“Kamu lihat wanita yang memakai gaun merah muda itu? Jika kamu bisa menidurinya malam ini juga, ayo kita menikah lagi!” ucap Zoya.
Awalnya, Hyera tak lebih dari wanita taruhan yang harus Elmer tiduri, seperti syarat yang harus Elmer jalani agar dirinya bisa kembali menikah dengan Zoya sang mantan istri. Namun, pesona Hyera yang selain sangat cantik mirip barbie hidup, tapi juga penuh keceriaan sekaligus hangat, membuat dunia Elmer hanya dimiliki Hyera. Zoya bahkan tak lagi penting bagi Elmer, terlebih selama ini, Zoya selalu semena-mena kepada Elmer.
Elmer bahkan berjuang penuh untuk bisa menikahi Hyera dan mengukir cinta yang manis bersama Hyera.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rositi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34 : Restoran Keluarga Hyera
“Ini salah satu restoran cabang terbaru milik keluarga Hyera. Hubungan baik mereka dengan banyak pihak, menjadi alasan restoran mereka selalu ramai,” ucap pak Taya.
Zoya maupun sang mama, memang baru tahu bahwa restoran yang menjadikan menu serba bernama “mantan” kunjungan mereka, merupakan restoran milik orang tua Hyera. Restoran dengan dua lantai dan memiliki luas yang mempuni tersebut mengusung konsep alam. Selain itu, bangunannya juga terbilang mewah sekaligus kokoh, padahal harga setiap menu di sana sangat bersahabat. Paling mencolok, di sana juga memiliki banyak lampu.
“Kalau boleh tahu, ... berapa banyak restoran yang dimiliki orang tua Hyera?” tanya Zoya tanpa menatap sang papa.
“Jika dengan yang ini, berarti lebih dari 20. Karena mereka memang sudah memulai bisnis kuliner, sejak ibu Chole hamil anak pertama,” ucap pak Taya.
Mendengar itu, kedua tangan Zoya yang ada di atas lutut, refleks mencengkeram erat celana panjangnya. “Pantas Emran bahkan Elmer, lebih memilih Hyera ketimbang setia kepadaku,” batinnya.
Tak lama kemudian, Zoya malah dikejutkan dengan kemunculan Elmer dan Hyera. Keduanya keluar dari ruangan dalam sambil mengobrol serius dengan tiga orang berpenampilan rapi. Satu di antaranya merupakan ibu-ibu necis, sementara duanya merupakan pasangan muda. Bersama ketiganya, Elmer dan Hyera tampak sedang meeting. Mereka bahkan sampai membahas langit-langit restoran. Namun yang membuat Zoya merasa sangat sebal, sepanjang kebersamaan tersebut, Elmer begitu menjaga Hyera.
Hyera yang kali ini memakai pakaian serba panjang warna biru gelap, tampak sangat anggun. Kulit Hyera terlihat makin cerah akibat atasan panjang dan juga bawahan rok panjang yang dipakai. Sesekali, dari yang Zoya amati, tangan Elmer akan meraih jemari atau punggung Hyera kemudian membelainya. Padahal, kedua mata Elmer jelas fokus pada ketiga orang yang tengah menjadi lawan bicaranya.
“Hubungan kalian sudah terlalu jauh. Namun, akankan semuanya tetap baik-baik saja, jika Hyera tahu kelakuan ibu Ami? Atau setidaknya, apakah ibu Ami akan tetao diam, jika menantu kayanya tidak memberinya banyak keuntungan?” batin Zoya sudah langsung menyusun rencana. Rencana tepat untuknya membalas Elmer maupun Hyera. “Bisa-bisanya kalian bahagia di atas penderitaanku!” batinnya lagi.
“Kita makan di tempat lain saja,” sergah Zoya yang kemudian langsung pergi dari sana. Zoya menenteng tasnya sambil kembali memakai kacamata hitamnya.
Orang tua Zoya yang duduk bersebelahan, menatap satu sama lain. Keduanya bergegas menyusul sang putri tanpa berniat menyapa Elmer, apalagi memberi pria itu ucapan selamat atas pernikahan barunya. Padahal, mereka juga melihat Elmer. Elmer yang dari segi penampilan masih sama dengan Elmer saat menjadi menantu mereka. Meski kini, Elmer yang memang tipikal pengertian tampak sangat bahagia bersama wanita yang digandeng dan mereka yakini sebagai Hyera.
Berbeda dengan Elmer yang tidak melihat rombongan Zoya, Hyera justru melihatnya. Hanya saja, Hyera yang mengenali Zoya sebagai wanita di club malam dan berdalih merupakan teman Chelline. Hanya sekadar itu karena Hyera memang belum tahu wujud mantan istri suaminya. Termasuk juga sosok pak Taya dan sebelumnya sempat Hyera tegur melalui pesan suara.
