Wang Wu Xie hidup damai bersama keluarganya di perbatasan dunia fana dan dunia kultivasi. Namun jauh di dalam hatinya, tumbuh kerinduan akan dunia yang lebih luas dan keinginan untuk menapaki jalan keabadian.
Suatu malam, ia bermimpi tentang sosok misterius yang melawan tiga tetua sekte besar demi mempertahankan Pusaka Penentang Langit dan Kitab Reinkarnasi. Mimpi itu terasa terlalu nyata untuk sekadar bunga tidur.
Siapa sebenarnya sosok dalam mimpi itu? Apa hubungannya dengan darah Wang Wu Xie sendiri?
Pertanyaan-pertanyaan itu akan menyeretnya menuju takdir yang tidak pernah ia bayangkan.
Penuh ketegangan dan intrik, jadi ikuti misteri yang ada dalam cerita ini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hamtaro Dasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
6 - Penyerangan di Sekte Iblis Hitam
BLAAAAR...!
Gemuruh dahsyat kembali terdengar, bahkan sampai mengguncang tanah. Debu dan kerikil berjatuhan dari langit-langit gua, menusuk kulit dan mata para penambang yang hanya bisa memejamkan mata dan menutup telinga mereka. Napas panik terlihat memenuhi udara yang pengap, bercampur dengan aroma tanah basah dan besi.
Yun Mei memeluk Wang Wu Xie erat-erat, tubuhnya menjadi tameng bagi putranya dari hujan batu kecil yang terus menerus jatuh. Di sekeliling mereka, beberapa pria memukul dinding batu yang menutup pintu gua dengan palu tambang, wajah mereka merah oleh tenaga dan keputusasaan.
“Sialan!” teriak salah satu dari warga, suaranya parau. “Apa pun yang kita lakukan, ini sama sekali tidak berhasil!”
“Jelas para kultivator itu ingin mengubur kita hidup-hidup. Benar-benar kejam!” sahut yang lain, nadanya penuh amarah dan getir.
“Jangan berhenti! Kita tidak boleh menyerah sekarang! Menunggu di sini hanya akan membuat kita mati pelan-pelan!” seorang pria muda berseru, dia kembali memukul dinding batu dengan menggunakan palu.
Yun Mei menatap para warga desanya yang berjuang memecahkan batu dengan mata penuh tekad. Dia sendiri dan para wanita tua hanya bisa melindungi anak-anak yang meringkuk ketakutan. Setiap detik, batu kecil semakin banyak berjatuhan, pertanda tekanan dari luar semakin mengguncang tempat ini.
*
*
Di luar gua, wilayah Lembah Iblis Abadi telah berubah menjadi medan neraka.
Langit memerah dengan cahaya teknik dan kilatan senjata. Benturan pedang melahirkan percikan api, sementara ledakan energi membuat tanah pecah dan udara di sekitar bergetar.
Sekte Iblis Hitam saat ini sedang diserbu habis-habisan. Penyerangnya tidak lain adalah Istana Teratai Putih dari wilayah Tanah Kuno Xuanmu. Mereka datang bagai badai putih yang menyapu kegelapan.
Perseteruan kedua sekte ini sebenarnya sudah berlangsung lama. Dan tepat di malam ini, Tiga Tetua Istana Teratai Putih memimpin pasukan terbaik mereka, membawa puluhan murid inti dan bergerak dengan presisi yang mematikan.
BAAAAM..!
Pertarungan itu bukanlah hal baru di Dunia Kultivator. Antara Aliran Putih dan Hitam, perebutan wilayah selalu dibayar dengan darah. Jika ingin memperluas kekuasaan, satu sekte harus lenyap dari peta dunia.
BLAAAAR..!
“Kurang ajar! Saat Tetua Mo Tian Shen sedang pergi, kalian berani menginjakkan kaki di sini?!” raung Mo Feng, murid inti dan salah satu kultivator senior Sekte Iblis Hitam.
Segel pelindung sektenya sudah dipecahkan dan ini juga merupakan bukti bahwa Istana Teratai Putih mungkin sudah mempelajari dan merencanakan serangan ini jauh-jauh hari. Apalagi, tiga orang tetua Istana Teratai Putih memimpin langsung penyerangan, diikuti puluhan murid terbaik yang setiap gerakannya mengandung disiplin dan kekuatan mematikan.
Mo Feng menggeram, matanya merah. Dia mencengkeram pedang hitamnya, lalu melesat. Setiap tebasan senjatanya melepaskan lintasan api hitam yang membakar udara, panasnya membuat rumput beracun di sekitarnya hangus seketika.
Lawannya adalah Tetua Bai Lan Yao, kultivator yang terlihat berusia 56 Tahun dan gerakannya masih lincah seperti angin di pegunungan. Pedang di tangannya memantulkan cahaya putih menyilaukan, menangkis setiap serangan Mo Feng dengan ketepatan yang mengerikan.
TRAANG..!
Semakin lama pertukaran serangan antara Mo Feng dengan Tetua Bai Lan Yao terjadi, maka semakin terlihat bahwa Mo Feng-lah yang justru berada dalam situasi terdesak.
TRANG!
Tingkat praktik Mo Feng jelas tidak sebanding dengan praktik Tetua Bai Lan Yao. Pengalaman bertarung mereka juga tidaklah sama, bahkan mungkin dalam situasi ini... Satu-satunya yang bisa menandingi Tetua dari Istana Teratai Putih itu hanyalah Tetua Mo Tian Shen.
