JUARA 2 KONTES BERTEMA BERBAGI CINTA
NOTE : Ide kisah ini berdasar pengalaman author sendiri yang dikembangkan sebagus mungkin.
Season 1 :
Perjuangan seorang wanita cantik bernama Sena yang berusaha menggapai cinta sang suami, Regan Anggara. Regan merupakan mantan dosen killernya yang harus menikah dengannya akibat perjodohan. Sudah 2 tahun hubungan pernikahan mereka namun Sena tak membuahkan hasil untuk mengambil hati dari sang suami, namun alangkah terkejutnya saat Sena memergoki sang suami yang tengah mesum dengan rekan kerjanya. Hati Sena mendadak sakit, pantas saja selama ini tak mau menyentuhnya, rupanya Regan sudah mempunyai wanita lain dan mengaku sudah menikah sirih dengan Maya dan kini tengah mengandung anak dari Regan. Parahnya, orang tua Regan yang selama ini baik dengan Sena ikut menyembunyikan rahasia itu.
Dan jangan lupakan Devan! Pria duda yang selalu ada untuk Sena bahkan siap menjadi suami baru untuk Sena.
Season 2 :
Ketika semuanya tak bisa ia gapai. Dia hanya bisa berusaha untuk tegar. Lika-liku kehidupan ini membuatnya menjadi sangat kuat.
Sena dan Devan berjuang keras untuk mendapatkan momongan.
Namun...... semuanya tak semudah itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ria Mariana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 : Pingsan
Sesuatu yang ditakutkan Devan terjadi, Sena harus pindah dari rumahnya. Padahal selangkah saja dia bisa menikahi Sena namun sepertinya Sena masih menutup diri dari yang namanya cinta.
Sena pindah di tempat kost dekat Ningsih, dia tak ingin mempunyai tempat tinggal yang terlalu besar, rumah yang diberikan Regan bahkan tidak tersentuh olehnya. Banyak kenangan luka di sana yang tak ingin dia ingat.
"Tante?" Wajah Kia terlihat ingin menangis, ia tak mampu berpisah dengan Sena.
"Rumah kita 'kan dekat, nanti bisa datang ke sini atau tante bisa main ke rumahmu," ucap Sena.
Devan pun tak kalah sedih, ia hanya diam sembari menatap wajah ayu dari Sena tapi dia masih bisa bertemu di kantor. Kamar yang ditempatinya sangat layak huni walau kecil, ia sangat beruntung ada Devan yang mecarikannya.
"Terima kasih, Pak Devan. Maaf merepotkanmu."
"Tak masalah, aku suka sekali di repotkanmu. Yasudah kami pulang dulu."
Sena mengangguk, ia mencium pipi Kia dengan gemas. Setelah mereka pergi, Sena masuk ke dalam kamarnya. Mungkin ini adalah yang terbaik tinggal di sini daripada tinggal di rumah Devan malah menjadi fitnah. Sena segera masuk dan menata seluruh pakaiannya, ia mengusap perutnya yang mulai membuncit dan kini harus tinggal berdua saja.
"Yang sehat ya, Nak!"
Setelah selesai membereskan, Sena segera tidur karena hari mulai larut, dia juga tidak ingin sampai bangun terlambat karena besok harus ke kantor.
***
Pagi hari, nampak bias cahaya memasuki kamar kosnya, dia segera mandi dan berangkat bekerja. Rambut hitam serta poninya melambangkan kebahagiaan dan keceriaan, dia tak ingin larut dalam kesedihan begitu dalam. Semuanya pasti akan baik-baik saja.
Kali ini tidak mual dan ia merasa bersyukur, lambat laun si jabang bayinya akan paham jika sudah tidak ada pria yang mendampingi ibunya namun kali ini Sena malas berdandan. Dia hanya menggunakan lipstik dan bedak tipis saja tapi tidak membuat kecantikannya hilang, ia masih sangat cantik.
Sesampainya di kantor.
Semua pegawai memandangnya, rambut Sena mulai menghitam serta berponi, tak sedikit yang menyapanya, Sena pun merespon dengan sangat ramah.
"Pagi Bu Sena."
"Pagi juga."
Sena lalu masuk ke lift namun tiba-tiba ada seseorang yang menghalangi lift lalu masuk. Bram datang dengan nafas yang terengah-engah dan mungkin saja berlari untuk mengejar Sena.
"Pak Bram kenapa?" tanya Sena.
"Sena, sepulang kerja jenguk Mama ya?"
Sena berpikir sejenak lalu tersenyum tipis. "Mama kemarin 'kan sudah mengusirku, dia tak ingin melihat anak dari pembunuh putranya."
Bram menggeleng, ini tak ada sangkut pautnya tentang Rio yang sudah meninggal dunia. Sena pun juga enggan datang karena pasti akan bertemu Regan.
"Sena, jenguk Mama sebentar saja!"
"Baiklah jika Pak Bram memaksa."