“Mereka enggak jadi pesan? Ada urusan mendadak, apa memang belum dapat pelayanan juga?” pikir Hyera khawatir, restorannya sudah membuat pelanggannya kecewa. Apalagi, yang mengurus pesanan online saja tampak sangat kewalahan.
“Sayang, kenapa?” tanya Elmer lembut tak lama setelah rombongan Hyera tak terlihat lagi.
“Sayang, kayaknya kita perlu nambah pekerja deh,” ucap Hyera berbisik-bisik menatap suaminya.
Elmer langsung mengedarkan tatapannya, kemudian menggeleng. “Pertama, enggak setiap saat sesibuk ini. Kesibukan ini hanya di jam-jam tertentu khususnya jam makan siang maupun jam makan malam. Kedua, andai mau menambah jumlah pekerja, kita juga wajib menambah meja dan kursi. Karena kalau tidak, pembeli mau ditampung di mana? Ketiga, seadanya saja. Andai mereka sampai harus mengantre, ya mau bagaimana lagi. Kita enggak usah memaksa. Apalagi cabang restoran keluarga kamu banyak. Sementara tempat duduk, bisa disiasati dengan pesan online seperti yang sedang antre-antrenya. Jadi, andai kita tidak menambah pekerja, kita bisa kasih bonus gaji ke pekerja kita biar mereka makin semangat. Nanti buat mensiasati hujan mengingat sekarang sedang turun hujan, nanti dibikin atap lagi di depan. Bentar lagi aku bagi-bagi kopi apa teh buat mereka yang antre juga bukan ide yang buru.k.”
Solusi panjang lebar dari sang suami, membuat Hyera tersipu. Hyera memberikan kedua jempol tangannya kepada Elmer, sebelum mereka kembali fokus pada ketiga orang di sebelah mereka. Restoran mereka akan disewa untuk acara pertunangan. Kenyataan yang tentu saja sangat Hyera maupun Elmer Syukuri. Sebab baru mendapatkan restoran dari pak Helios, mereka sudah dapat job besar.
Setelah kesepakatan dibuat, Hyera dan Elmer sungguh bagi-bagi kopi kepada para pengantre di orderan online restoran mereka. Bahkan, Hyera dan Elmer juga sampai membuatkan kopi untuk setiap karyawan mereka.
“Satu cup, harganya lima puluh ribu, ya,” ucap Hyera dan tentu saja bercanda, tapi memang langsung membuat karyawannya takut. Mereka yang telanjur menyeruput kopi susunya, mendadak mirip mengalami sakratul maut.
“Enggak ... enggak. Ibu Hyera hanya bercanda. Ini murni biar kalian makin semangat. Ayo, kerjanya makin semangat ya. Kami temani!” lembut Elmer dan langsung menjadi angin segar tersendiri untuk para karyawan. Hyera yang melihat perubahan ekspresi karyawannya secara drastis, juga jadi ngakak.
Sore menjelang petang, waktu Hyera dan Elmer kembali ditemani hujan angin.
“Kenapa yah, kalau mau ke mama Ami, selalu hujan angin. Firasatku jadi langsung kurang bagus jadinya. Pengin curhat ke mama Chole, nanti yang ada, Mama pasti panik,” batin Hyera membiarkan tubuhnya dirangkul sekaligus dipayungi Elmer guna menerobos hujan angin yang masih berlangsung.
“Sayang, kamu belajar racik meracik kopi dari mana? Itu tadi, rasa kopi buatanmu pas banget loh,” ucap Elmer yang sudah langsung siap menyetir mobilnya.
“Aku memang belajar khusus, Sayang. Dulu, aku juga belajar bikin Thai tea. Itu aneka minuman yang unik-unik, murni racikanku. Pokoknya, minuman, es krim, dessert, itu hasil karyaku!” ucap Hyera.
Sadar sang suami jadi sibuk tersipu, Hyera sengaja menggodanya. “Pasti makin terpesona kan, ke aku?”
Elmer yang tak bisa berkata-kata, makin tersipu dan memang terpesona kepada sang istri yang tak segan kibas-kibas rambut. Elmer memeluk gemas Hyera yang jadi tertawa.
Tak sampai satu jam, akhirnya mereka sampai di tempat ibu Ami. Ketika mereka menemui petugas yang berjaga, ternyata ibu Ami sedang ada tamu.
“Tamu? Siapa?” lirih Elmer merasa tidak nyaman. Hal yang sebenarnya sudah Hyera rasakan.
“Kok firasatku makin enggak enak ya,” batin Hyera.
aku beneran ngakak ma pa haji waktu dia ngejar mba arum trus ngejar adek nya mba widi. ceritanya beneran karateristik orang2 sekitar.
baca novelnya lumayan jadi hiburan kita para emak yg anak nya udh pada gede dirumah selain pekerjaan rumah sisanya cuma rebahan.