Trust Me Please.
Tengah sibuk memindahkan beberapa barangnya dari kamar Riko tiba tiba ponsel yang berada di saku celana Rahma bergetar tanda notifikasi pesan baru saja masuk.
"Pukul berapa nak Riko akan mengantar kamu ke rumah ayah sayang??." kening Rahma nampak berkerut bingung saat ia membaca pesan dari ayahnya.
"Pagi tadi ayah menghubungi nak Riko." Mungkin karena Rahma tak urung membalas pesan darinya sehingga ayah Roland kembali mengirimkan pesan.
Rahma memilih bertanya lebih dulu pada Riko sebelum membalas pesan dari ayahnya. Ia pun menuju ruang tengah di mana nampak Riko tengah duduk bersandar di bahu sofa sembari memejamkan matanya.
"Ehem." Rahma sengaja berdehem agar Riko menyadari keberadaannya.
Menyadari keberadaan Rahma yang kini duduk di hadapannya, Riko nampak membuka mata.
"Apa tadi pagi ayahku menghubungi mas??."
"Hemt."
"Malam ini ayah meminta kita untuk menginap di sana, tetapi sepertinya saya tidak bisa karena masih banyak pekerjaan yang harus segera saya selesaikan." Sejak menikahi Rahma tiga bulan yang lalu, Riko selalu saja memiliki alasan untuk menolak permintaan ayah mertuanya untuk menginap.
"Bersiaplah!! saya akan mengantarmu ke sana." lanjut ucap Riko sebelum pria itu bangkit dari duduknya, hendak menuju kamarnya untuk membersihkan diri karena sejak kembali dari danau sore tadi ia belum juga membersihkan tubuhnya.
Rahma nampak menghela berat saat melihat kepergian Riko.
Jika beberapa hari kemarin ia harus bersandiwara layaknya pengantin baru yang begitu harmonis di hadapan ayah mertuanya, kini ia kembali harus memainkan sandiwara itu di hadapan kedua orang tuanya.
Tidak ingin membuat nanti kepalanya malah sakit akibat terlalu banyak pikiran, Rahma pun memilih berlalu ke kamarnya untuk segera bersiap menuju kediaman orang tuanya.
Sebelum berlalu ke kamar mandi, Rahma lebih dulu membalas pesan dari ayahnya.
Tepat pukul tujuh malam mobil Riko berangkat menuju kediaman mertuanya.
Seperti biasanya Riko lebih banyak diam ketika bersama sang istri.
"Mas, apa tidak bisa malam ini kamu ikut menginap di rumah ayah ??." Rahma yang tidak ingin ayahnya berpikiran jelek terhadap suaminya pun mengumpulkan keberanian untuk meminta pada Riko, bahkan wanita itu terlihat sedikit memelas berharap Riko bisa berubah pikiran.
"Maaf, sepertinya aku tidak bisa banyak yang harus aku kerjakan malam ini."
Rahma yang mengetahui jika saat ini suaminya sedang berdusta itu pun hanya bisa tersenyum getir.
"Mas, apa kamu tidak lelah terus terusan bersikap dingin seperti ini padaku???."
Riko yang mendengarnya spontan menoleh ke arah Rahma dengan tatapan datarnya.
"Tidak bisakah kamu memperlakukan aku dengan selayaknya, mas??." dengan wajah yang berubah sendu Rahma mengungkapkan isi hatinya pada saat pandangan keduanya bertemu, sebelum Riko kembali menatap jalanan karena kini ia tengah menyetir.
Dengan memberanikan diri Rahma menggenggam tangan Riko yang lepas sehingga membuat Riko kembali menatap padanya. Meski tak mengiyakan namun Riko juga tak menolak saat Rahma mulai menggenggam tangannya untuk beberapa saat.
"Setidaknya sampai dengan waktu perpisahan kita tiba, biarkan aku menjalani kewajibanku sebagai seorang istri untukmu mas." meskipun Rahma menampilkan senyum setelah mengucapkan kalimat tersebut, namun Riko bisa melihat kesedihan di mata wanita itu.
Jujur saat ini perasaan Riko jadi tak karuan mendengarnya.
Menyadari Riko tidak merespon ucapannya, Rahma sontak melepaskan genggamannya pada Riko.
"Maaf jika permintaanku terlalu berlebihan mas." ucap Rahma. mengingat sebelum mereka menikah dirinya pun telah menyetujui syarat yang di berikan Riko padanya tanpa berpikir panjang jika sesakit ini rasanya menjadi istri tak di anggap.
Akhirnya mobil Riko tiba di kediaman orang tua Rahma. Kedua orang tua Rahma sepertinya sejak tadi menunggu kedatangan anak dan menantunya.
Rahma segera turun dari mobil kemudian menyalami kedua orang tuanya yang sudah berdiri di depan pintu utama menyambut kedatangan mereka.
"Ayah ...bunda...."
"Putri cantik mama akhirnya datang juga."
