Trust Me Please.

"Mas Riko."

Kedua bola mata Rahma membulat sempurna ketika melihat keberadaan pria itu berbaring di atas tempat tidurnya dengan posisi kedua tangannya sebagai penopang kepalanya.

Sementara Riko sama sekali tidak bergeming dari posisinya saat ini.

"Apa yang kamu lakukan mas??."

"Seperti yang kamu lihat.". jawab Riko dengan santainya sehingga membuat Rahma mulai kesal di buatnya.

"Aku juga tahu, tapi bukan itu maksudnya." Rahma memijat kepalanya yang terasa mulai berdenyut.

"lalu??."

"Apa maksudnya ini semua mas??." tanya Rahma seraya menunjuk ke arah koper besar yang terletak di dekat lemari pakaiannya. " dan satu lagi, bagaimana kamu bisa masuk ke rumahku, mas Riko??." Tanya Rahma. Setelahnya ia menghela napas dalam seolah menahan gemuruh di dadanya.

Riko beranjak turun dari tempat tidur kemudian melangkah ke arah Di mana Rahma berdiri dengan posisi salah satu tangannya yang bertolak pinggang sementara satunya lagi sesekali nampak memijat kepalanya.

"Mulai hari ini aku akan tinggal di rumah ini bersamamu." jawaban Riko membuat senyum miris terukir sudut bibir Rahma.

"Jangan Gila kamu mas." ujarnya. Dari pada kepalanya akan terasa semakin berdenyut Rahma memilih beranjak keluar dari kamar namun cekalan tangan Riko pada lengannya membuat Rahma mau tak mau menghentikan pergerakannya lalu kembali menatap tajam pria di hadapannya itu.

"Sampai kapan kamu akan mempermainkan perasaanku mas, tidak bisa kah kamu memberikan sedikit ketenangan di dalam hidupku???." kalimat Rahma membuat Gurat bingung terukir di wajah Riko.

"Apa maksudmu??."

"Di saat aku masih menjadi istrimu yang sah kamu bahkan enggan sekamar denganku, tetapi setelah kamu menceraikan aku kamu justru ingin tinggal dan bahkan ingin sekamar denganku. Apa seperti itu bukan mempermainkan perasaanku namanya mas?? Setelah dengan susah payah aku pergi jauh darimu mengubur semua perasaanku padamu dan kini kamu justru kembali hadir di dalam hidupku untuk menghancurkan usaha yang selama ini aku lakukan."

Kini Rahma tak sanggup lagi menyimpan perasaannya sendiri sehingga ia pun meluapkan semuanya di hadapan Riko dengan berurai air mata.

Kini Riko jadi paham ternyata selama ini Rahma berpikir jika ia telah menceraikan dirinya.

"Dulu Aku berpikir mas benci kepadaku hanya karena kejadian malam itu namun setelah aku menemukan sebuah foto di mana mas Riko bersama seorang wanita, aku jadi paham sampai kapanpun aku berusaha aku tetap tidak akan bisa mendapatkan hati kamu mas karena sudah ada wanita lain yang terukir di sana."

Di malam terakhir ia berada di apartemen Riko, ia tak Sengaja melihat foto Riko bersama Mona di laci nakas saat hendak meletakkan cincin pernikahannya di sana. dari situlah Rahma semakin yakin dengan keputusannya pergi jauh dari Riko.

"Sayang, itu tidak seperti yang kamu pikirkan."

Dengan perasaan bersalah Riko membawa tubuh Rahma yang kini menangis hingga sesenggukan ke dalam dekapannya.

Riko merasa hatinya seakan tersayat ketika mendengar tangisan pilu sang istri.

"Satu yang harus kamu tahu Sayang !!aku, Riko Pranata Abraham tidak pernah menceraikan kamu Mega Rahmawati, saat ini dan sampai seterusnya kamu akan tetap menjadi istriku."

Pernyataan Riko mampu membuat Rahma menarik diri dari dekapan Riko untuk memberi jarak lalu mengangkat pandangannya agar dapat menatap intens wajah pria itu.

"Mas tidak pernah menceraikan kamu, sayang. mengenai wanita yang bersama mas di foto itu, dia adalah mantan kekasih mas namanya Mona dan dia hanya masa lalu. Mas telah menyudahi hubungan di antara kami sebulan sebelum kita di jodohkan." beritahu Riko yang sejujurnya.

