Pertemuan pertama yang tak disangka, ternyata membawa pada pertemuan kedua, ketiga dan seterusnya. Membuat rasa yang dulu tak pernah ada pun kini tumbuh tanpa mereka sadari.
kehidupan seorang gadis bernama Luna yang berantakan, membuat seorang Arken pelan-pelan masuk ke dalamnya. Bahkan tanpa Luna sadari, setiap dia tertimpa masalah, Ken selalu datang membantunya. Cowok itu selalu dia abaikan, tapi Ken tak pernah menyerah atau menjauh meski sikap Luna tidak bersahabat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abil Rahma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 34 Diikuti
Setelah beberapa hari tinggal di apartemen, Luna memutuskan untuk memberi sebuah sepeda motor. Supaya memudahkan dia untuk pergi kemana pun. Jangan tanya uangnya dari mana, tentu saja yang tabungan yang selama ini dia kumpulkan dari pemberian Omnya. Memang selama ini uang itu jarang sekali dia gunakan, sebab Mamanya selalu mengirim uang untuk jajan. Alhasil uang dari Omnya menumpuk cukup banyak.
Siang ini, Luna baru saja dari kampus untuk membayar pendaftaran. Sengaja ingin mampir ke mall membeli gaun untuk prom night di sekolahnya. Awalnya dia mengajak teman-temannya, tapi mereka semua mengatakan sudah membeli gaun. Gadis itu pun memutuskan beli sendiri.
Hubungannya dengan ketiga temannya akhir-akhir ini memang sedang renggang. Padahal dia merasa tak pernah memusuhi mereka, tapi mereka yang menjauh begitu saja. Entah apa alasannya tidak jelas. Dan Luna tidak mau memusingkan hal itu, urusan keluarganya saja sudah membuatnya pusing.
Selesai memilih gaun yang dia inginkan, dia pun bergegas untuk pulang. Tidak ingin mampir membeli apapun, sebab dia main punya banyak stok makanan di apartemen.
Perjalanan dari mall ke apartemen cukup memakan waktu, sebab mall yang dia datangi ini sedikit lebih jauh dari apartemen tapi lebih dekat jika dari rumahnya. Mall yang sering dia datangi sebelumnya. Hal itu dia lakukan untuk memudahkan mencari gaun yang dia butuhkan tanpa harus mencari toko lain karena di mall ini dia sudah hafal dimana letak tokonya.
Saat perjalanan pulang, Luna merasa ada yang aneh. Mobil berwarna hitam di belakangnya seperti terus mengikuti kemanapun dia berjalan. Untuk membuktikan kecurigaannya, Luna pun sengaja berhenti di tepi jalan, tepat di depan sebuah warung bakso.
"Bang baksonya dua bungkus aja ya," ucapnya pada penjual bakso.
"Siap Neng, tunggu sebentar ya," sahut penjual bakso.
Luna mengangguk, dia memilih untuk duduk menunggu pesanannya di buat. Sambil menunggu dia sengaja menghubungi seseorang.
"Udah sampai apartemen? Atau masih dimana?" suara seseorang di seberang sana langsung terdengar setelah panggilan itu dijawab.
"Gue di warung bakso, kayaknya ada yang ngikutin gue sejak keluar dari mall. Gue sengaja berhenti di sini buat mastiin aja," jelas Luna.
"Share lok, gue langsung ke sana," sahut Ken tanpa banyak tanya.
"Gak usah Ken, ini udah deket dari apartemen kok," tolak Luna. Entah apa alasannya dia memberitahu Ken, tapi dia malah menolak bantuan Ken.
Terdengar helaan napas dari seberang sana, "Jangan ke apartemen dulu, Lo ke markas aja. Takutnya dia ngikutin sampe apartemen, kalau ke markas dia gak bakalan berani," ujarnya.
"Gitu ya, yaudah gue ke markas deh," putus Luna mengerti akan apa yang Ken katakan.
"Tunggu di warung bakso aja ya, gue kesana. Gue gak mau Lo kenapa-kenapa Rel, please!" pinta Ken memohon.
"Hm, yaudah gue tunggu di sini." Luna mengalah, sepertinya lebih baik dia menunggu di sini saja dari pada ke markas sendirian, akan lebih berbahaya untuknya.
"Bang! Tambah ya baksonya, makan di sini satu," ucap Luna pada penjual bakso itu.
"Siap Neng, yang bungkus mau dua apa satu aja?" tanya penjual bakso itu.
"Dua aja deh Bang,"
Setelah itu Luna mulai memilih tempat duduk. Kedai bakso itu cukup ramai, hingga membuatnya tidak takut jika ada orang yang ingin berbuat jahat dengannya.
Tak lama pesanannya pun datang, dia langsung menikmati bakso tersebut. Saat bakso yang dia nikmati tinggal separo, Ken pun datang.
"Maaf Ken tapi Lo gak gue pesenin, mau pesen aja sekarang?" tanya gadis itu.
"Gak usah, lagian punya Lo juga udah hampir habis," tolak Ken.
Luna mengangguk dan kembali menikmati makananya, "Tapi gue udah pesen buat di bungkus, dua gak apa-apa, kan? Atau mau tambah?" tanyanya.
