Demi menutupi identitas aslinya, Elvano Abraham memilih Sena sebagai pendampingnya dalam suatu acara. Sena yang tak menyadari niat Elvano sesungguhnya menerima tawaran tersebut, karena ia pun ingin lebih dekat dengan Elvano.
Tapi Elvano salah, karena pilihannya tersebut malah membawa dirinya terjebak dalam pesona Sena, begitu pula sebaliknya.
Apakah yang akan Sena lakukan setelah mengetahui motif Elvano yang sesungguhnya? Apa mereka akan terus bersama? Atau justru motif Elvano menghancurkan hubungan keduanya?
Yuk! Ikuti kisah Elvano dan Sena yang harus menemukan cinta sejati di tengah banyaknya rahasia dan kesalahpahaman yang penuh dengan ketegangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SBDST 34.
"Kita perlu bicara, Sayang." Elvano menahan langkah Sena setelah keluar dari ruangan Reagan. "Please," bujuk Elvano karena Sena tampak lama berpikir dan wanitanya itu masih saja bersikap cenderung dingin dan mendiamkannya.
Sena menatap pria itu sesaat, sebelum akhirnya membawa langkah menuju balkon di lantai dua.
"Kenapa datang ke sini?" tanya Sena langsung saat mereka tiba di balkon. Ia berdiri dengan memperhatikan taman luas kediaman keluarga Rykhad, dan Elvano berdiri masih berjarak di belakangnya.
"Karena aku merindukanmu."
Sena mendengus, ia tidak berbalik. "Kenapa juga harus menemui Daddy?" gerutu Sena atas kenekatan Elvano yang langsung menemui ayahnya, Reagan. Sampai pria itu akhirnya terluka, kan.
"Karena aku merindukanmu."
Jawaban Elvano hanya itu. Membuat Sena langsung berbalik dan menatap tajam Elvano.
"Apa kau tidak memiliki cara lain?! Tidak seharusnya kau membahayakan dirimu sendiri! Daddy atau Kak Rex bisa saja langsung membunuhmu!" marah Sena pada Elvano.
Lihat saja, penampilan Elvano kini sungguhlah kacau dan memprihatinkan. Pria itu banyak memiliki luka di tubuhnya, akibat serangan Rexi, juga menghadapi kejahilan Rain, dan yang paling menekan dan menyulitkan Elvano adalah saat berhadapan langsung dengan Reagan. Ayah Sena itu benar-benar terlihat ingin sekali mengambil nyawanya. Elvano bahkan harus merelakan telapak tangannya terluka parah karena pedang calon ayah mertuanya itu.
Tapi Elvano menerima semuanya dengan tanpa perlawanan. Ia pantas mendapatkan seluruh kemarahan dari pria-pria keluarga Rykhad akibat kebodohannya dalam memperlakukan Sena.
"Aku sangat merindukanmu, Sayang. Kau mendiamkanku. Semua pesanku tidak pernah kau balas. Aku tidak tahu harus berbuat apa lagi agar kau mempercayai semua yang aku katakan."
Sena menatap Elvano yang ucapan terdengar begitu putus asa dan tersiksa. Pandangan Sena jatuh pada pelipis dan genggaman tangan pria itu yang kini berbalut perban putih. Elvano sudah melangkah sejauh ini, pria itu membuktikan semua ucapannya dan memilih langsung bertemu dengan ayahnya serta menerima segala resiko terburuknya.
Sena mendesah, ia mengusap wajahnya dan berbalik menghadap halaman luas kediaman mewah keluarga Rykhad.
"Sekarang apa yang ingin kau katakan?" tanya Sena. "Aku akan mendengarkannya."
Sena terkesiap saat Elvano memeluknya dari belakang. Ia ingin melepaskan diri.
"Sebentar saja. Biarkan seperti ini," kata Elvano menjatuhkan kepalanya di punggung wanita yang beberapa hari ini sudah ia rindukan dengan begitu hebatnya.
Elvano menghirup dalam aroma vanila dari tubuh Sena, yang biasanya akan selalu menyapa indra penciumannya setiap kali mereka bersama.
Tak lama, cukup untuk melepaskan sedikit rindunya, Elvano pun melepaskan pelukannya dan memutar tubuh Sena untuk menghadap dirinya.
"Sayang, aku tahu seharusnya aku bicara denganmu lebih dulu tentang ini sebelumnya," kata Elvano. "Maaf, atas caraku melamarmu pada ayahmu tanpa bicara denganmu."
Elvano mengambil napas dalam-dalam, ia memperhatikan raut wajah Sena. Ia harus menjelaskan semuanya pada Sena, agar wanitanya itu tidak salah paham lagi dan terus marah dengan mendiamkan dirinya.
"Maaf karena sudah membuatmu marah dan menyakitimu. Maaf sudah lambat menjadi pria yang kau inginkan, Sayang." Elvano mengusap wajah cantik itu. Kemarahan Sena saat pergi meninggalkannya di perusahaan masih membekas dalam ingatan Elvano.
"Yang kau lihat kemarin. Dia adalah...Rania," ucap Elvano menjelaskannya pada Sena. Elvano mengatakan semuanya, tak ada yang ia tutupi, termasuk rencana perjodohan, perasaannya yang sebenarnya dan juga ia yang sudah menolak perjodohan itu dan hanya menginginkan Sena sebagai istrinya.
"Jadi dia putri Uncle mu?"
Elvano mengangguk, meski Agam Raksa bukan pamannya dalam artian yang sebenarnya, tapi Elvano adalah putra Nathan. Ia bahkan mendapatkan perlakuan yang sama seperti cucu dari keluarga Raksa yang lainnya.
