakan kilatan dari Pedang Kutukan.”

Ling Yuan tidak menjawab secara lisan, hanya telepati. “Aku melihat kelemahan dalam arogansinya. Ia hanya kulit luar, Mao. Kekuatan yang ia miliki rapuh, didasarkan pada kebohongan dan sihir Selir Sin. Aku akan mematahkan Kutukan Kebodohan di Turnamen, dan aku akan menggunakan hasil turnamen itu untuk menjatuhkan Sui Hui secara publik.”

Tekad Ling Yuan kini sekuat baja. Penghinaan ini telah memberikan energi baru pada misinya. Ia tidak lagi hanya mencari keadilan untuk dirinya sendiri; ia akan membersihkan klan Yang dari racun kesombongan yang diwakili oleh Sui Hui.

Ia kembali ke gubuk rongsokan, Pedang Kutukan Mao terasa dingin dan haus. Turnamen Tujuh Kota akan dimulai dalam beberapa hari. Ling Yuan harus segera menguasai teknik penyembunyian yang lebih baik dan mempersiapkan diri untuk mematahkan Kutukan Kedua dan Ketiga di mata publik.

Saat fajar mulai menyingsing, Ling Yuan duduk di atas tumpukan besi tua, Kitab Seribu Kutukan terbuka di pangkuannya. Di luar, suara hiruk pikuk Kota Kekaisaran mulai terdengar. Tetapi di telinga spiritualnya, ia hanya mendengar tawa Sui Hui yang bergema, memanggilnya untuk segera bertindak. Kekuatan barunya—kekuatan Demigod yang belum stabil—harus segera dilegitimasi, atau ia akan selamanya menjadi 'pemulung bisu' di mata dunia yang menindasnya.

Ling Yuan menatap koin perak kotor di tangannya. Koin ini adalah undangan. Undangan untuk kembali ke dunia kultivasi sebagai Pahlawan Bertopeng yang ditakuti, dan untuk menjatuhkan seluruh generasi pewaris palsu klan Yang. Waktu mundur telah dimulai. Turnamen tujuh kota telah menanti....

1
Nanik S
Lanjutkan
Black_Pen2024 Makin Sukses 🎉✨: 😍👍siap kak. Terima kasih😘💕🙏
total 1 replies
Nanik S
Cukup menarik diawal
J0€ A£F4: 👀👀👀👀👀
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!