Belum sempat mengucapkan salam, calina di tarik paksa masuk kedalam rumah.
"Kamu kerja apa pacaran calina." ucap mamah Tania di depan Kalingga.
"Mah tadi calina." perkataan calina tergantung di udara.
"Jangan banyak alasan kamu, "enak-enakan pacaran janji kamu pulang kerja mau mencuci pakaian calina."
"Iya mah calina masih ingat itu, "lepaskan mah tangan calina sakit."
"Jangan banyak alasan calina, "cepat masuk dan cuci semua pakaian kotor di dalam."
Calina belum sempat mengucapkan terima kasih sama lelaki yang sudah mengantarnya pulang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hafizah salsabila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Punya mas tampan
Pagi harinya Kalingga sudah bersiap akan menemui calina di kost-an nya, Kalingga sudah berada di meja makan sebelum di panggil bi Nunu.
"Tumben sudah ada di meja makan.?" tanya ibu Retno.
"Iya mah lingga ada urusan." jawab Kalingga.
"Urusan apa sampe sepagi ini, urusan cinta." ucap ibu Retno sambil meletakan secangkir kopi di atas meja.
"Apaan sih mah lingga belum mikir kesana, kerja saja lingga masih belajar, "belum kepikiran soal cinta." jawab Kalingga.
"Tapi menurut mamah enggak masalah kalau kamu mau pacaran dulu." ucap ibu Retno.
"Siapa yang pacaran mah.?" tanya pak Wilson sambil berjalan mendekati meja makan.
"Mamah cuma asal bicara saja pah, godain Kalingga." jawab ibu Retno.
"Kenapa cuma di godain kalau sudah ada calonnya kita langsung nikahkan saja mah." ucap pak Wilson.
"Enggak bisa begitu dong pah, main nikahkan saja lingga masih ingin sendiri." jawab Kalingga.
"Sudah jangan di dengerin papah cuma bercanda." ucap ibu Retno.
"Mah pah lingga berangkat duluan." ucap Kalingga.
"Sarapan kamu belum habis lingga." ucap ibu Retno.
"Nanti lingga sarapan lagi di kantin mah." jawab Kalingga.
Kalingga berjalan meninggalkan kedua orang tuanya yang berada di meja makan.
"Anak itu." ucap ibu Retno sambil geleng-geleng kepala.
Tidak lama Caisar turun berjalan mendekati kedua orang tuanya.
"Lingga belum turun mah.?" tanya Caisar.
"Baru saja pergi." jawab ibu Retno.
"Oh iya mah isar inget tadi malam Kalingga bilang ada pertemuan, tapi enggak tau pertemuan nya sama siapa." ucap Caisar.
"Sudah biarin aja orang Kalingga juga sudah besar, dia juga butuh cari pasangan hidup." jawab pak Wilson.
"Tumben papah punya pikiran seperti itu, biasanya enggak henti-hentinya ngeledek Kalingga." ucap ibu Retno.
"Mah pah isar pergi dulu ya." ucap Caisar lalu meneguk jus nya sampai habis.
"Aduh enggak adik nya enggak Kaka nya sama saja pusing mamah." ucap ibu Retno.
"Biar enggak pusing bagai mana kalau kita bikin adik untuk Kalingga mah." ucap pak Wilson.
"Pah inget umur kita sudah tidak muda lagi, mana mungkin kita bisa punya anak lagi." jawab ibu Retno.
"Tapi kalau sekedar kikuk-kikuk enggak apa-apa kan mah." ucap pak Wilson sambil memaju mundurkan tangannya.
"Enggak anak enggak bapak sama saja, sudah sana pergi kerja pah." ucap ibu Retno.
"Mamah tega ngusir papah, di kantor sudah ada lingga sama Caisar mah, kita masuk kamar lagi ya mah." ucap pak Wilson menggoda.
"Pah sudah sana pergi ini jas nya pake terus tas kerjanya bawa, mamah juga mau pergi kerja." ucap ibu Retno.
"Tapi mah." ucap pak Wilson.
"Enggak ada tapi-tapi sekarang papah pergi." ucap ibu Retno.
"Mah papah rindu sama tingkah manja mamah, mamah suka duduk di pangkuan papah sambil bilang pah mamah kangen cepat pulang ya pah." ucap pak Wilson mengingatkan istrinya.
Ucapan pak Wilson membuat sang istri tersipu malu, ibu Retno mencubit pinggang suaminya.
"Aw mah sakit, kok mamah sekarang galak sih." ucap pak Wilson.
"Papah itu di masa mamah masih muda wajar saja manja sama suami, "sekarang kita sudah tua masa iya harus bertingkah seperti baru pertama kali menikah." jawab ibu Retno.
"Enggak ada salahnya juga mah, apa lagi anak-anak sekarang sudah dewasa ini saat nya kita bisa berduaan seperti pertama kali kita menikah." ucap pak Wilson.
"Terus sekarang papah mau pergi kerja apa mau diam di rumah, mamah sudah mau jalan." ucap ibu Retno.
"Papah ikut mamah saja boleh kan.?" tanya pak Wilson.
"Papah mau apa ikut ke toko.?" tanya sang istri.
"Papah mau berduaan sama mamah di sana." jawab pak Wilson.
"Lama-lama ngomong sama papah bisa membuat mamah naik darah." ucap ibu Retno.
"Papah saranin lebih baik naik kasur saja mah." ucap pak Wilson menggoda.
"Papah." teriak ibu Retno.
Ibu Retno berjalan meninggalkan suaminya yang masih duduk di kursi meja makan, perempuan parubaya itu meraih kunci mobilnya yang ada di atas meja.
