Diva seorang siswa yang dikenal Bodoh sehingga sering tidak naik kelas. Dia terpaksa harus pindah sekolah agar bisa naik kelas. Berharap menjadi lebih baik di sekolah yang baru, Diva justru malah berubah menjadi seorang siswa yang tomboi dan garang.
Bersama dua orang berandals di sekolahnya Diva berhasil merubah hidupnya menjadi lebih menyenangkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Its Zahra CHAN Gacha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DIVA Thirty Four
"Rachel!!" Herly tampak begitu kesal saat calon istrinya meninggalkannya di hari pernikahannya.
Pria itu segera memerintahkan anak buahnya untuk membunuh Rachel apapun yang terjadi
Sementara itu Rachel berlari menemui Gandhi.
"Tolong bawa aku pergi!" seru Rachel meraih lengan Gandhi
"Kenapa harus pergi, bukankah lebih baik kau hidup bersama Herly. Kalian saling mencintai lalu apa lagi!" sahut Gandhi
"Plaakkk!!"
Rachel menampar wajah Gandhi begitu keras.
"Apa kau masih tidak mengerti juga?" tanya Rachel menatapnya tajam
Gandhi terdiam menatap lekat wanita di depannya. Meskipun ia terlihat begitu dingin namun ia bisa merasa jika Rachel ingin bersamanya.
Namun kesetiannya kepada Herly yang sudah seperti saudaranya sendiri tak bisa membuatnya mengkhianati pria itu.
Baginya ia bisa mengorbankan apapun demi Herly bahkan nyawanya pun ia berikan bila perlu.
Meskipun ia sangat mencintai Rachel, namun ia rela mengalah demi Herly yang juga mencintai wanita itu.
"Apa kau tetap akan menyuruh ku kembali kepada Herly apapun yang terjadi?" tanya Rachel tampak berkaca-kaca
Gandhi mengangguk pelan meskipun dengan berat hati.
Rachel tersenyum sinis melihat jawaban Gandhi. Ia pun memilih pergi meninggalkan pria itu tanpa menghiraukan teriakan Gandhi.
Dua tahun setelah kejadian itu, Gandhi bertemu dengan Rachel yang sedang menggendong seorang bayi. Wanita itu tampak dingin dan mengacuhkan Gandhi meskipun ia berusaha menyapanya.
"Rachel, aku tak menyangka bisa bertemu denganmu lagi setelah sekian lama. Bagaimana kabarmu sekarang?" tanya Gandhi memandangi gadis kecil yang ada di gendongan Rachel
"Seperti yang kau lihat, aku baik-baik saja tanpamu," jawab Rachel kemudian menoleh kearah seorang pria yang memanggil namanya.
Tak jauh dari tempatnya berdiri seorang pria tampan melambaikan tangan kearah mereka, dan Rachel langsung membalas lambaian tangannya.
"Apa dia suamimu?" tanya Gandhi tampak tak percaya
"Benar dia suamiku," jawab Rachel
Gandhi tampak begitu shock mendengar jawaban Rachel. Ia bahkan semakin sakit saat melihat Rachel berlalu pergi tanpa berpamitan dengannya.
"Apa kau begitu marah padaku, hingga begitu mantap enggan untuk berbicara denganku,"
Tiba-tiba Herly menepuk bahunya, "Apa dia Rachel??" tanya pria itu dengan sinis
"Hmm," jawab Gandhi mengangguk pelan
"Dasar j*lang sialan, masih berani ia menginjakkan kaki di sini," ucap Herly mengepalkan tangannya
Ia kemudian memerintahkan kepada anak buahnya untuk menyingkirkan wanita itu bersama suami dan anaknya. Mendengar Herly akan membunuh Rachel, membuat wajah Gandhi seketika memerah.
Darahnya mulai mendidih saat pria di sampingnya merencanakan pembunuhan yang keji terhadap wanita yang masih di cintainya itu.
"Jangan biarkan salah satu mereka hidup, bunuh semuanya dan jangan tinggalkan jejak," ujar Herly
"Baik Bos," jawab anak buah Herly
"Apa kau masih menyimpan dendam padanya sampai harus melakukan semua ini?" tanya Herly
"Tentu saja, itu karena dia telah melakukan kesalahan yang tak akan termaafkan seumur hidupnya. Hanya dia satu-satunya orang yang berani mempermalukan dan menghancurkan hidupku hingga berkeping-keping. Jadi aku rasa tidak berlebihan jika aku juga harus menghancurkan hidupnya," jawab Herly
Melihat Herly yang begitu membencinya membuat Gandhi diam-diam mengikuti kepergian anak buahnya yang ditugaskan Herly untuk mengikuti Rachel.
*Ciitt!!
Gandhi segera menghentikan mobilnya saat melihat anak buahnya turun dari mobilnya menghampiri sebuah mobil sedan yang mereka kepung.
