Tidak ada sugarbaby yang berakhir dengan pernikahan.
Namun, Maira berhasil membuktikan bahwa cinta yang tulus kepada seorang pria matang bernama Barata Yuda akhirnya sampai pada pernikahan yang indah dan sempurna tidak sekedar permainan di atas ranjang.
"Jangan pernah jatuh cinta padaku, sebab bagiku kita hanya partner di atas tempat tidur," kata Bara suatu hari kepada Maira. Tai justru dialah yang lebih dulu tergila-gila pada gadis ranum itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak Ada Ruang
Maira mematut penampilannya di cermin. Hari ini ia sudah harus kembali berkuliah. Dimas membantunya mempersiapkan perlengkapan kuliahnya. Ia ingat pagi tadi saat Bara keluar dari kamar setelah melepas rindu pada istrinya semalaman, lelaki itu nampak segar. Ia tahu, Maira adalah sumber kekuatan seorang Barata Yuda.
"Kak Dimas, aku tidak mau makan bersama di bawah." ujar Maira seraya meremas jarinya. Ia tidak siap berhadapan dengan Nyonya Olivia. Juga belum siap untuk melihat keromantisan palsu yang akan dilakoni suaminya bersama Estrella dan anak kecil bernama Serafinna itu.
"Nona, jangan begitu, Nyonya akan curiga jika kau tidak ikut makan bersama. Semalam saja ia bertanya tentangmu kepadaku. " sergah Dimas mencoba memberi pengertian pada Maira yang sudah nampak rapi dengan setelan kuliahnya.
Dimas menilik penampilan Maira yang nampak cantik pagi ini. Gadis itu selalu segar, ia seperti mawar yang tak pernah layu. Bara merawat Maira dengan sangat baik sampai hari ini.
"Baiklah, Kak." putus Maira akhirnya. Ia turun berjalan bersama Dimas dengan langkah yang dibuat setenang mungkin.
Sesampainya di meja makan, Nyonya Olivia telah rapi dengan setelan Jas kerjanya. Ia akan ikut ke perusahaan hari ini. Dan bisa dibayangkan bagaimana paniknya para staff di perusahaan raksasa itu ketika mendapat kabar akan mendapat kunjungan dari ratu perusahaan itu.
Olivia terlahir dari keluarga bangsawan. Ia seorang sosialita kelas atas dengan tingkat pesona yang sangat kuat. Selain itu Olivia dan Bara memiliki ilmu bela diri tingkat tinggi. Wanita yang masih anggun di usia tuanya itu seorang yang sangat ditakuti.
Ia terkenal tegas dan kejam. Kejam bagi siapa saja yang mencoba menghalangi keinginannya. Sifat itu menurun kepada Bara.
Semasa remaja, Olivia pernah menjalin hubungan dengan mafia kelas kakap. Namanya santer terdengar sebagai perempuan dengan belas kasih yang sangat sedikit. Namun, semenjak Olivia mengenal Evander, ia jauh berubah.
Setelah menikah dan melahirkan Kevin, Olivia benar-benar keluar dari lingkar jerat kehidupan mafia yang pernah dijalaninya. Satu sayatan tajam di sepanjang perutnya pernah jadi bukti kehidupannya yang tak kenal ampun.
Kini saat menatap Nyonya Olivia, Dimas nampak sedikit gugup. Ia sedang menjalani peran berbahaya, berpura-pura menjadi suami dari istri anak kesayangannya. Dan ia tidak tahu apa yang akan terjadi jika Nyonya besar itu tahu semua rencana mereka.
"Dimas, makanlah, dan kau... siapa namamu?" Nyonya Olivia berusaha mengingat Maira saat kemarin Bara pernah memperkenalkan mereka sekilas.
"Maira, nama saya Maira Nyonya." jawab Maira sama gugupnya dengan Dimas.
"Kau kuliah?" tanya Nyonya Olivia lagi. Maira menganggu
"Bara, lihat, asistenmu saja sudah memiliki istri, kenapa kau tidak menuruti perkataan mama untuk menikahi Estrella?"
Maira tiba-tiba tersentak mendengar itu, gerakannya yang gugup tak sengaja membuat sendok jatuh. Bunyinya berdenting keras. Bara menatap Maira sendu, lewat tatapan mata itu ia berusaha meyakinkan Maira untuk tetap tenang di tempatnya.
"Aku tidak terpikir untuk menikah dengan siapapun sekarang, Ma. Termasuk dengan Estrella." sahut Bara datar. Estrella hanya menunduk menahan gejolak di dadanya. Serafinna terlihat masih asyik dengan makanannya tak peduli pada percakapan orang-orang dewasa itu.