"Mah tungguin papah." ucap pak Wilson.
Perempuan parubaya itu tidak mendengarkan ucapan suaminya, ibu Retno terus berjalan sampai berada di depan mobilnya, ibu Retno masuk kedalam mobil lebih dulu.
Pak wilson membuka pintu mobil istrinya. "Mamah marah.?" tanya pak Wilson.
"Siapa bilang mamah marah." jawab ibu Retno.
"Itu tadi mamah ninggalin papah." jawab pak Wilson.
"Papah nya bawel dari tadi mamah capek jawabnya." ucap ibu Retno.
"Capek apa malu." ucap pak Wilson menggoda.
"Papah jangan mulai lagi, nanti mamah turunin papah di jalan." ucap ibu Retno.
"Istri papah ternyata makin tua makin galak." ucap pak Wilson.
Hanya menghabiskan waktu setengah jam ibu Retno sudah sampai di depan toko, ibu Retno turun dari mobilnya di ikuti pak Wilson.
Di dalam toko calina sama sahabatnya sudah selesai membersihkan toko.
"Selamat pagi." ucap ibu Retno menyapa karyawan nya.
"Pagi ibu sama bapak." ucap kedua sahabat itu.
"Sayang kamu sudah sembuh.?" tanya ibu Retno.
"Iya mah alhamdulillah Alina sudah sembuh." jawab calina.
"Syukur deh, ya sudah ibu tinggal dulu ya." ucap ibu Retno.
"Iya mah silahkan." jawab calina.
Ibu Retno bersama suaminya masuk kedalam ruangannya, Renata menyenggol lengan calina pelan membuat gadis itu bertanya.
"Apa sih re.?" tanya calina.
"Kamu beruntung ca bakal jadi pewaris toko ini." ucap Renata.
"Kalau ngomong tuh di saring re, lagian belum tentu juga aku menikah sama anaknya." ucap calina.
"Eh iya kamu kan sudah punya mas tampan." ucap Renata.
"Apaan sih re mas lingga cuma menganggap aku sebagai adiknya kok enggak lebih." jawab calina.
"Masa sih kamu enggak ada rasa sama mas tampan." ucap renata.
"Serius enggak ada re, kalau kamu mau kamu dekati saja mas tampan mu itu." ucap calina.
"Kalau aku dekat sama mas tampan yakin kamu enggak cemburu ca.?" tanya Renata.
"Makin ngawur saja kamu re, ya enggak lah itu hak kamu."
"Ca rencananya kapan kamu mau ngajak ibu Retno kerumah orang tua kamu.?" tanya Renata.
"Aku enggak tau re kemaren saja aku di suruh pergi lagi sama mamah Tania." jawab calina.
"Ca sebenernya apa sih yang membuat mamah sambung kamu seperti itu, jawab jujur ca ada apa." ucap renata.
"Waktu itu aku bertanya sama mamah tentang kedekatan mamah Mia sama mamah Tania seperti apa, "katanya papah sama mamah Tania itu dekat banget hampir menikah, "terus katanya gara-gara mamah Mia semua jadi hancur, "papah memilih menikahi pelakor yang penyakitan ketimbang mamah Tania, dari situ aku marah aku membalas perkataan mamah Tania dengan kasar, "dari situ dia jadi membenci aku re." ucap calina.
"Aduh jahat banget sih mamah sambung kamu ca ngatain mamah kamu yang sudah meninggal pelakor, kalau aku jadi kamu ca sudah aku kasih cabe mulut nya level seratus." jawab Renata.
"Sudah lah re kita enggak usah membahas itu." ucap calina.
Tidak lama toko di penuhi pengunjung. "Selamat datang di toko kami silahkan." ucap calina ramah.
"Mbak ada tas keluaran terbaru enggak." tanya salah satu pengunjung.
"Ini ibu ini tas keluaran terbaru di toko kami." ucap calina sambil menunjukan tasnya.
"Saya mau ambil yang ini saja." ucap salah satu pengunjung toko.
"Baik ibu silahkan ibu ke kasir untuk transaksi pembayaran nya." jawab calina.
Di dalam ruangan ibu Retno, pak Wilson bertanya. "Mah gadis yang mamah maksud itu yang mana.?' tanya pak Wilson.
"Yang pake kerudung pasmina warna coklat muda." jawab ibu Retno.
"Cantik mah dia mirip mamah pas masih muda dulu." ucap pak Wilson.
"Masa sih pah mamah secantik itu.?" tanya ibu Retno.
"Papah serius mah." jawab pak Wilson.
"Sudahlah pah mamah sudah bosan dengan gombalan papah, dulu juga kalau mamah enggak ke rayu sama rayuan papah mungkin mamah enggak akan menikah sama papah." jawab ibu Retno.
"Oh jadi mamah menyesal menikah sama papah.?" tanya pak Wilson.
"Siapa bilang jangan suudzon jadi suami." ucap ibu Retno.
"Itu tadi apa." ucap pak Wilson.
"Pah mending papah ke kantor aja deh, mamah pusing sama obrolan papah itu." ucap ibu Retno.
"Ya sudah papah diem saja, papah mau berbaring di atas sofa saja." ucap pak Wilson.
Ibu Retno di buat geleng-geleng kepala dengan kelakuan pak Wilson.
"Kalau boleh jujur aku bersyukur punya suami seperti papah, kamu penyayang baik dan penuh pengertian, "coba kalau aku menikah sama lelaki yang di jodohkan orang tua ku dulu, bisa-bisa hidupku hancur.'' ucap ibu Retno dalam hati.