Ini yang berat untuk Elvano selanjutnya, selain berhadapan dengan Reagan yang nyaris saja harus mempertaruhkan nyawanya. Elvano juga harus mempersiapkan diri untuk menghadapi keluarga besarnya yang ada di Indonesia.
Elvano melihat Sena yang terdiam dengan raut wajah yang tampak berpikir keras.
"Jangan khawatir. Aku akan bicara pada Rania sebelum mengatakannya pada yang lainnya. Dia pasti mengerti."
Sena tak menanggapi ucapan Elvano. Kini, tiba-tiba saja ia memiliki kekhawatiran tersendiri; bagaimana pandangan keluarga Elvano padanya yang terlihat seperti perusak rencana perjodohan dua keluarga ini.
"Sayang?" panggil Elvano menyadarkan Sena dari lamunannya. "Apa yang kau pikirkan?"
"Apa dia menyukaimu?" tanya Sena yang membuat Elvano mengerutkan keningnya.
"Rania?" Sena langsung mengangguk dan membuat Elvano tampak berpikir sesaat. Mereka sudah bersama dari TK hingga SMA, sebelum Elvano melanjutkan pendidikannya keluar. Dan selama itu, Elvano tidak pernah melihat sesuatu yang aneh dari Rania, seperti; menyukainya.
Elvano menggeleng pada Sena. Menurutnya, Rania tidak lah memiliki perasaan padanya.
"Kau yakin?"
Elvano mengangguk. "Rania sama sepertiku. Kami sulit dekat dengan orang baru. Karena itu, Opa Jon ingin menjodohkan kami. Anak Uncle Agam maupun Daddy belum ada yang menikah dan memberikannya cucu sampai saat ini."
Sena menarik napas pelan. Raut wajahnya terlihat sedikit lega dan hal itu tidak lepas dari perhatian Elvano.
"Aku akan bicara dengan Rania dan menjelaskan semuanya, Sayang. Atau kau ingin menemaniku?" tanya Elvano, ia berusaha menjaga perasaan Sena. Demi memastikan wanitanya tidak curiga dan berpikiran macam-macam, ia mengajak Sena untuk menemaninya saat bicara dengan Rania.
Sena menggeleng. Ia akan memberikan kesempatan pada Elvano untuk menyelesaikan urusannya sendiri.
"Bagaimana dengan tugas dari Daddy?"
"Aku belum memeriksanya. Tapi jangan khawatir, apapun tugas yang ayahmu berikan, aku pastikan akan melakukan semuanya untuk bisa bersamamu."
Sena merasa ucapan Elvano akhir-akhir ini terdengar berbeda. Pria itu berubah menjadi lebih banyak bicara manis sekarang padanya.
Elvano mengusap wajah Sena yang memerah. Ia tersenyum kecil, mulai mengikis jarak di antara mereka. Elvano benar-benar merindukan wanitanya. Setidaknya ia ingin sedikit amunisi untuk memulihkan seluruh raganya yang sudah dihajar habis-habisan selama dua hari ini.
Elvano dan Sena sama-sama menutup mata saat merasakan napas mereka sudah menyatu. Bibir keduanya mendekat, dan nyaris saja menempel sebelum sesuatu yang keras membentur kepala belakang Elvano.
Bugh!
Sebuah Bola mengenai sasarannya.
"Jaga jarak!" Suara yang masih di tahap transisi antara halus ke berat itu terdengar mengintruksi dengan terkekeh.
Elvano mengaduh dan berbalik. Ia mendapati Rexi yang berdiri dengan melipat tangan di dada serta Rain yang tertawa dengan kembali menangkap bola basketnya yang memantul kembali padanya.
"Tembakkanku tidak pernah meleset, Kak," ucap Rain bangga seraya mendongak pada Rexi yang menatap Elvano dengan tajam.
Rexi lah yang menyuruh adik bungsunya itu untuk menghantam kepala belakang Elvano yang ingin mencium Sena dengan bola basket.
"Kau ingin pulang sendiri? Atau orang-orangku akan menguburmu di halaman?"
Elvano menutup mata mendengar ancaman Rexi dengan tangan yang masih mengusap belakang kepalanya.
"Kau berlebihan, Rex!" Sena terlihat protes, lama-lama ia tidak tahan melihat Elvano menjadi bulan-bulanan keluarganya.
"Tidak apa. Aku memang harus segera pulang. Tugas dari ayahmu menunggu," ucap Elvano menahan Sena yang sudah ingin berdebat dengan kakaknya.
Elvano meminta Sena mengantarnya ke bawah. Sena menurut, ia meninggalkan Rexi dan Rain dengan menghentakkan kakinya.
"Kenapa membebaskan mereka," tanya Rain pada Rexi.
"Jadi harus apa? Biarkan pria sialan itu pulang."
"Orang asing itu bisa saja mencium Kak Rie di mobilnya."
Rexi melotot atas ucapan adik bungsunya. Dan sedetik kemudian, ia sudah berlari menyusul Sena ke bawah, meninggalkan Rain yang tertawa terbahak-bahak melihat kepanikan kakak pertamanya.
***
Tiga bab loh ya, tiga bab hari ini 😭🤩 awas aja kalau kalian pada gak komen 😩🤣
Komen yang banyakkkkkkk, sebelum Rain timpuk kalian semua 😩🤣
berawal dari bibir Rey semua.. sama amanda sih../Facepalm//Facepalm/