Ken berfikir sejenak, "Lo nikmatin aja makanannya, gue mau nambah pesenan," sahut Ken. Dia beranjak dari hadapan Luna, tapi sebelum itu dia menarik gelas yang berisi es jeruk milik Luna yang sudah habis hampir setengahnya. Tanpa ragu dia meminum es jeruk itu lewat pipet yang sama dengan Luna.
"Ken! Itu kan bekas gue! Kalau Lo mau, biar gue pesenin," protes gadis itu.
"Gak perlu, gue suka minum dari bekas Lo, lebih manis," bisik pemuda itu.
Wajah Luna seketika merona mendengar bisikan pemuda itu. Untung saja Ken langsung meninggalkannya. Kalau tidak dia pasti akan lebih malu lagi.
Selesai dengan baksonya, mereka memutuskan untuk keluar dari warung bakso. Untuk memastikan apakah Luna benar-benar diikuti, Ken menyuruh gadis itu jalan lebih dahulu dan dia mengikuti dari belakang. Sengaja supaya si penguntit tidak curiga.
Saat Luna sudah berjalan beberapa saat Ken baru keluar dari warung bakso. Benar saja apa yang Luna katakan, sebuah mobil berwarna hita melesat lebih dahulu sebelum Ken berjalan. Ken menghafal plat mobil tersebut, sambil terus mengikuti mobil itu.
Ken makin yakin saat mobil itu berhenti cukup jauh dari markas, saat Luna sudah memasuki gerbang markas. Tapi, Ken tak ingin langsung mendatangi mobil tersebut. Ingat jika di sekitar markas ada CCTV, dia akan mencari tahu atau memantau orang itu lewat CCTV.
Ken juga sengaja masuk ke dalam markas berjarak cukup lama dari Luna. Tentu untuk mengelabuhi penguntit tersebut.
"Gimana Ken? Beneran kan gue diikuti? Soalnya gue lihat mobil itu lagi," tanya Luna setelah Ken memarkirkan motornya. Gadis itu bahkan sengaja menunggu Ken sampai di parkiran markas.
Bukannya menjawab, Ken langsung merangkul pundak Luna, "Ayo masuk dulu," ucap pemuda itu.
Luna menurut, mengikuti langkah Ken. "Biar gue bantu bawa," tawar Luna, karena sepertinya Ken sedikit kesulitan membawa bakso yang baru mereka beli.
"Gak usah, gue bisa sendiri, entar Lo kecapean juga," tolak Ken.
Luna sih nurut saja.
Keduanya masuk disambut beberapa anggota Scorpion yang sedang berada di markas.
"Gue bawa bakso!" seru Ken, sengaja meletakkan bakso tersebut di meja makan. Dia bahkan tidak melepas tangannya di pundak Luna hingga sampai di dapur.
"Asyik!" seru mereka semua. Mulai mengambil satu per satu bakso yang Ken beli tadi.
"Gue buatin minuman," ucap Luna berinisiatif.
"Lo makan aja Lun, biar gue yang buat," sahut Tian tak membiarkan Luna repot sendiri.
"Gue udah makan di tempat tadi, udah sana Lo makan sama yang lain. Cuma buat minum doang gak berat." Luna mengusir Tian yang akan membantunya.
"Biar Tian aja Rel, Lo duduk di sini." Sahut Ken sambil menggeser kursi di sebelahnya.
"Gak apa-apa Ken, cuma bikin minum doang," sahut Luna sambil mencari sirup di dalam kulkas.
Tak lama Luna membawa minuman tersebut ke atas meja makan, tak lupa beberapa gelas yang masih kosong. Agar mereka bisa mengambil air minum sendiri. Dia hanya mengisi satu gelas untuknya dan satu gelas lagi dia berikan pada Ken. Tentu dia punya alasan melakukan hal itu, mengingat kejadian tadi saat di warung bakso. Dia tak mau Ken mengambil air minum miliknya.
"Yang di luar ambil ke sini minumnya ya!" seru Luna.
"Makasih Lun," sahut semuanya membuat gadis itu tersenyum.
Luna dibuat melotot saat Ken kembali mengambil gelas miliknya, "Ish Ken!" seru gadis itu.
Sedangkan Ken hanya terkekeh tak berdosa.
"Ciee!" itulah yang Luna tidak mau, sudah pasti semua teman-teman Ken akan meledaknya.
Luna hanya berdecak malas mendengar godaan mereka, meski sebenarnya dia juga malu. Tapi Ken, cowok itu mengabaikannya.
"Pacaran aja gak si?" celetuk salah satu dari mereka.
"Yoi, Gue dukung seratus persen!" sahut yang lainnya.
"Ck, diam gak!" Luna mendorong kursi yang dia duduki cukup keras, dan lari meninggalkan ruang makan. Bukan karena marah, tapi karena menahan malu.
"Cieeee!" seru mereka semua.
"Lo semua bisa diem gak! Kalau dia ngambek kalian harus tanggung jawab!" kali ini Ken yang mengatakan hal tersebut dan membuat mereka langsung kicep. Padahal dia yang mengawali semuanya, tapi tidak sadar.
Ken langsung lari mengejar Luna setelah menghabiskan bakso miliknya.
gak bener nih teman teman nya Luna