Alexa Rahmania atau biasa di panggil Ale mahasiswi berprestasi penyuka anak kecil. Ale anak kedua dari pasangan Rahmat Hudaya seorang pegawai pemerintahan dan Ida ningsih ibu rumah tangga.
Ardan Ramadhan kakak dari Ale seorang abdi negara kebanggaan Ibu Ida. Ibu Ida kerap kali membedakan kedua putra putrinya.
Bagaimana kisahnya??
Ikuti terus ya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Meitania, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Adik
Pagi-pagi semua sudah sibuk untuk persiapan wisuda Nayla. Bunda Sarah sudah mengundang mua untuk merias mereka semua. Namun, belum ada pergerakan dari kamar Ale dan Bima. Bahkan Keira sudah menangis mencari Mommy nya.
"Sus, Ale belum turun?" Tanya Oma Winda.
"Belum Nyonya tadi saya sudah ketuk pintunya tapi tidak ada jawaban." Jawab Suster Yuli.
"Loh, kemana mereka. Biar saya cek." Oma Winda.
"Kenapa Mi?" Bunda Sarah.
"Ale sama Bima belum turun. Kata Yuli sudah di ketuk tapi ga ada jawaban." Oma.
"Bima baru saja tidur sepertinya Mi. Subuh tadi Ale muntah-muntah." Jelas Bunda Sarah.
"Loh, Ale sakit?" Oma Winda.
"Iya Mi. Subuh tadi Bima bawa Ale ke rumah sakit dan baru saja kembali." Bunda Sarah.
"Terus bagaimana kata dokter?" Tanya Oma Winda panik.
"Sarah belum banyak tanya Mi. Tadi pas datang Ale tertidur jadi Bima langsung bawa Ale ke kamar." Bunda Sarah.
"Jadi, mereka ga ikut dong ke wisudanya Nayla?" Oma Winda.
"Katanya mereka akan menyusul ke resto saja jika Ale sudah lebih baik Mi." Bunda Sarah.
"Semoga Ale baik-baik saja." Oma Winda.
"Aamiin."
Bunda Sarah pun menyuapi Nayla sarapan karena jika tidak begitu Nayla tidak akan sempat lagi sarapan. Bunda Sarah tidak ingin terjadi sesuatu pada Putrinya jadi Nayla di paksa untuk sarapan. Bunda Sarah memang tak pernah membedakan semua Putra putrinya. Walau hanya Dinda yang putri biologisnya.
"Tunggu." Interupsi Dinda ketika semua sudah siap.
"Apa sih Dek?" Bunda Sarah.
"Iya kamu bikin kaget aja deh." Nayla.
"Dimana Om sama Tante?" Dinda.
"Tante Ale kurang enak badan Din. Jadi kita pergi duluan. Mereka menyusul ke resto nanti." Bunda Sarah.
"Loh, terus Tante ga kenapa-napa Bun?" Dinda.
"Sudah nanti saja kita lihat Tante. Sekarang dia sedang istirahat di temani Om kalian. Ayo nanti kita terlambat. Nanti juga mereka menyusul." Bunda Sarah.
Tanpa banyak bicara lagi semua pun ikut serta kecuali Keira dan Suster Yuli karena Oma Winda tidak memungkinkan membawa Keira ikut serta karena Keira rewel dan terus memanggil Mommy nya. Jadi Oma Winda meminta Suster Yuli menjaga Keira dan menunggu Ale turun.
Ale menggeliat merasakan cahaya matahari yang menembus tirai kamarnya. Ale mengitari seluruh ruang kamarnya. Kemudian menatap Bima yang masih terlelap di sampingnya. Ale tersenyum mengingat kejadian malam tadi. Namun, lamunannya buyar ketika mendengar suara tangisan Keira.
"Mas, bangun Mas. Itu Keira nangis tolong ambil." Ucap Ale menggoyangkan lengan kekar Bima yang memeluk pinggangnya.
"Hm.. Jam berapa ini?" Tanya Bima yang kemudian bergerak mengambil ponselnya yang di letakkan di atas nakas.
"Astaga! Sudah jam 9. Keira pasti sudah dari tadi mencarimu sayang." Bima.
"Mas bawa ke sini ya. Ale lemes." Rengek Ale.
"Tapi kamu sudah ga mual kan?" Tanya Bima cemas.
"Ngga Mas. Udah mendingan setelah minum obat." Ale.
"Ya sudah Mas. Ambil Kakak dulu ya. Sekalian minta Bibi siapkan sarapan dan di bawa ke kamar." Bima.
"Iya. Makasih Mas." Ale.
"Sama-sama sayang." Bima.
