Jameson, anak Mafia yang hidup di Kanada. Dia terpaksa menculik Luna, seorang barista di Indonesia demi melindunginya dari bahaya.
Ternyata, Luna adalah Istri Jameson yang hilang ingatan selama 5 tahun dan perjalanan dimulai untuk mengembalikan ingatan Luna.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Himawari Daon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 : Jackson
Welcome…
...Happy Reading...
.... ...
.... ...
.... ...
“Tuan, Tuan Jackson sudah sadar dari komanya.”
“Apa?!” Navarro yang sedang duduk santai sembari mengangkat teleponnya kini bangun setelah mendengar kabar bahagia itu.
Terlihat dari sudut matanya ada butiran bening yang ingin jatuh. Air mata itu adalah air mata bahagia. Di mana seorang Ayah yang sudah lama menantikan putranya yang sedang pergi jauh dan sekarang waktunya pulang.
“Siapkan semuanya! Kita berangkat ke Indonesia sekarang juga!” perintah Navarro tegas kepada Kevin.
“Baik, Bos.”
Setelah mendapat kabar baik itu, Navarro dan ditemani beberapa anak buahnya langsung berangkat ke Indonesia. Menemui anak pertamanya, Jackson Navarro.
Sejak kematian Ibundanya, Jackson memilih pergi meninggalkan keluarganya menuju Indonesia. Dan memulai kehidupan baru bersama keluarga kecilnya.
Beberapa tahun kemudian, tidak sengaja Jackson bertemu dengan Luna. Mereka menjadi teman akrab, sebelum pria itu tahu kalau Luna adalah adik iparnya.
Setelah mengetahui kebenaran tersebut, Jackson semakin dekat dengan Luna. Hingga ia tak menyadari bahwa ada seseorang yang mengintainya.
Namun, setelah dia menyadari ada sesuatu yang tidak beres. Dia terus berusaha untuk menjaga Luna. Sampai ketika Jackson mengetahui dari anak buah Navarro, kalau orang yang mengawasi Luna ingin menculiknya.
Jackson tak henti-hentinya mengawasi Luna. Akan tetapi, semua adalah jalan takdirnya yang harus Jackson alami. Dia mengalami kecelakaan saat ingin menyelamatkan Luna dari mobil yang melaju cepat ke arahnya.
Luna memang berhasil diselamatkan oleh Jackson, akan tetapi dirinya malah menanggung akibatnya. Terpental jauh saat setelah menyelamatkan Luna, ada mobil yang menabraknya tiba-tiba.
Setelah mendarat di Bandara Jakarta, tanpa beristirahat dulu dia langsung bergegas ke sebuah Rumah Sakit terbesar di Kota itu. Dia sudah tak sabar ingin memeluk putra sulungnya.
Navarro berdiri di depan sebuah ruang rawat, atas pintu ruangan itu tergantung papan bertuliskan VIP. Artinya, itu adalah ruangan spesial atau biasanya diperuntukkan orang-orang yang bisa menyewa mahal ruangan itu.
Navarro dapat melihat dari balik pintu kaca seorang lelaki yang sudah bangun dari komanya. Dia terlihat tertawa bersama dengan dua orang anak.
Matanya sudah memerah, bulir bening menetes. Bibirnya tersenyum lebar. Perlahan dia menggeser pintu di depannya, sehingga orang yang berada di dalam menoleh ke arahnya.
Ayah dan anak itu saling bertatapan. Mereka terdiam beberapa saat sebelum Navarro mendekat ke arahnya.
“Akhirnya kamu sadar, Jack.” Navarro menangis bahagia.
Lelaki yang masih memakai baju pasien itu tersenyum lembut kepadanya, “Ayah, sudah lama kita tidak bertemu. Bagaimana kabarmu?”
Mendengar pertanyaan itu keluar dari mulut putranya, Navarro tidak tahan untuk memeluk Jackson dengan penuh kerinduan.
“Ayah tidak baik-baik saja, jika kalian tidak bersama dengan Ayah.” Navarro meluapkan semua perasaannya selama ini. Dibenci oleh putranya sendiri dan putra yang dia percaya harus koma cukup lama. Itu benar-benar menyakitkan baginya.
Jackson memeluk erat Ayahnya. Meskipun, selama ini dia pergi meninggalkan Ayahnya. Bukan berarti dia membenci Navarro, Jackson pergi agar dapat melupakan wanita yang sudah menyakiti hatinya.
“Ayah, orang ini siapa?” tanya anak perempuan berbaju pink yang kini duduk manis di atas tempat tidur Jackson.
“Wajahnya kok mirip Ayah sih?” timpal anak lelaki di samping anak perempuan itu.
Navarro memandang kedua anak itu dengan penuh tanda tanya, “Kedua anak ini adalah Sonya dan Jason. Mereka sekarang sudah besar.” Alih-alih menjawab anaknya, Jackson malah menjawab kebingungan Ayahnya.
Navarro menangkup kedua tangannya ke arah pipi Sonya dan Jason. “Kalian sudah besar ya,” gumamnya tersenyum lebar.