"Ukh! Sialan," Mo Feng mengumpat. Di saat seperti ini, Tetua-nya itu justru sedang mengurung diri dalam kultivasi tertutup untuk menembus tingkatan baru. Tanpa dirinya, Sekte Iblis Hitam nyaris tidak punya penahan yang sepadan.
"Senior, bagaimana ini?!" salah satu murid Sekte Iblis Hitam bertanya. Nada suara dan ekspresi wajahnya jelas menunjukkan kepanikan.
"Sialan. Kita hanya akan mati jika tetap di sini," Mo Feng menggeram. Dia mengayunkan senjata miliknya, bersiap untuk melesat namun bukan menyerang Tetua Bai Lan Yao.
!!
"SENIOR..!"
Beberapa kultivator Istana Iblis Hitam terkejut ketika Mo Feng melarikan diri. Mereka pun berusaha menyusul seniornya itu, terbang dengan pedang mereka dan meninggalkan wilayah Sekte Iblis Hitam yang sudah setengah rusak.
"Hmph," Tetua Bai Yan Shu mendengus. Dia pun berujar, "Ikuti aku dan bunuh siapa pun murid Sekte Iblis Hitam yang kalian temukan,"
"BAIK..!"
Sebagian besar murid inti dari Sekte Teratai Putih mengikuti Tetua Bai Yan Shu dan mengejar anggota Sekte Iblis Hitam. Di sisi lain, murid-murid lainnya merayakan kemenangan mereka dengan bersorak. Sekarang yang tersisa adalah menjarah semua harta berharga milik Sekte Iblis Hitam yang bisa dibawa pulang.
*
*
Di dalam gua, warga Desa Bai Shui masih terperangkap. Suara dari penambang masih bergaung tanpa henti seakan nyawa mereka tergantung pada tindakan mereka yang berhasil memecah dinding batu ini atau tidak.
"Tunggu! Berhenti semuanya!" seru Jing Zhou, putra Kepala Desa Bai Shui. Napasnya berat saat berkata, "Ledakannya... Berhenti."
Semua orang terdiam. Tidak terdengarnya suara ledakan seperti sebelumnya justru membuat ketegangan di tempat ini semakin meningkat.
"Apa.. Mungkin penyerangannya sudah berhenti?" salah satu warga bertanya, nada suaranya terdengar ragu.
"Ibu..?" Wang Wu Xie bergumam dan Yun Mei menjawab dengan mengusap kepala putranya. Ketegangan masih terasa di tempat ini, seolah tidak terdengarnya suara ledakan di langit bukan berarti penyerangan berhenti.
BLAAAAR...!
AAAAH..!
Tepat saat itu, ledakan dahsyat datang dan menghancurkan dinding batu dari luar. Warga Desa Bai Shui berteriak, apalagi beberapa di antara mereka dan Jing Zhou sendiri terlempar oleh angin yang diciptakan ledakan itu.
Batu yang berterbangan mengenai warga desa, tidak sedikit yang tubuhnya mengalami luka hingga berdarah walau tidak ada yang sampai tewas.
Yun Mei semakin memeluk erat putranya. Dia sangat takut dan tidak berani membuka mata. Meski terlindungi oleh warga desa di depannya, ketakutan tetap terlihat jelas.
Di sisi lain, sosok yang baru saja meledakkan pintu gua tidak lain adalah Tetua Bai Han. Dia sendiri tidak menyangka jika gua tambang Batu Roh milik Sekte Iblis Hitam akan dipenuhi banyak orang.
!!
Para murid Istana Teratai Putih dengan segera menarik senjata mereka dan membuat para warga Desa Bai Shui berteriak ketakutan. Hanya saja, tidak ada siapa pun yang bahkan berani untuk melarikan diri.
"Berhenti!" Tetua Bai Han mencegah para muridnya bertindak impulsif. Dia berkata, "Mereka adalah manusia fana. Bukan bagian dari Sekte Iblis Hitam,"
"Manusia Fana?!"
!!
Para kultivator muda yang dibawa oleh Tetua Bai Han terkejut. Jelas terlihat bahwa mereka tidak menyangka jika Sekte Iblis Hitam berani membawa manusia dari Dunia Fana untuk dipekerjakan di tempat semacam ini.
Salah seorang dari murid perempuan Istana Teratai Putih segera menyarungkan pedangnya dan lantas mendekati seorang wanita tua, membantunya berdiri. Ekspresi wajahnya terlihat tidak enak.
"Kami benar-benar minta maaf. Kami tidak tahu bahwa Sekte Iblis Hitam menculik dan memperlakukan kalian seburuk ini,"
Tetua Bai Han menyaksikan tindakan muridnya dan ia pun bernapas pelan. Dia berkata, "Bantu dan obati mereka yang terluka. Yang lainnya, ikut aku dan periksa gua ini."
"Baik, Tetua!"
******
Perjalanan MC di mulai dari nol,,, sehingga terlihat seperti real,, bukan sekedar fiksi
Dan tinggalkan jejak 👣👣👣👣
Semangat 💪💪💓💓
Jangan berhenti,,,, raihlah apa yang jadi mimpi mu.....
Ingatlah,,,, sukses berawal dari mimpi....
Meskipun tak menyukai Wu Xie,,,, nyatanya masih perduli,,, meskipun mungkin hanya untuk menjaga martabat keluarga Wang di mata umum,,,,
hehehehe 😁😁😁😁
Kenapa begitu panik...?!
Klo kematiannya begitu miris,, maka aku harap itu bukan Xiao Shuxiang, thor...
Cari tokoh lain aja,,, aku ngga rela Xiao Shuxiang di cabik-cabik...