DIVA AND THE BRANDALS
Seorang wanita cantik tampak gelisah saat menunggu di sudut kelas.
Meskipun ia datang lebih awal namun tak membuatnya mendapatkan antrian pertama untuk mengambil raport putrinya. Tentu saja karena sang wali kelas tak membagikan raport berdasarkan absen atau antrian kedatangan. Wali kelas memilih membagikan raport berdasarkan prestasi siswa.
"Diva Putri Khairunnisa!"
Seketika Rachel memasukkan ponselnya saat mendengar nama putrinya di panggil.
"Akhirnya setelah hampir dua jam menunggu, dipanggil juga," gerutu Rachel segera merapikan penampilannya sebelum menemui sang wali kelas.
"Selamat siang Pak," sapa Rachel dengan seulas senyum manis di wajahnya
"Siang Bu," jawab pria itu datar
Ia segera membuka raport terakhir mejanya.
Tanpa basa-basi pria itu memberitahukan Rachel jika putrinya Diva kembali tak naik kelas.
Seketika wajah Rachel berubah muram mendengarnya, meskipun ini bukan pertama kalinya tapi tetap saja wanita itu merasa kecewa sekaligus malu dengan kebodohan putrinya yang sudah tak bisa diterima akal sehat lagi.
"Seperti yang tertera dalam tata tertib sekolah, jika seorang siswa sudah tidak naik kelas berturut-turut sebanyak dua kali maka dia harus keluar dari sekolah ini," ucapan wali kelas kali ini benar-benar membuat Rachel shock.
Bagaimana tidak sudah tidak naik kelas dia harus pindah sekolah juga.
"Apa Diva bisa naik jika pindah sekolah?" tanya wanita itu
"Tentu saja, tapi syaratnya harus pindah sekolah," jawab sang wali kelas
"Ok deal!" seru Rachel segera menjabat tangan pria itu.
Ia kemudian segera mengambil raport itu dan bergegas pergi meninggalkan kelas.
Tidak lama ia kembali lagi sambil membawa sebuah paper bag, "Maaf Pak Guru, lupa hadiahnya kebawa lagi. Terimakasih banyak sudah sabar menghadapi Diva yang super super kalem," ucap Rachel menyunggingkan senyumnya
"Sama-sama Bu, terimakasih juga bingkisannya," jawab pria itu
"Miyabi," jawab Rachel pelan
Seketika sang wali kelas membelakakan matanya mendengar ucapan Rachel.
"Mi... miabi??" ucapnya dengan wajah pucat
"Miyabi Terimakasih my baby," sahut Rachel mengeringkan matanya
"Oh iya sama-sama Bunda," jawab pria itu dengan wajah ketakutan melihat wanita yang sontak membuat jantungnya terus berdetak tak karuan
"Mamah!"
Tiba-tiba senyum Rachel seketika sirna saat mendengar Diva memanggilnya.
"Ah sial, dasar bocil gak bisa lihat emaknya seneng dikit," gerutu Rachel menoleh sengit kearah Diva.
Gadis mungil itu hanya segera mengajaknya pulang dengan membalikkan jempolnya.
"Ish, nyebelin!"
Ia kembali tersenyum saat menatap wali kelas Diva.
"Maaf pak sepertinya Diva sudah tak sabar untuk melihat sekolah barunya, jadi kalau begitu saya pamit ya pak," ucap wanita itu kembali menjabat tangan pria itu
"Iya Bunda silakan,"
Rachel segera menghampiri Diva dan mengajaknya jalan menuju ke parkiran mobil.