Sonya dan Jason menoleh ke arah Ayah mereka sambil memperlihatkan ekspresi wajah yang meminta jawaban.
“Dia adalah kakek kalian.” Jelas Jackson.
“Kakek? Orang ini Ayahnya Ayah ya?” tanya Sonya lagi.
Ctak.
“Aww… Sakit kakak!” Sonya memegang keningnya setelah mendapat pukulan jari Jason.
“Salah siapa nanya lagi! Sudah jelas dia ini Ayahnya Ayah.” Jason membalas dengan penuh nada sedikit tinggi.
“Aku tahu kok, dia ini Kakek kita.” Sonya memanyunkan bibirnya kesal.
Navarro tertawa melihat cucunya berdebat dengan sangat lucu dan polos.
“Sudah kalian jangan berdebat, sapa Kakek kalian!” suruh Jackson dengan nada sedikit tinggi namun masih terdengar lembut.
Sonya dan Jason akhirnya salim kepada Navarro. Mereka mencium punggung tangan Navarro dengan senang.
“Kakek, kenapa baru datang ke sini?” tanya Sonya heran.
Navarro terdiam tak bisa menjawab pertanyaan cucunya itu.
Melihat kebingungan Ayahnya, Jackson Pun yang membalas pertanyaan dari anaknya, “Kakekmu tidak bisa datang kesini karena harus bekerja mencari uang untuk membayar pengobatan Ayah, Sonya.”
Tiba-tiba datang seorang wanita paruh baya masuk ke dalam ruang rawat Jackson. Dia adalah Mbok Gadis.
Selama Luna berada di Kanada, Mbok Gadis lah yang menjaga Sonya dan juga Jason. Begitu juga dengan Jackson, dialah orang yang menghubungi Tuan Navarro setelah putranya itu sadar dari koma.
“Tuan, bagaimana dengan Luna? Apakah dia di sana baik-baik saja? Aku sangat mengkhawatirkannya,” tanya Mbok Gadis mengungkapkan kekhawatirannya.
Navarro tersenyum, “Tidak perlu khawatir, sekarang Luna sudah sangat bahagia di sana. Jameson pasti akan selalu melindungi istrinya itu.”
“Syukurlah kalau begitu, Tuan.” Mbok Gadis terlihat bernafas lega mendengar jawaban dari Navarro.
Kemudian, Mbok Gadis ijin untuk membawa kedua anak kembar itu untuk menjemputnya.
Setelah dia membawa pergi Sonya dan Jason. Jackson penasaran dengan nama yang disebutkan oleh Mbok Gadis.
“Ayah, bagaimana dengan Jameson?” tanya Jackson pelan dan terlihat dari sorot matanya kalau dia memendam kerinduan pada orang itu.
Navarro menggeleng, “Dia masih sangat membenciku, Jack.”
“Mengapa Ayah tak menjelaskan semua padanya?!”
“Percuma, dia tidak akan mempercayai ku!”
“Kalau Luna? Apakah dia sudah mengingat semuanya?” tanya Jackson seakan dia tahu apa yang terjadi pada wanita itu.
“Iya, Ayah pikir Luna sudah mengingat semuanya. Karena dia sudah minum Pil Big Memori.”
Navarro mulai menjelaskan semua yang terjadi selama Jackson koma. Dan putranya itu memutuskan setelah pulih nanti, dia akan pulang ke Kanada. Jujur, Jackson sangat merindukan adik lelakinya itu.
Lalu Jackson teringat dengan bukti yang dibawa oleh Luna. Bukti yang bisa menghancurkan kehidupan seseorang, bukti yang dapat merubah hidup seseorang.
“Jadi brankas itu masih ada bersama mereka?” tanya Jackson memastikan.
Navarro mengangguk.
“Kubu Red Dragon pasti sekarang sedang mengincar brankas besi itu,” ujar Jackson.
“Kau benar, tapi selain itu ada sesuatu yang paling diincarnya.”
Jackson menyipitkan matanya, “Apa yang diincarnya?”
“Pabrik Pil Memori milik Jameson,” jawab Navarro dengan nada serius.
Jackson terkejut mendengar jawaban Ayahnya, “Bahaya jika Pabrik itu jatuh ke tangannya.”
Navarro mengangguk setuju. “Dengan menguasai Pabrik Pil Memori, dia bisa menjadi penjahat yang terlupakan oleh semua orang. Dia bisa berbuat semaunya, membunuh, merampok, hingga menguasai negara.”
“Apa Jameson tahu tentang hal ini?”
Navarro menggeleng dengan mata yang penuh kekecewaan, “Anak itu mengira aku yang ingin mengambil alih Pabriknya.”
Jackson menjelaskan nafas berat, “Ternyata anak itu perlu aku beri pelajaran! Lihat saja nanti!”
Ayah dan anak itu ngobrol sepuasnya di ruang rawat VIP. Melepaskan semua kerinduan yang selama ini dia pendam.
“Untuk sementara ini, brankas besi itu aman bersama mereka.”
To be continued