Rahma memeluk ibunya barang sejenak untuk melepas rindu karena sudah hampir sebulan Rahma tak datang mengunjungi kediaman orang tuanya karena kesibukannya sebagai seorang dokter di salah satu PKM yang letaknya di pinggiran ibu kota.
Jarak yang lumayan jauh membuat waktu Rahma banyak terkuras sehingga jarang berkunjung ke kediaman orang tuanya.
"Selamat malam ayah." setelah menyalami ibu mertuanya, kini Giliran ayah mertuanya yang di Salami Riko.
"Selamat malam nak Riko, tidak terasa sudah sebulan kalian tidak main ke sini."
"Maafkan Riko ayah karena jarang mengajak Rahma main ke sini." ucap Riko merasa tak enak pada ayah Roland.
Ayah Roland menepuk pelan punggung Riko.
"Tidak masalah nak, lagi pula ayah mengerti dengan kesibukan kamu. sebagai seorang direktur perusahaan pasti tanggung jawab kamu juga besar dan waktu kamu pun banyak tersita untuk pekerjaan."
Sosok ayah Roland memang Spek mertua idaman yang begitu mengerti akan kesibukan menantunya.
Riko hanya senyum saja mendengarnya tanpa merasa berbangga diri Saat mendapat pujian dari ayah mertuanya.
Karena sejak tadi makanan di meja sudah seperti memanggil manggil ingin segera di santap maka bunda Ening pun segera mengajak Rahma dan Riko serta suaminya menuju meja makan.
Sebelumnya Riko nyaris tak punya waktu untuk sekedar makan bersamanya sehingga malam ini Rahma menggunakan kesempatan sebaik mungkin untuk melayani sang suami di meja makan.
Selain saat ini mereka berada di rumah orang tuanya, Rahma juga tidak ingin sampai suaminya itu sampai salah makan dan berakibat fatal untuk kesehatannya.
Rahma mengisi piring Riko dengan nasi dan beberapa lauk yang di ketahui sebagai makanan kesukaan sang suami.
"Nak Riko mau ini?? Ini enak Lo...bunda masakin spesial buat menantu bunda."
"Jangan Bun..." teguran Rahma membuat pergerakan bunda Ening terhenti.
"Bun, maaf ya bukannya mas Riko enggak suka dengan masakan bunda yang itu, tapi mas Riko nggak bisa makan pedas Bun nanti asam lambung mas Riko bisa naik.."
Sebisa mungkin Rahma berucap lembut agar tidak sampai membuat bundanya sampai tersinggung dan bunda Ening nampaknya paham dengan maksud putrinya.
Bunda Ening mengembangkan senyumnya.
"Sepertinya putrinya bunda sudah sangat mengerti dengan suaminya nih." kata Bunda Ening dengan niat menggoda putrinya sebelum kembali menduduki kursinya.
"Bunda bisa aja." jawab Rahma biasa saja tak nampak rona malu di wajahnya. Bagi Rahma tak ada gunanya malu apalagi sampai baper karena sudah pasti Riko tak akan pernah peduli sama sekali dengan sesuatu yang ada hubungannya dengan dirinya.
Tidak seperti pikiran Rahma, Riko yang melihat sikap pedulinya justru di buat terpaku untuk sesaat, sehingga tatapan pria itu beberapa saat terfokus pada sang istri.
"Bagaimana dia bisa tahu jika aku tidak bisa makan makanan pedas, sedangkan aku sendiri jarang menyempatkan waktu untuk makan bersama dengannya." batin Riko sembari menatap Rahma dengan tatapan sulit di artikan.
Beberapa saat kemudian makan malam pun usai dan Ayah Roland kemudian mengajak mereka untuk berkumpul sekedar bersantai usai makan malam di ruang tengah sambil menikmati teh hangat.
Sepertinya Riko telah terhanyut di tengah obrolan santai bersama ayah mertuanya sehingga tidak menyadari jika saat ini waktu telah menunjukkan pukul sebelas malam dan ia pun harus segera pamit.
"Terima kasih sudah bersikap baik padaku di hadapan kedua orang tuaku."
Dengan senyum tipis di bibir mungilnya Rahma berucap kala mengantarkan Riko ke mobil.
Riko di buat terperanjat saat Rahma meraih tangannya kemudian mencium punggung tangannya kemudian tersenyum.
Selamat menikmati kelanjutan kisah Rahma dan Riko, maaf jika kisahnya sedikit menguras emosi dan perasaan 🙏🙏🙏🙏. jangan lupa dukungannya ya ,,,,dengan like, koment, vote and give.....😘😘😘😘🥰🥰🥰🥰🥰🙏🙏🙏🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments
Muawanah
aku mampir nieh kak.
2023-09-04
0
nurul jannah
kuikuti thor, semangat thor💪💪
2023-08-24
0
Aninda Faira
sabar rahma klo riko brsikap dingin.
2023-08-22
0