"Hari ini kita langsung cari sekolah baru buat kamu," ucap Rachel
"Sekolah baru, memangnya aku dikeluarkan kah?" jawab Diva sambil memainkan ponselnya
"Sepertinya begitu meskipun mereka memberikan hadiah kecil," jawab Rachel
"Hadiah apa,"
"Alhamdulillah setelah dua tahun kamu bertahan di sana, akhirnya kamu berhasil naik kelas meskipun harus pindah ke sekolah,"
"Yes, akhirnya aku keluar juga dari penjara itu. Lagipula bosen juga kalau harus bertahan di satu sekolah dalam waktu lama," jawab Diva seketika mendapat toyoran dari ibunya
"Dasar dudul, kapan sih kamu bisa membanggakan mamah dengan prestasi. Dari SD sampai SMP kamu sudah membuat ibu naik darah sekarang sudah SMA juga belum berubah. Ya Allah dosa apa yang sudah aku perbuat di masa lalu hingga punya anak seperti dia!" celoteh Rachel
"Jangan berkata seperti itu mah, gak baik. Gak boleh menyesali anugerah yang diberikan Tuhan, ingat anak adalah harta yang paling berharga, karena tidak semua orang bisa memiliki anak jadi mamah harus bersyukur punya anak seperti Diva,"
"Iya, iya, Alhamdulillah ya Allah terima kasih sudah memberikan anak yang cantik walaupun otaknya kurang dikit," sahut Rachel
"Terus Diva mau pindah ke sekolah dimana?"
Rachel membuka ponselnya. Ia kemudian menghubungi teman-temannya untuk bertanya sekolah yang bagus untuk Diva.
Ia kemudian mendapatkan sebuah jawaban dari sahabat dekatnya.
"Yes dapat!" seru Rachel
Ia kemudian meminta sopirnya untuk mengantarnya kesebuah sekolah.
Setibanya di sekolah tujuan, Rachel segera mengajak Diva turun dari mobil. Ia mengajaknya untuk menemui kepala sekolah.
Sepanjang perjalanan Diva tampak melihat sekelilingnya.
"Hampir sama dengan sekolah pada umumnya, hanya saja sepertinya sekolah ini lebih bebas," ucap Diva
Rachel segera menarik Diva saat sudah tiba di depan ruang kepala sekolah.
"Selamat pagi pak," sapa Rachel
"Pagi Bu, silakan duduk,"
Rachel segera duduk dan menyampaikan maksud kedatangannya. Ia juga menyerahkan semua dokumen kepindahan Diva yang sudah diberikan oleh wali kelasnya.
"Kebetulan sekali ada satu siswa kami yang pindah, jadi putri ibu masih bisa kami terima. Karena sebenarnya kami memang sengaja tidak menerima banyak siswa di sekolah ini," ucap kepala sekolah
"Jadi anak saya di terima dengan segala kekurangannya pak?" tanya Rachel
"Benar, semoga saja Diva bisa berubah di sekolah ini,"
"Aamiin!" sahut Rachel
Ia buru-buru mengambil sebuah amplop coklat yang berisi uang dan memberikannya kepada kepala sekolah.
"Ibu kalau mau bayar administrasi bukan sama saya, tapi di bawah ya sama pihak administrasi biar sekalian dapat seragam baru juga,"
"Oh bukan pak ini lain lagi," jawab Rachel
"Lain apanya??"
"Ini khusus buat Bapak, titip anak saya ya pak jangan sampai lecet, dan semoga Diva bisa selalu naik kelas di sini," bisik Rachel
"Wah kalau itu gampang lah Bu, yang penting Diva nya betah dulu di sini. Karena kalau sudah nyaman dan senang anak pasti bisa konsentrasi belajar sehingga berpengaruh terhadap nilainya, seperti kata pujangga Cinta merubah segalanya. Jadi yang pertama cintai dulu sekolah ini insya Allah Diva bisa naik kelas," terang kepala sekolah
"Aamiin,"
"Baik Pak, kalau begitu saya pamit ya mau ke bagian administrasi sekalian lihat-lihat lingkungan sekolah, kali aja ada yang bikin jatuh cinta," ucap Rachel
"Oh iya Bu, silakan,"
Rachel segera keluar dari ruangan itu dan mencari ruang administrasi.
Selesai melakukan pembayaran biaya administrasi sekolah, Rachel mengajak Diva berkeliling sebentar untuk melihat lingkungan sekolah barunya.
"Meskipun sekolah ini terlihat lebih bebas dari sekolah mu dulu, tetap saja kau harus menjaga sikapmu. Jangan terlalu berlebihan dan tetaplah menjadi Diva yang imut dan menyebalkan,"
"Ok," jawab Diva singkat
#Sebulan kemudian.....