Gandhi mengeluarkan pistolnya dan bersiap mengarahkannya kepada para pria yang menggedor-gedor pintu mobil sedan tersebut.
"Cepat keluar!"
Dua orang pria keluar dari mobil membuat Gandhi terkejut karena yang keluar dari mobil tersebut bukan Rachel.
"Kalau mereka tidak diperintahkan untuk membunuh Rachel, lalu siapa yang bertugas membuntuti Rachel??" Tiba-tiba Gandhi membelakakan matanya saat mengingat pertemuan Herly dengan salah seorang ketua gengster.
"Ah sial, rupanya ia sengaja menjebakku!" Gandhi segera memutar mobilnya dan kembali ke tempat semula
Ia menyalakan GPS ponselnya untuk melacak keberadaan para gengster yang merupakan tangan kanannya itu.
*Ciiitt!!
Ia segera menghentikan mobilnya saat melihat Rachel yang dikeroyok oleh puluhan anak buahnya.
Gandhi segera melompat dari dalam mobilnya dan menghajar satu persatu anak buahnya.
"Jangan pernah ada yang menyentuhnya atau kalian semua akan mati di tangan ku!" seru Gandhi membuat semua anak buahnya langsung mundur menjauh darinya.
Ia langsung menggendong bayi yang ada di dalam gendongan Rachel.
Rachel menolak uluran tangan Gandhi yang berusaha membantunya berdiri.
"Apa kau belum puas membuat hidupku hancur, hingga harus membunuh suamiku juga!" seru Rachel meratapi suaminya yang terluka parah.
"Sebaiknya kau segera pergi dari sini sebelum Herly kembali mengirimkan anak buahnya!" seru Gandhi
"Aku tidak mau meninggalkan suamiku, sendirian di sini!" seru Rachel
Gandhi kemudian meletakkan putri Rachel ke dalam mobilnya, lalu menggendong suami Rachel kedalam mobil.
"Cepat masuk," seru Gandhi seger masuk dan melesatkan mobilnya
Ia sengaja membawa Rachel dan keluarganya ke rumah sakit.
Ia berharap belum terlambat untuk menyelamatkan suami Rachel. Namun dalam perjalanan menuju rumah sakit pria itu menghembuskan nafas terakhirnya.
Tentu saja hal itu membuat Gandhi langsung menghentikan mobilnya saat melihat tangis histeris Rachel.
"Maafkan aku yang terlambat menyelamatkannya," ucap Gandhi
"Semua ini salahmu, kau yang menyebabkan hidupku hancur, sekarang kau juga menghancurkan hidup putriku yang harus kehilangan ayahnya!" seru Rachel terisak
"Sepertinya sekarang kita harus membawa putrimu ke rumah sakit, lukanya begitu parah dan bila di biarkan dia bisa meninggal," ujar Gandhi saat melihat wajah pucat Diva kecil yang kehilangan banyak darah karena tebasan pisau di punggungnya.
Ia kembali melesatkan mobilnya menembus kegelapan yang mulai menyelimuti kota Jakarta.
Setibanya di rumah sakit Gandhi segera menggendong Diva kecil dan membawanya ke ruang UGD. Sementara Rachel mengurus suaminya di ruang jenazah. Gandhi menunggu Diva yang sedang menjalani operasi.
Seorang dokter keluar dari ruang operasi dan memintanya untuk mencarikan darah untuk Diva kecil yang kehilangan banyak darah.
"Golongan darahnya langka dan kebetulan stok di rumah sakit juga habis, jadi sebaiknya anda segera mencari donor yang cocok atau menanyakan stok di bank darah terdekat," ucap sang dokter
"Kalau boleh tahu apa golongan darahnya dok?" tanya Gandhi
"AB,"
Seketika Gandhi terduduk lemas mendengar jawaban sang dokter. Ia buru-buru menuju ke ruang jenazah untuk memastikan golongan darah suami Rachel sama dengannya.
Namun ia semakin sesak saat mengetahui jika golongan darah pria itu berbeda dengan Diva.
Ia kemudian menemui Rachel untuk menanyakan sesuatu yang membuat dadanya terasa sesak.
"Apa dia putriku?" tanya Gandhi membuat Rachel langsung menyunggingkan senyum kearahnya
"Jangan bermimpi," jawab Rachel kemudian mendorong Lelaki itu
Gandhi kemudian menarik lengan Rachel, "Jangan bohong, bagaimana bisa seorang ayah tidak memiliki golongan darah yang sama dengan putrinya, bukankah seharusnya golongan darahnya sama dengan ayahnya jika putrimu tidak memiliki golongan darah yang sama denganmu," ujar Gandhi seketika membuat Rachel terdiam
hara kemana ya 🤔🤔🤔