“Menikahlah denganku, Jia.”
“Berhentilah memikirkan masa lalu!! Kita tidak hidup di sana!!”
“Jadi kamu menolakku?”
“Apa yang kamu harapkan?? Aku sudah menikah!!!!”
Liel terdiam, sama sekali tidak menunjukkan keterkejutan. Sorot matanya yang tajam itu kembali lagi. “Aku tahu kamu sudah bercerai. Pernikahan macam apa yang sehari setelah menikah sudah tidak tinggal satu atap?”
Sebelas tahun lebih, mereka memutuskan untuk menyerah dan melupakan satu sama lain. Namun, secara ajaib, mereka dipertemukan lagi melalui peristiwa tidak terduga.
Akan kah mereka merajut kembali tali cinta yang sudah kusut tak berbentuk, meski harus melawan Ravindra dan anaknya Kay, wanita yang penuh kekuasaan dan obsesi kepada Liel, atau justru memilih untuk menyerah akibat rasa trauma yang tidak pernah sirna.
Notes : Kalau bingung sama alurnya, bisa baca dari Season 1 dulu ya, Judulnya Beauty in the Struggle
Happy Reading ☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Avalee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pesan Anonim dari…
Mata dengan sorot yang tajam itu terbuka secara perlahan. Penglihatan yang semula kabur, kini terlihat jelas. Ya, Liel kini sudah sadar.
Dia memicingkan matanya, akibat pancaran sinar matahari yang muncul dari balik jendela. Tubuh dan kepalanya tidak terasa nyeri lagi. Dia merasa sehat seperti sedia kala. Matanya menangkap sebuah sosok sebesar beruang, berdiri di samping tempat tidurnya.
“Syukurlah Tuan, Anda masih hidup.”
“Aku tidak akan mati semudah itu.”
Kemudian Tony menyodorkan sebuah bukti foto dan beberapa rekaman video serta CCTV. Liel melempar segera foto dan tidak memperdulikan isi dari rekaman video cctv.
“Me–mengapa Tuan? Kay beserta asistennya menyelinap tanpa Anda tahu?! Bagaimana jika mereka merencanakan sesuatu yang jahat?! Apalagi Nona Jia sepertinya mengetahuinya.”
“Kita urus itu nanti, selama Jia percaya padaku, maka semuanya aman! Sekarang, ada yang lebih penting!” Liel mengubah posisi menjadi duduk dan bersandar di tepi ranjang.
Video Jia bersama dirinya lah yang menarik perhatiannya. Tidak ada yang lain. Hatinya pedih saat mendengar keputusasaan Jia. Namun, di sisi lain, dia merasa hangat, melihat Jia merawat dirinya. Kini Liel tahu, bahwa Jia masih peduli padanya.
“Tuan mendengarnya bukan? anda salah satu yang menerangi dunianya, akhir-akhir ini.” goda Tony.
“Huh, salah satunya?! Aku ingin menjadi satu-satunya.!! Baiklah, mari kita temui Jia sekarang!”
“Hm … itu, sepertinya Nona Jia sudah dalam penerbangan menuju Jakarta, Tuan.”
“APA?!”
...****************...
Kaki ramping bak Irene Redvelvet itu melangkah cepat, berusaha menghindari kerumunan orang-orang yang mengambil barang di “baggage claim”. Tidak berselang lama, ayahnya menghubungi Jia melalui video call.
“Oui papa? qu’est-ce qui ne pas va pas?” (“Ya, ayah, ada apa?”)
“Es-tu arrive(e) a Jakarta?” (“Apa kamu sudah tiba di Jakarta?”)
Jia menganguk tanpa menjawab pertanyaan ayahnya.
“Hahaha, your French is pretty good, huh? Hm, actually, me and your brother have a plans to visit Indonesia!” (“Hahaha, ternyata bahasa Prancismu cukup baik ya? Hm sebenarnya, Ayah dan kakakmu ada rencana mengunjungi Indonesia.”)
“Really? Dad, don’t bring him!!” gertak Jia dengan bahasa inggrisnya.
“Hm, good idea! I’ll think about it. See you, my little princess.” (“Hm, ide bagus! Akan aku pikirkan. Sampai nanti, putri kecilku.”)
“Bip!”
Video call segera dimatikan, sebelum Jia sempat menjawab, membuatnya menggerutu tdak jelas. Tidak berselang lama, ponselnya berdering kembali.
“Ck, siapa lag—“
Sebuah pesan dengan nomor tidak dikenal masuk, menghiasi layar ponselnya. Penasaran, Jia seketika membuka pesan tersebut.
08527589xxxx : “*Mari bertemu besok, di Lotus Garden, Pukul 11.30 WIB.***”**
Tangan Jia gemetar, bahkan ponselnya hampir terjatuh. Dia tahu betul siapa yang mengirim pesan tersebut.
Jia segera mencari tempat duduk, lalu menelan beberapa butir obatnya. Dia tidak ingin penyakitnya kambuh di tempat yang ramai.
Napas yang memburu dan detak jantungnya yang tidak karuan, kini perlahan mereda. Mengingat perkataan Nata dan Liel yang berterima kasih kepadanya karena memilih untuk hidup, mambuat Jia batin Jia sedikit tenang. Ya, sedikit.
“Sepertinya aku harus menemui psikiaterku sekarang, sebelum bertemu j4l4ng itu!” Jia geram, meremas pegangan kopernya.
🦇🦇🦇
Di sisi lain, di hari yang sama. Liel yang sedang kesal, terlihat mengemasi barang-barangnya. Dia tidak ingin berlama-lama di Bali, sebab belahan jiwanya telah lebih dulu kembali ke Jakarta, tanpa memberinya kabar.
“Tuan, sepertinya Nona Jia mendapat pesan dari nomor tak dikenal.”
Liel mengernyitkan dahinya. “Hei!! Kamu meretas ponselnya?!”
Tony tersenyum tanpa menjawab perkataan tuannya.
“Ck, Itu tidak baik Tony! Jangan lakukan hal seperti ini lagi!!!.” Liel mengambil ponsel Tony dan membaca pesan anonim untuk Jia.
Liel meneliti dengan seksama, tidak ingin menerka-nerka tanpa kepastian, hingga dia mendapat jawaban yang pas, siapa pengirim pesan anonim itu.
“Kay. Pesan anonim ini dari Kay. Mari kita segera kembali Tony! Ah, perintahkan juga pengawal yang lain untuk berjaga-jaga di sisi Jia, sebelum Kay menghabisinya.”
Waduuuh, Kay sama Jia bakal baku hantam apa ga ya??
Ayo jangan lupa tinggalkan jejak kalian seperti like, komen dan vote, supaya authornya syemangat 45 🤭
