Seorang CEO yang tak sengaja mendapatkan amanah dari korban kecelakaan yang ditolongnya, untuk menyerahkan cincin pada calon pengantin wanita.
Namun Ia malah diminta Guru dari kedua mempelai tersebut untuk menikah dengan mempelai wanita, yang ditinggal meninggal Dunia oleh calon mempelai pria. Akankah sang CEO menikah dengan mempelai wanita itu? Akankah sang mempelai wanita setuju Menikah dengan sang CEO?
Dan sebuah masalalu yang mempelai wanita itu miliki selalu mengganggu pikirannya. Kekhawatiran yang ia rasakan selalu menghantui pikirannya. Apakah masalalu yang menghantui pikiran mempelai wanita itu?
Cerita ini hanya khayalan Author, jika ada kesamaan tokoh, kejadian itu hanya kebetulan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sebutir Debu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34 Ayra Tunjukkan Pesona Mu
Disaat dua orang perempuan berhijab itu tertawa. Bram masuk ke dalam kamar ganti. Bram tampak biasa saja melihat ada sosok wanita lain dikamar ganti itu.
Netra hitam Bram tertuju pada cermin besar yang ada diruang ganti itu. Sosok wanita yang telah menjadi istrinya itu tampil begitu stylish dan cantik. Ayra melihat lirikan mata Bram yang tertuju pada bayangan dirinya di dalam cermin.
"Semoga kamu suka mas. Harusnya ini hanya kamu nikmati di kamar tetapi tak apalah jika kau yang meminta agar aku tampil indah dihadapan dunia mu."
"Ternyata di agama perempuan berkerudung pun bisa dan boleh tampil cantik?"
Bram dan Ayra sama-sama saling pandang melalui sebuah cermin yang ada dihadapan mereka. Mereka harus menyudahi pandangan itu karena suara pelan Aisha.
"Nona saya permisi dulu. Tuan saya permisi dulu tugas saya telah selesai."
"Terima kasih Aish."
Aisha menundukkan kepalanya sopan dan membereskan beberapa barang yang ia bawa tadi.
"Tunggu Aish. Pakailah sepatu ku. Kamu akan pulang dengan seperti itu?"
"Hehe.... Tidak nona. saya pakai yang ini saja. Nanti kapan-kapan anda harus belajar menggunakan ini nona."
Aisha tersenyum ke Ayra sambil mengangkat high heels yang tadi ditolak oleh Ayra.
Baru saja gadis berjilbab itu akan meninggalkan ruang ganti namun suara dingin Bram menghentikannya.
"Tunggu. Sekalian bantu pakaian kan dasiku."
Aisha memasang wajah terkejut nya. Ayra menoleh kearah Bram. Aisha terlihat kikuk sambil maju beberapa langkah ke arah Bram.
"Apa secupu itu kah kamu Ayra hingga dasi suami pun kamu tak bisa pasang kan? Ayolah aku tidak pernah berdekatan dengan lelaki apalagi harus memasangkan dasinya."
Aisha bermonolog dalam hatinya.
Ayra pun cepat berjalan ke arah Bram. Ia mengambil dasi dari tangan kanan Bram.
"Biar aku saja mas. Kalau untuk memasangkan dasi, aku bisa. Jangan kamu buat Aisha berdosa karena harus menyentuh yang bukan mahram nya. Pulanglah Aish. Terimakasih banyak."
Ayra tersenyum sambil berdiri dihadapan Bram dan memegang dasi Bram.
Aisha tersenyum bahagia karena merasa lega dan senang ternyata Ayra adalah sosok istri yang begitu menjaga suaminya dari fitnah.
"Baik Non....."
"Ayra.... Ayra Aish...."
Aisha mengangguk dan tertawa kecil sambil mengusap lembut kepalanya.
Selepas kepergian Aisha tinggallah sepasang suami istri itu. Bram yang tampak santai dan mengancingkan kemeja bagian pergelangan tangannya. Ayra mengambil tangan Bram, Ayra tampak menatap pergelangan tangan Bram dan memasang kan kancing nya. Lalu pindah ke tangan satunya.
Ia tak berani menatap wajah tampan suaminya. Aroma tubuh Bram saja sudah membuat jantungnya berdebar tak karuan apalagi jika ia harus memandang wajah suaminya. Ia tidak ingin kejadian semalam terjadi lagi.
Ayra menyandarkan dasi tadi ke pundaknya, kedua tangan lembutnya membuka kerah baju Bram. Lalu dasi berwarna biru navy itu ia lilitkan pada leher Bram
Bram memandangi wajah Ayra yang hanya menatap ke arah dasi yang sedang ia pasangkan pada lehernya.
"Apa kamu masih marah karena masalah semalam hingga kamu tak tersenyum pada ku pagi ini."
"Ya Allah, Inikah rasanya jatuh cinta. Pantas jika teman-teman sering tidak menghiraukan hukuman yang diberikan Abi dan umi jika ketahuan berpacaran. Mencintai dalam hubungan halal saja saja butuh perjuangan keras untuk menahan gejolak dihati, rasa ingin dipeluk, memeluk dan aroma tubuh mu pun begitu membuat aku merasakan getaran yang hebat dalam hati ku mas."
Ayra masih fokus dengan kedua tangannya yang memasang dasi Bram Karena ia sedikit kesulitan. Postur tubuh suaminya yang Sedikit lebih tinggi membuat ia sedikit berjinjit. Bram melihat kaki Ayra yang sedikit berjinjit pun menundukkan tubuhnya.
Bram membisikkan sesuatu hingga wajah Ayra merona karena malu.
"Besok belajarlah menggunakan benda yang ditunjuk Aisha tadi. Agar aku tidak perlu menunduk begini. Aku khawatir kejadian semalam akan terjadi lagi jika wajah ku terlalu dekat begini. Tunjukkanlah pesona mu agar bibir ku ini hanya menyebut namamu bukan perempuan lain."
soalnya saya banyak kenal orang dari berbagai daerah meskipun pernah mondok, tp tidak sedetail itu tau tentang najis
mau komen keseeell.. ternyata udah ada yg mewakili😆