"Bara kau keras kepala sekali! ingat, mama tidak akan mengizinkan kau menikah dengan orang lain selain Estrella!" balas Mama tegas.
Maira buru-buru mengusap airmata yang sudah mulai menggenang itu. Estrella tidak menanggapi perdebatan kecil di meja makan antara ibu dan anak yang sama keras kepala itu. Ia memilih melihat Maira.
Ia sangat penasaran dengan gadis bernama Maira ini. Mengapa sering kali ia mendapati tatapan Bara yang berbeda untuk istri dari asistennya itu? Bara sering tertangkap matanya sedang melihat Maira dengan hangat.
"Maira, sudah berapa lama kau menikah dengan Dimas?" tanya Nyonya Olivia.
"Eeeehhh, baru dua minggu, Nyonya." sahut Maira tergagap dengan senyum terulas. Perih rasanya hati Maira saat ia harus mengakui pernikahan jadi-jadian itu.
"Bantu Estrella dekat dengan Bara. Putraku ini sangat keras kepala." ujar Nyonya Olivia lagi di hadapan semua orang yang ada di meja makan.
"Stop Ma! Aku tidak mau membahas pernikahan dengan siapapun. Lebih baik aku berangkat. Dimas, ayo antar aku. Mama lebih baik berangkat bersama supir lain." Bara berdiri, diikuti Dimas dan Maira. Nyonya Olivia hanya memandang datar kepergian Bara.
"Tenang saja Ella, Mama akan membujuk Bara untuk segera menikahimu. Kasihan Serafinna jika harus kehilangan figur seorang ayah."
Estrella tersenyum, ia memang berharap untuk bisa dekat dengan Bara. Ia senang sampai hari ini, mertuanya itu masih sangat menyayanginya. Ia juga beruntung, Serafinna tetap mendapat tempat di hati neneknya.
"Mama akan ke perusahaan. Kau baik-baik bersama Serafinna di sini ya. Malam nanti mama akan mengatur makan malam romantis antara kau dan Bara." Nyonya Olivia mengecup kening cucunya sebelum meninggalkan mereka.
Tinggallah Estrella dan Serafinna juga Sofia yang sedari tadi diam di tempatnya berdiri.
"Sofia." panggil Estrella, Sofia mendekat.
"Ada yang bisa saya bantu?" Datar, seperti biasa.
"Siapa sebenarnya gadis bernama Maira itu?" tanya Estrella penasaran.
"Bukankah Nona sudah tau dia siapa?" Sofia balik tanya dengan sorot mata dinginnya.
Estrella menarik nafas panjang menghadapi perempuan dingin itu. Ia sudah lama mengenal Sofia.
"Maksudku, aku melihat Bara begitu istimewa memperlakukannya." ujar Estrella lagi.
"Berarti Nona Maira telah diterima dengan baik oleh Tuan Bara." timpal Sofia. Estrella mengernyitkan dahi.
"Maksudmu, aku tidak sebanding dengan gadis itu dan Bara lebih menyukai Istri asistennya itu?" tanya Estrella sambil tersenyum sinis memandang Sofia.
"Anda sendiri yang mengatakannya, Nona." balas Sofia tenang.
"Tapi mama tetap mengharapkan aku yang menjadi Istri Bara." sahut Estrella penuh penekanan.
"Benar, Nona Estrella, bukan Tuan Bara yang mengharapkannya, tetapi Nyonya Olivia. Saya permisi." Sofia berlalu meninggalkan Estrella yang ternganga mendengar perkataan Sofia yang tenang barusan.
Dari dulu Estrella memang tidak bisa membantah Sofia. Sofia bahkan telah lebih dulu mengenal Tuan Evander dibanding Nyonya Olivia. Jadi wajar saja ia juga sangat melindungi Tuan Mudanya.
"Mommy, aku mau main di belakang." Rengekan Serafinna membuyarkan lamunan Estrella.
"Serafinna, main sendiri dulu ya, mommy capek." tolak Estrella halus. Serafinna memberengut kesal menatap ibunya.
"Kalau ada Daddy aku pasti tidak akan bosan seperti ini." keluh anak kecil itu sambil bertopang dagu.
Estrella memijat pelipisnya. Ia lelah sebenarnya, hampir tujuh tahun ini menunggu Bara menyambut cintanya. Bahkan kehadiran Serafinna tidak mengubah apapun.
