Setelah 3 tahun berpisah, takdir kembali mempertemukan Rexi dengan cinta pertamanya, Rania, yang kini tengah dilanda ujian dalam prahara rumah tangganya bersama sang suami, Raffael Senzio.
Dari pertemuan itu, Rexi mulai menyelidiki kehidupan Rania, wanita yang masih bertahta kuat di dalam hatinya. Melihat ada kesempatan, akhirnya Rexi memutuskan untuk merebut kembali cinta pertamanya.
Sementara di sisi lain, ada Raffael yang berusaha keras memperbaiki hubungannya bersama Rania dan mempertahankan keutuhan rumah tangga mereka.
Akankah cinta pertama mendapatkan kesempatan kedua? atau Rania akan memberikan kesempatan itu pada suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24. Bicara Dengan Raffael.
Pria tua itu terlihat menarik napas berat dan dalam, sebelum menatap serius kepada cucu perempuannya.
"Apa maksudnya semua ini, Rania?"
Suara penuh kharisma masih melekat kuat padanya, meski kini ia sudah berusia senja. Joni Raksa tak mengalihkan pandangannya dari Rania, bahkan ia tak menggubris ketika Raffael berusaha menjelaskan versinya, begitu pula dengan Rexi. Joni Raksa hanya ingin Rania lah yang berbicara.
Rania juga menarik napas cukup dalam. Niat hati datang menemui Opa Jon bersama Rexi memang untuk memberi tahu kakeknya itu tentang perpisahannya bersama Raffael. Tapi keadaan berubah karena ia menemukan Raffael sudah lebih dulu berada di kediaman Joni Raksa.
"Benar kau berselingkuh seperti tuduhannya?" tanya Joni Raksa pada cucunya. Raffael sempat melontarkan tuduhan itu saat menyangkal semua ucapan Rexi.
"Tidak, Opa."
"Lantas?"
"Raffael sudah mengkhianati janji pernikahan kami."
Jawaban Rania membuat Raffael dengan lekas bereaksi. Ia menolak ucapan Rania. "Tidak seperti itu, Opa. Rania hanya salah paham dengan hubunganku dan sekretarisku. Aku tidak berselingkuh. Aku hanya mencintai istriku!" Raffael berkata tegas. Jika tidak mengetahui bagaimana kelakuan birahinya dengan sekretarisnya, maka dari ekspresi saja, kata-kata Raffael memang sangat bisa dipercaya.
"Ucapan seorang pengkhianat mana bisa dipercaya." Rexi tiba-tiba menimpali. Dan berhasil memancing kembali amarah Raffael.
"Diam kau, bajingan! Jangan ikut campur, kau tidak berhak bicara di sini!" tukas Raffael dengan tajam pada Rexi. Pembulu darah di dahi pria itu menonjol. Ingin sekali Raffael melayangkan tinjunya pada Rexi. Apalagi melihat pria itu yang selalu bersikap manis pada Rania.
Namun, kali ini Rexi tak membalas, meski ingin sekali ia lakukan. Karena Rania sudah lebih dulu menarik ujung jasnya seraya menggeleng, meminta agar Rexi tak meladeni amarah Raffael di depan kakeknya.
Melihat perdebatan yang mulai panas di depan mata, bukannya marah, Opa Jon malah hanya diam saja. Tangannya terulur meraih surat yang Rexi letakkan di atas meja sebelumnya. Dengan netra yang sedikit menyipit, Opa Jon membaca akta perceraian Rania. Cucunya sekarang sudah berstatus janda.
Netra tua itu tampak meredup. Walau tak mengatakannya, tapi perasaan kecewa serta sedih jelas sekali tergambar di sana.
Sesaat hanya ada keheningan dalam ketegangan, sebelum Opa Jon membuka suaranya, "Jadi apa tujuan kalian datang ke sini?" tanya Opa Jon tanpa mengangkat wajahnya, ia tetap menatap pada akta perceraian. Sepertinya pertanyaan itu memang untuk tiga anak manusia yang ada dihadapannya.
"Selain menjenguk Opa, aku datang ke sini untuk meminta izin agar bisa menikahi Rania secepatnya."
Duar!