Bima bergegas membawa Keira yang sedang di tenangkan oleh Suster Yuli. Tak lupa meminta Bibi menyiapkan sarapan dan memintanya untuk di bawakan ke atas. Sementara Ale membersihkan dirinya sambil menunggu Bima kembali bersama Keira.
"Princess Daddy kenapa sayang? Kangen Mommy ya? Ayo kita ke mommy ya." Tanya Bima yang mengambil alih Keira dalam gendongan Suster Yuli.
"Terima kasih Sus. Maaf merepotkan ya sus." Bima.
"Sama-sama Tuan. Saya tidak merasa di repotkan. Bagaimana keadaan nyonya Tuan apa sudah lebih baik?" Tanya Suster Yuli.
"Alhamdulillah sudah sus." Bima.
"Syukurlah." Suster Yuli.
"Suster siap-siap saja ya sama tolong persiapan punya Keira ya sus. Nanti makan siang kita ke resto tempat acaranya Nayla." Bima.
"Baik Tuan." Suster Yuli.
Bima ke kamar membawa Keira yang masih terisak dalam gendongannya. Sampai di kamar Keira yang tak melihat keberadaan Ale pun kembali menangis.
"Eh, kok nangis lagi. Cup cup sayang. Mommy ada kok di kamar mandi." Ucap Bima menenangkan Keira.
Keira menatap Bima dengan mata yang berkaca-kaca dan pipi yang basah oleh air mata. Bibirnya masih melengkung ke bawah pertanda tangisnya akan kembali pecah. Bima buru-buru membawa Keira mendekati pintu kamar mandi. Di ketuknya pintu kamar mandi dan memanggil Ale.
"Mommy..." Panggil Bima.
Keira menatap Bima dan pintu kamar mandi bergantian. Belum ada reaksi apapun dari pintu yang di ketuk Bima membuat bibir Keira kembali melengkung dan siap pecah tangisannya.
"Cup sayang. Ayo kita panggil sama-sama mommy nya." Bujuk Bima.
"Mommy... Kakak cari Mommy nih." Panggil Bima.
Ceklek..
Pintu pun terbuka dan pecahlah tangis Keira saat melihat Mommy nya yang masih menggunakan bathrobe.
"Uuuu... Sayang Mommy. Maaf ya. Kakak cari Mommy ya? Maaf ya sayang Mommy bangun kesiangan." Ucap Ale.
Keira memeluk Ale seakan takut kehilangan. Bima cemas melihat Ale menggendong Keira.
"Yang, apa adik tidak apa-apa Mommy menggendong Kakak?" Bima.
"Nggak kok Dad.. Adik baik-baik saja." Ucap Ale meyakinkan Bima.
Seolah mengerti obrolan kedua orang tuanya Keira melepaskan pelukannya pada Ale kemudian menatap Ale dan Bima bergantian. Ale tersenyum melihat reaksi wajah Keira yang begitu menggemaskan menurutnya.
"Kenapa? Kakak cari adik?" Tanya Ale.
"Di.." Ucap Keira.
"Iya Adik." Jawab Ale.
"Na?" Keira.
"Di sini. Adik masih di dalam perut Mommy sayang." Ucap Bima mengusap perut rata Ale.
"Lut..." Ucap Keira.
"Iya di perut sayang. Kakak harus pinter ya. Kan adik nya mau lahir. Nanti Kakak main sama adik ya. Sayang sama adik." Bima.
"Yan.." Ucap Keira yang belum fasih berbicara karena usianya yang belum genap satu tahun.
Ale memeluk Keira gemas kemudian mendaratkan kecupannya di seluruh permukaan wajah Keira membuat Keira tergelak karena ulah Ale. Bima merasa terharu dengan interaksi di antara Keira dan Ale. Ale begitu baik menjalankan perannya sebagai Ibu. Dan ketulusannya tak pernah dia ragukan lagi.
Bima memeluk Ale dan Keira bersamaan kemudian mendaratkan kecupan di puncak kepala Ale dan Keira bergantian. Tak henti-hentinya Bima bersyukur atas keluarga kecilnya.
Terdengar suara ketukan di pintu kamar dan ternyata itu Bibi yang membawakan Ale dan Bima sarapan. Bima pun menyuapi Ale makan dengan telaten Ale pun dengan senang hati menerima setiap suapan suaminya karena Keira tak bisa lepas darinya. Sebenarnya Ale bisa saja makan sendiri namun Bima ingin menyuapinya.
Keira menginginkan makanan kedua orang tuanya membuat Bima memberikan suapan yang sekiranya bisa Keira makan. Keira pun merasa senang mendapatkan suapan dari Daddy nya.
🌹🌹🌹