Tentunya Rahma tidak percaya begitu saja dengan ucapan Riko mengingat tak satu pun bukti yang bisa di tunjukkan pria itu padanya.

"Dokumen pernikahan kita masih mas simpan dengan baik di jakarta dan jika kamu mau mas bisa meminta mama untuk mengirimkannya ke sini." ucap Riko seolah menjawab keraguan di mata Rahma untuknya.

Rahma masih diam seraya menatap kedua bola mata Riko seolah mencari kebohongan di sana, namun tak terlihat kebohongan di mata pria itu yang ada hanyalah kejujuran.

"Tapi saat ini aku belum bisa menerima mas di_." ucapan Rahma berakhir begitu saja saat Riko lebih dulu menyela.

"Tidak masalah jika kamu belum bisa menerima mas di kamar ini, mas bisa tidur di luar."

Riko hanya tersenyum kaku saat Rahma menatapnya dengan tatapan tajam.

"Please sayang, mas juga ingin dekat dengan calon anak kita. Biarkan mas tinggal di sini bersamamu." pinta Riko seolah mengerti dengan tatapan tajam Rahma.

"Terserah mas saja, lagi pula rumah ini milik saudaranya mas Riko. Hanya satu yang aku minta, untuk saat ini jangan katakan pada siapa pun tentang hubungan kita termasuk pada Ratu, aku belum siap dengan itu semua." ujar Rahma sengaja ingin melihat kesungguhan hati Riko sampai di mana ia akan memperjuangkan keutuhan rumah tangga mereka.

"Baik kalau masalah Ratu, mas setuju. tapi mas tidak janji bisa membunyikan hubungan kita dari pria itu."

"Terserah." jawab Rahma sebelum beranjak ke kamar mandi, meninggalkan Riko yang kini terus menatapnya.

Rahma paham pria mana yang di maksud Riko, pria itu tentu saja Dr Toni.

"Terima kasih sayang.". Ucap Riko dan tentunya tak lagi dapat di dengar oleh Rahma yang kini telah menghilang di balik pintu kamar mandi.

Sementara Rahma yang kini telah berada di kamar mandi menjadikan pintu kamar mandi sebagai sandaran tubuhnya.

"Oh tuhan.....Apa aku tidak terkesan seperti wanita gampangan di hadapan mas Riko, setelah di sakiti dengan mudahnya aku menerimanya kembali." batin Rahma yang kini tengah memejamkan matanya seraya menyandarkan tubuhnya di pintu kamar mandi.

**

"Oh tuhan....Jangankan tidur di sofa tidur di kamar mandi pun aku rela asalkan bisa dekat dengan istriku." Riko yang kini menjatuhkan bokongnya di sofa nampak bermonolog.

"Ra..Ra.."

Ratu menghentikan langkahnya untuk mencari keberadaan Rahma ketika melihat keberadaan Riko yang duduk di sofa ruang tengah.

"Apa yang anda lakukan di sini tuan, di mana Rahma??." cecar Ratu dengan tatapan curiga.

"Sahabat anda sedang berada di kamarnya dan saya sama sekali tidak menyakitinya." jawab Riko dengan wajah datar seperti biasa, seolah ingin menjawab sorot mata Ratu.

Merasa tidak enak pada akhirnya Ratu hanya tersenyum kaku saat mendengar jawaban Riko.

"Baiklah, kalau begitu saya permisi ke kamar Rahma, Tuan." ucap Ratu kemudian bergegas menuju kamar Rahma berada.

"Ada apa??." tanya Rahma saat Ratu baru saja tiba di kamarnya dengan raut wajah penuh tanya.

"Apa yang dilakukan tuan Riko di rumahmu??." tanya Ratu sengaja mengecilkan volume suaranya tidak enak jika sampai terdengar oleh Riko padahal kenyataannya jarak antara kamar Rahma dan ruang tengah cukup jauh.

"Tuan Riko memiliki pekerjaan di daerah sini jadi sampai dengan pekerjaannya selesai dia akan menginap di sini." Rahma beralasan.

"Aaapaaaa??." Ratu membungkam mulutnya dengan telapak tangannya saat menyadari volume suaranya terdengar begitu menggelegar saking terkejutnya.