Tanpa kontrol, ucapan Rexi langsung menyambar bagaikan kilatan petir di siang bolong. Tidak peduli dengan situasi, Rexi tetaplah Rexi, akan selalu fokus pada tujuan utamanya, yaitu untuk mendapatkan Rania. Pria itu benar-benar menggunakan kesempatan yang ada dengan sebaik-baiknya.
"Kurang ajar! Pria tidak tahu diri, kau pikir, kau bisa merebut istriku, hah?!!"
Bugh!
Raffael tidak bisa lagi menahan diri. Tinju pria itu pun akhirnya melayang ke arah Rexi, tapi Rexi bisa menghindarinya. Rexi memiliki gerakan reflek yang baik. Dan dengan amarah serta kekesalan yang sama, Rexi membalas.
Kegaduhan pun akhirnya tak dapat terelakkan. Rania panik, berulang kali ia meminta Rexi dan Raffael agar berhenti, tapi mereka tetap saling hajar satu sama lain. Rania memanggil para pengawal yang berada di kediaman Opa Jon untuk segera memisahkan Rexi dan Raffael.
"Kalian ini apa-apaan sih?!" marah Rania saat mengikuti Rexi dan Raffael yang dibawa menjauh dari area taman oleh para pengawal atas perintah Opa Jon langsung. "Apa yang kalian lakukan? Ini rumah Opa, bukan arena pertarungan!"
Raffael yang masih ditahan oleh dua orang pengawal itu terlihat membara menatap Rexi yang sudah melepaskan diri dan merapikan pakaiannya.
"Dia yang memulai, Sayang. Aku hanya membela diri," kata Rexi pada Rania.
"Brengsek! Menjauh dari istriku!" Raffael meradang saat mendengar ucapan Rexi kepada Rania. Apalagi melihat pria sialan itu yang terus menempel pada istrinya. Ia berontak dan berusaha ingin menghajar Rexi kembali.
Namun, Rania sudah menghentikan dengan berteriak dan menatap Raffael begitu tajam. "Aku bukan istrimu lagi," tekan Rania agar Raffael mengingat kalau hubungan mereka sudah berakhir. "Dan, Rex. Berhenti memancing keributan."
"Iya, Sayang."
Astaga! Rania hanya bisa mendengus melihat tingkah Rexi. Ia bergegas hendak kembali menemui Opa Jon, tapi salah satu pengawal datang dan mengatakan sesuatu padanya.
"Tuan Besar sudah pergi beristirahat, Nona. Beliau berpesan, agar Nona menyelesaikan masalah terlebih dahulu dengan mereka berdua sebelum kembali menemuinya." Pengawal itu menunjuk Rexi dan Raffael.
Wajah Rania berubah tak nyaman, ia berpikir bahwa sang kakek pastilah marah padanya karena keributan yang sempat terjadi.
Awalnya Rania tidak mengerti dengan perintah Opa Jon. Namun, setelahnya ia menyadari satu hal yang penting dan mengambil keputusan.
"Aku ingin bicara dengan Raffael secara pribadi, Rex. Kau bisa menunggu di sana," kata Rania yang membuat Rexi terkejut.
"Apalagi yang mau kalian bicarakan, Sayang? Kalian sudah berpisah. Semuanya sudah jelas." Rexi tampak tidak terima jika harus membiarkan Rania berduaan dengan Raffael si kunyuk itu.
Sementara Raffael, ia tersenyum mendengar bahwa Rania ingin bicara berdua dengannya. Ini bisa menjadi kesempatan bagi Raffael untuk membujuk istrinya itu.
Rania mendekat pada Rexi, mengatakan sesuatu yang membuat wajah Rexi kian kesal. Namun, tetap tidak bisa menolak keinginan Rania, hingga akhirnya, dengan tidak rela Rexi membiarkan Rania bersama Raffael untuk bicara.
"Aku tidak akan menunggu di luar, Sayang. Aku akan tetap di sini, mengawasi langsung kadal gurun ini!" Rexi tetap enggan meninggalkan Rania, apalagi memberi ruang untuk Raffael bisa berduaan dengan wanitanya. Jangan harap.
Dengan wajah dinginnya, Rexi sedikit beranjak menjauh dari Rania. Ia memberikan tatapan tajam berisi peringatan pada Raffael.
Melihat itu Rania hanya mampu menggeleng, ia tak lagi memaksa Rexi yang sudah untung mau membiarkan ia bicara dengan Raffael.