Bram bersyukur jika Sena masih mau menjenguk Ibu dari pria yang sudah melukainya. Bram memperhatikan wajah baru Sena yang nampak segar namun pikirannya teralihkan dari gosip yang beredar jika Sena sedang hamil dengan Devan.
"Sena, apa itu anak Regan?" tanya Bram.
Sena menaikan alisnya, ia pun gugup namun mencoba untuk menyembunyikannya. Sena menggelengkan kepala, ia menutup perutnya dengan tas yang dia bawa.
"Aku tidak percaya jika kau ada hubungan dengan Pak Devan," ucap Bram.
"Papa memang harus percaya padaku."
Ting...
Pintu lift terbuka. Sena mempersilahkan Bram untuk keluar karena sudah sampai di lantainya. Bram keluar dari sana dan membuat Sena bisa bernafas lega. Pintu lift tertutup dan kembali menuju ke lantai paling teratas.
Sesampainya di ruangan Devan, ia melihat Devan sudah ada di sana. Pria itu tersenyum ke arahnya dan mengajaknya duduk di sofa sambil meminum kopi hangat.
"Tadi mual?" tanya Devan.
Sena menggelengkan kepalanya, Devan menyerahkan kotak makanan untuk Sena dan dirinya yang memasak sendiri. Sena kaget yang dia tahu Devan tidak pernah memasak dan selalu memakai pembantu.
"Ini yang memasak sungguh Pak Devan?" tanya Sena.
"Iya, ada Mama di rumah, beliau suka memasak kebetulan aku teringat padamu dan ingin mencoba memasakanmu."
Sena mencobanya, nasi uduk dengan ayam balado sepertinya sangat membuat lidah bergetar. Satu suapan masuk ke mulut dan benar-benar lezat. Devan memandang Sena dengan perasaan kikuk, ia takut jika masakannya tidak enak.
"Enak banget, seperti buatan ibuku."
Senyum Devan mengembang, ia tersipu malu dengan pujian Sena. Devan beranjak dari sofa lalu menyiapkan berkas yang akan dibawa untuk meeting dengan komisaris perusahaan, beliau yang memegang saham terbesar di perusahaan Devan.
"Oh ya, nanti akan rapat dengan Pak Wijaya, dia salah satu petinggi di sini bahkan lebih tinggi dari pada jabatanku. Ada banyak yang harus di bahas, kau kuat meeting sekitar 3 jam? Takutnya jika tiba-tiba mual."
Sena menyanggupinya, ini memang pekerjaannya, ia tak mau merepotkan Devan untuk mencari penggantinya.
Seusai makan, dia membantu Devan mempersiapkan segala sesuatunya. Semenjak ada Sena yang menjadi sekertarisnya membuat Devan sangat semangat untuk berangkat ke kantor setiap harinya.
Meeting pun di mulai, banyak bahasan yang harus di musyawarahkan, Sena mendampingi Devan dan membantu menyiapkan presentasi.
1 jam
2 jam
Sena masih kuat namun memasuki jam ketiga, dia mendadak pusing dan berkeringat dingin. Dia mencoba menahannya namun pada akhirnya dia tumbang dan pingsan. Semua orang terkejut termasuk Devan dan Bram, mereka membawa Sena ke rumah sakit karena tubuhnya begitu panas.
**
Sena membuka matanya dan merasakan tangannya ada yang menggenggam. Dia melihat Devan yang menggenggam tangannya. Sena berusaha terbangun dan melihat tangannya sudah di infus.
"Pak Devan, maaf membuat meeting menjadi kacau."
Devan menggeleng. "Aman. Kau tak perlu khawatir. Aku akan memberimu cuti. Kau tak perlu memikirkan pekerjaan."
Sena merasa tidak enak dengan Devan, ia banyak sekali merepotkan pria itu. Inilah bukti cinta Devan untuk Sena, biasanya ia akan memarahi karyawan penyebab kesalahan namun tidak bagi Sena, Sena adalah pegawai istimewanya.
Devan mengambil bubur lalu menyuapi Sena, Sena mengusap perutnya secara perlahan. Kandungannya begitu beresiko bahkan kemungkinan akan keguguran sangat besar. Kunyahan demi kunyahan dia lakukan, ia menelannya dengan perlahan sambil menatap wajah tampan seorang duda di depannya.
"Ku pikir Pak Devan orang yang galak."
"Haha... Aku baik 'kan?"
Sena tersenyum kecil. "Memuji diri sendiri?"
Tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka yang ternyata adalah Regan membawa bunga dan buah-buahan untuk mantan istrinya. Devan refleks berdiri, ia berusaha mencegah Regan untuk mendekat.
"Kau tak tahu malu datang ke sini?" Devan sangat geram.
"Aku ke sini hanya untuk menjenguk mantan istriku, apa tidak boleh? Oh ya? Bayi kalian selamat 'kan?" jawab Regan membuat Sena dan Devan saling memandang.
untung sena udah cerai....
jadi ga ketularan virus edan
obral janji sana.sini...
q baca aja ikutan emosi😡😡
kok bapaknya sena dibawa2