Liburan panjang sudah usai kini saatnya para siswa kembali masuk ke sekolah dan berkutat lagi dengan berbagai tugas dari guru-guru yang katanya akan merubah masa depannya menjadi cerah secerah matahari pagi meskipun kenyataannya banyak siswa yang tidak mendapatkan masah depan cerah setelah lulus sekolah.
Ada yang bilang tergantung amal perbuatan, tapi kalau aku sih percaya semuanya karena Hoki dan Kesempatan.
Diva tampak santai saat tiba di sekolah barunya.
Rachel tak lupa mengantarnya menemui wali kelasnya yang baru. Seperti emak-emak pada umumnya ia tak lupa membawa bingkisan untuk wali kelas barunya dengan harapan anaknya akan mendapatkan perlakuan yang baik darinya.
"Titip anak saya ya Bu, mudah-mudahan Diva berubah dibawah bimbingan Bu Guru,_"
Rachel kemudian meninggalkan Diva setelah memastikan ia masuk ke kelas barunya.
Semua siswa yang tampak berisik seketika terdiam saat melihat kedatangan sang wali kelas bersama Diva yang begitu cantik hari itu.
"Wah cantiknya anak baru!" seru salah seorang siswa segera membangunkan teman sebangkunya
"Hmm,"
"Lihat ada yang bening!" ucapnya sambil menunjuk kearah Diva.
"Perkenalkan saya Diva, pindahan dari SMA Karya Bangsa, mohon bimbingannya teman-teman,"
"Tenang saja Div, nanti aku bimbing kamu sampai ke KUA!" seru salah seorang siswa membuat semua siswa langsung tertawa
Diva hanya tersenyum sinis menanggapi celotehan teman barunya itu.
Ia kemudian segera duduk di bangku kosong yang sudah di sediakan.
Tidak lama wali kelas pergi dan di gantikan oleh guru mapel.
Jam istirahat pun berbunyi semua siswa segera keluar menuju ke Kantin. Diva mengeluarkan kotak bekalnya dan memakan semua makanan yang disiapkan oleh ibunya.
Dua orang siswa terlihat berkeliling mendatangi para siswa yang ada dikelas dan meminta sesuatu darinya.
Diva hanya diam dan cuek ia tetap menghabiskan bekalnya tanpa terganggu dengan beberapa siswa yang tampak membully teman-temannya.
*Byuur!!
Seketika Diva berhenti mengunyah saat merasakan rambutnya basah tersiram air.
Ia kemudian menoleh ke belakang untuk melihat siapa pelakunya.
"Sorry anak baru, gue salah sasaran!"
Diva kembali melanjutkan sarapannya, dan kali ini ia merasakan sebuah tepung mendarat di kepalanya.
Ia mengambil tisu dan mengusap wajahnya.
Kedua pria itu kemudian beranjak dari duduknya dan menghampiri Diva.
"Sorry, anggap aja itu sebagi perkenalan dari kita," jawab pria itu tersenyum kearahnya
"Harusnya sebagai siswa baru kamu harus membayar sejumlah uang kepada kami tapi karena kamu seorang perempuan sepertinya cukup dengan meninggalkan nomor ponsel kamu. Btw sorry karena gue terpaksa melakukan ini karena lo terlalu cuek dan gak peka!"
Pria itu kemudian mengeluarkan ponselnya dan memberikannya kepada Diva.
"Silakan masukan nomor ponsel kamu,"
Diva segera mengambil handphone pria itu dan membantingnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
♡
Baru tau ada cara minta no hp dngn cara bully 😄
2023-07-24
1
HIAT DOLO "🅱🅸🅱🅰🅷🦈
emak nya aja pikirannya konslet kayak gitu gimana dengan anak nya... sama sama miring 🤣🤣
2023-07-24
1
𝐀⃝🥀➳ᴹᴿ᭄ᴠᷞᴀᷝʀᷦɪᷦᴇᷲʟ𝓐𝔂⃝❥👻ᴸᴷ
nitip itu, jgn sampe lecet. jagain pak👀
2023-07-24
1