Bara memang perhatian hanya kepada anaknya bukan dirinya. Sementara Estrella berharap lebih daripada itu. Ia ingin Bara melihatnya sebagai perempuan yang sama terluka dikhianati oleh pasangan mereka masing-masing. Ia ingin Bara mau mengabulkan permohonan mama untuk menikahinya.
"Aku penasaran siapa sebenarnya gadis bernama Maira itu." desis Estrella pelan. Hubungannya dengan Dimas terlihat sangat kaku. Dan kenapa juga pasangan itu harus tinggal serumah dengan Bara?
Aku akan mencari tahu. Batin Estrella mantap.
**********
Saat malam tiba Nyonya Olivia benar-benar memaksa Bara untuk mengajak pergi ke restoran mewah yang telah ia pesan.
Dimas mengantar keduanya ke tempat itu. Binar bahagia nampak di wajah Estrella namun tidak dengan Bara. Lelaki itu sedari tadi hanya menatap kesal.
"Kita akan kemana?" tanya Estrella dengan binar bahagia.
"Bukannya kau lebih tahu?" sarkas Bara.
Estrella terdiam, namun ia tetap menyunggingkan senyum. Ia bahagia bisa sedekat ini dengan Bara.
Sementara di kamarnya, Maira hanya terdiam di sudut jendela. Ada sedih yang jelas terbaca dari sorot mata indahnya. Lagi, ia harus merelakan Bara pergi bersama wanita pilihan mamanya.
Maira keluar, ia pergi ke ruang tari. Ia sudah tidak tahu harus melampiaskan kesedihan ini pada siapa. Hanya kepada tiang tari lah ia bisa melepas beban berat yang sedang melanda.
"Menarilah Bee, aku selalu suka melihat tubuhmu menyatu bersama tiang itu." Kata-kata Bara terngiang seiring gerakan meliuk yang Maira mainkan.
Lingerie putih tulangnya melambai ke segala arah, seolah sedang mencari keberadaan Bara yang tengah bersama wanita lain bernama Estrella
Maira terus menari hingga ia lelah. Ia merosot ke lantai yang masih terdampar permadani tebal. Maira berusaha menghadirkan sosok semu Bara di atas permadani itu. Hingga ia terlelap dengan air mata 9 sempat keluar setetes.
Sementara di kursinya yang berhadapan dengan Estrella, Bara hanya mengaduk-aduk minumannya tanpa selera.
"Ehmmm Kak Bara, aku ingin sekali bisa terus bersama mu seperti ini." ujar Estrella dengan harapan Bara juga mengatakan hal yang sama.
"Aku ingin cepat pulang. Bisakah kau segera menghabiskan makanan mu?" tanya Bara dingin tanpa memperdulikan kalimat penuh arti yang tadi Estrella ucapkan.
"Iya, aku akan segera menghabiskannya." Pias wajah perempuan itu
"Bagus." singkat Bara.
"Kak, bagaimana tentang rencana mama untuk menikahkan kita?"
"Sampai kapan pun aku tidak akan menikahimu, Ella." sahut Bara tajam.
"Kenapa? apa karena aku bekas istri kakakmu?" tanya Estrella sama tajamnya. Ia lupa tadi sempat menciut dengan pernyataan Bara.
"Karena aku tidak mencintaimu! Tidak ada ruang dihatiku untuk perempuan lain." tegas Bara lagi. Estrella menangkap makna kata-kata itu seolah menjelaskan bahwa Bara telah menemukan perempuan lain dan itu bukan dirinya.
"Tapi..."
"Ella, aku mungkin menyayangi Serafinna karena dia anak kakakku, meski aku membenci Kevin. Tapi padamu, aku tidak memiliki perasaan apapun."
Pernyataan itu sukses membuat Estrella terdiam lagi. Hening. Bahkan sampai perjalanan pulang menuju rumah.
Mungkin aku harus meminta mama pulang saja ke Meksiko. Itu lebih baik daripada harus terus seperti ini. Batin Bara mengerang di sepanjang jalan pulang.
untungnya Kevin mati....kl ngga perang Baratayudha beneran
Tuhan pasti memberikan kebaikan yg terbaik dibalik kejadian yg menimpa kita.
teruslah berpikir positif atas segala kejadian.
memang tdk mudah...
semangat kak💪
othor keceh comeback again, apa kabare si Beben kak??????😂😂
masi kah pake pempers?????
ada notif langsung gassss.....
apa kabar mak, moga mak Julie yg cantik mem bahenol selalu sehat2 dan lancar semuanya Aamiin🤲
biar semangat up nya...🥰🥰🥰