Kanaya Syifa Pratama, seorang gadis cantik berasal dari desa. Bercita-cita ingin menjadi seorang bidan, merantau ke kota untuk kuliah mewujudkan mimpi.
Tapi takdir berkata lain, ia di jebak oleh pacarnya sendiri sampai dirinya hamil. Semua mimpi yang sudah ia bangun hancur begitu saja, bahkan bukan hanya itu Syifa juga harus menerima perlakuan kasar dari ibu mertuanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Indah R Y, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 34
Dua hari kemudian, karena merasa kesal tak mendapatkan cucu. Mama Rini membuat rencana sendiri. Malam ini ia akan menjebak Alfin dan Citra untuk melakukan hubungan suami istri.
Dengan senyum mengembang di wajahnya, Mama Rini meneteskan obat cair ke minuman yang akan ia berikan pada Alfin. Begitupun pada jus yang memang di minta sama Citra.
"I-tu obat apa Nya ?." Tanya Bi Ina saat menyaksikan Mama Rini meneteskan obat tersebut.
"Diam dan jangan banyak bicara !." Balas Mama Rini. "Tugas Bibi antarkan saja jus ini dengan Citra, dan pastikan Citra menghabiskas jus nya." Tambah Mama Rini lagi.
Bi Ina hanya mengangguk walau hatinya di landa ketakutan, ia takut Mama Rini meracuni Citra. Mengingat kalau setelah menikah sikap Citra begitu berubah pada Mama Rini.
"Cepet Bi !." Teriak Mama Rini.
"B-baik, Nyonya."
Jika Bi Ina mengantarkan jus pada Citra, berbeda dengan Mama Rini yang berjalan menuju kamar Alfin seraya membawa secangkir teh manis.
Tanpa mengetok pintu dulu Mama Rini langsung menerobos masuk, membuat Alfin yang sedang duduk di atas ranjang terperanjat kaget. Pria itu menghela napas panjang seraya menatap sang Mama dengan tatapan kesal.
"Ada apa Ma ?" Tanya Alfin dengan nada dingin.
"Enggak ada apa-apa, Mama cuman mau nganterin teh ini sama kamu"
Kening Alfin mengkerut dalam, sejak kapan Mama Rini membuatkan teh manis untuknya, malam lagi. Biasanya wanita paruh baya itu tidak peduli dengan urusannya.
Sejak kecil Alfin sudah di besarkan oleh pengasuh, jadi wajar jika sekarang ia merasa begitu aneh.
"Aku lagi gak pengen minum teh Ma, lagian mama ini tumben bikinin aku teh." Seloroh Alfin hingga membuat sang Mama gugup.
"Mama cuman ingin jadi ibu yang baik Fin, mama sadar selama ini gak pernah peduli sama kamu." Balas Mama Rini.
"Tapi sekarang Alfin gak mau minum teh, Ma."
"Masa kamu tega buat Mama sedih, teh ini mama bikin dengan sepenuh hati loh.".
Melihat raut wajah sang Mama, Alfin menjadi tidak tega. Dengan amat terpaksa ia menerima secangkir teh itu dan meminumnya sampai habis.
Senyum Mama Rini kembali mengembang, cukup menunggu lima menit reaksi obat itu akan segera terlihat.
" Ya sudah kamu istirahat, mama keluar dulu"
"Hemmm" Jawab Alfin.
Sementara itu, Citra juga langsung menghabiskan jusnya. Lima menit berlalu Citra merasa suhu tubuhnya menjadi sangat panas. Wajah Citra memerah bak udang rebus.
"Aduuuh.. Panas." Gumam Citra, kedua tangannya ia kipaskan di depan wajah.
Pikiran Citra melayang, tanpa menunggu lama ia berlari ke kamar dan menemukan Alfin sedang bertelan-jang dada.
Malam itu sepasang suami istri, akibat perbuatan Mama Rini mereka melakukan hubungan suami istri. Menikmati setiap sentuhan masing-masing hingga membuat isi kamar bagai kapal pecah.
*
*
*
Hari berlalu begitu cepat, bulan bahkan tahun telah terlewati. Tak terasa lima tahun berlalu karena kerja keras dan kegigihan Syifa akhirnya wanita cantik itu berhasil menyandang gelar kedokteran.
Sudah satu minggu ia selesai wisuda dan sekarang rencananya Syifa akan kembali melanjutkan Coas agar bisa lanjut kuliah spesialis. Sang Suami pun selalu mendukung apapun yang di inginkan Syifa.
Syifa tak pernah menyangka, pernikahan paksanya dengan Varo bertahan sampai sekarang dan ia mendapatkan kebahagiaan.
"Sayang, jas warna abu-abu ku mana ?". Teriak Varo dari dalam kamar.
Syifa yang saat itu sedang menyiapkan sarapan, mau tak mau berhenti sejenak untuk mencari jas yang di inginkan sang suami. Padahal setahu Syifa jas itu selalu tergantung di tempatnya usai di cuci dan di setrika.
"Biasanya kan di---" Ucapan Syifa harus menggantung di udara saat melihat sang suami sudah berpakaian rapih dengan jas yang ia tanyakan.
"Kamu ngerjain aku ya mas ?, ini kan jas nya udah kamu pakek."
Varo tersenyum, kemudian berjalan mendekati sang istri yang masih berada di ambang pintu kamar.
"Hehe, maafkan sayang."
"Kebiasaan deh, aku kan lagi nyiapin sarapan buat mas. Ku pikir mas benar-benar nyari jas nya"
Cup..
Satu kecupan Varo berikan di pipi sang istri, entah kenapa semakin hari rasa cintanya pada Syifa semakin bertambah.
"Udah ya ngomelnya, aku cuman rindu sama kamu. Makanya teriak"
"Astaga, mas." Syifa menepuk jidadnya karena kelakuan sang suami. Namun tak bisa di pungkiri ia begitu bahagia dengan semua ini.