Sagara begitu terluka dan sakit hati saat gadis yang baru saja dinikahinya beberapa jam lalu yang bernama Thania  memintanya untuk menalaknya.Iya, Thania gadis yang dia cintai secara diam- diam sejak lama dan berhasil dia nikahi dengan cara dijodohkan oleh orang tua mereka, ternyata tidak mencintai Sagara.  Dengan berdalih ingin melanjutkan kuliah, tepat di malam pertama Thania meminta Sagara untuk menceraikannya. 
Apakah Sagara akan rela melepaskan Thania, gadis yang begitu dia cintai dan merupakan cinta pertamanya...? Yuk baca cerita selengkapnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Almira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24. Terkilir
Shaina kembali ke ruang kerja sambil meringis memegangi telapak tangannya.
"Sha kamu kenapa...?'' tanya Bimo si paling perhatian.
"Sakit..." jawab Shaina lalu duduk di meja kerjanya.
"Kenapa..?'' tanya Bimo.
"Jatuh...''
"Kok bisa jatuh, jatuh di mana...?'' tanya Bimo kepo.
"Ehm... Di...di mana ya..." jawab Shaina.
"Kamu ini kenapa sih kayak orang bingung gitu...?'' tanya Bimo.
"Oh... Nggak kok, aku tadi jatuh pas mau ke sini, jalannya buru- buru..." jawab Shaina terpaksa bohong.
Iya, tentu saja Shaina tidak mungkin akan memberitahu Bimo jika dia jatuh menubruk tubuh Sagara dan hampir saja bibirnya menempel pada bibir Sagara kalau saja dia tidak menahan tubuhnya dengan tangan, yang akhirnya membuat tangan kanannya sakit.
"Kamu ini... Jalan saja sampai jatuh. Lain kali hati- hati napa..." sahut Bimo.
"Kamu kalau jalan suka pecicilan sih, makanya jatuh..." ucap Alvian.
"ih..." Luciana kesal.
"Mungkin tangan kak Shaina keseleo. Di sini ada kotak P3K tidak kak, biasanya suka ada salep untuk keseleo ..." ucap Thania.
"Oh iya...ada kok di ruangan pak Fandi. Nanti aku ambil..." sahut Shaina.
"Biara kau aja..." sahut Thania.
"Eh... Nggak usah nona... Aku saja..." ucap Shaina merasa tidak enak.
"Nggak papa , aku saja yang ambil. Kakak duduk saja ya..." sahut Thania lalu segera masuk ke ruangan pak Fandi mengambil kotak p3k.
Setelah mendapatkan kota p3k dan menemukan salep yang dia cari, Thania pun membantu mengolehkan salep tersebut di pergelangan tangan Shaina.
"Kalau sakit bilang ya kak..." ucap Thania mengoleskan salep tersebut dengan pelan.
"Oh ya ampun nona.... Kau baik banget sih... Maafkan aku ya, lagi- lagi aku membuat kesalahan..." ucap Shaina dalam hati merasa bersalah atas kejadian beberapa waktu lalu di ruang kerja Sagara. Iya, walaupun Shaina tahu jika apa yang terjadi tadi bukan kesengajaan.
"Nah sudah... Pergelangan kakak akan sedikit hangat karena salep ini. Semoga sakitnya berkurang ya kak..." ucap Thania.
"I..iya nona... Te.. terima kasih ya..." sahut Shaina. Thania pun mengangguk sambil tersenyum.
Tepat jam sepuluh, Shaina dan Fandi bersiap- siap untuk pergi meeting.
"Sha...ayo bersiap, tuh lihat, tuan sudah mau berangkat..." ucap Fandi sambil menunjuk Sagara dan sekertaris Jo yang sedang berjalan ke arah ruang divisi keuangan.
"Iya pak..." jawab Shaina membawa tasnya, tak lupa boneka kesayangannya dia bawa.
"Ayo jalan..." ucap Sagara berhenti di depan pintu ruang divisi keuangan.
"Baik tuan..." jawab Shina dan Fandi.
"Tunggu...." tiba- tiba terdengar suara seseorang dari arah belakang Sagara dan Sekertaris Jo.
Mereka pun menoleh ke sumber suara. Dan ternyata di sana ada Ronald. Sagara hanya melirik sekilas ke arah Ronald kemudian menghela nafas.
"Kau juga harus ikut Thania..." ucap Ronal sambil menatap Thania yang sedang duduk di meja kerjanya.
"Saya...?'' tanya Shaina.
"Iya... Ayo..." jawab Ronald.
Thania lalu menoleh ke arah Sagara, namun Sagara hanya diam tanpa ekspresi. Kemudian Sagara melanjutkan langkahnya menuju Lift.
"Ayo Thania..." ucap Ronald.
Thania pun mengkuti Ronald. Dan paling belakang ada Shaina dan Fandi yang menyusul.
Sampai di tempat parkir sekertaris Jo membukakan pintu untuk Sagara. Dan begitu juga dengan Shaina yang membuka pintu mobil karena seperti biasa dia selalu ikut bersama Sagara dan sekertaris Jo.
"Hei gadis bodoh....! Mau ngapain kamu...!" seru Ronald ketika melihat Shaina hendak masuk ke mobil Sagara.
Shaina pun mengurungkan diri untuk naik ke mobil. Dia menoleh ke arah Ronald. Begitu juga dengan Sagara dan sekertaris Jo.
"Berani- beraninya kamu mau nak mobil bosmu...! Apa matamu buta, tidak melihat , kalau istri bosmu ada di sini...! Apa kamu mau menggoda bosmu...!'' seru Ronald.
"Ta..tapi..." ucap Shaina.
"Dasar bodoh...! Minggir kamu...!" Ronald menarik tangan Shaina agar dia menyingkir.
"Auw..." Shaina meringis sambil memegangi pergelangan tangannya.
"Ronald...! Apa- apaan kamu...!'' seru Sagara kesal melihat perlakukan kasar Ronald pada Shaina.
"Kenapa kak...! Gadis itu berani kurang ajar...! Bisa- bisanya dia naik mobil kakak sedangkan dia tahu di sini ada istri kakak..." sahut Ronald sambil melirik Thania.
Sagara pun hanya menatap kesal pada Ronald.
"Masuklah Thania..." ucap Ronald.
"Ehm..." Thania menoleh ke arah Sagara.
"Masuklah... " ucap Ronald.
Thania pun masuk ke mobil Sagara. Kemudian Ronald menutup pintu mobilnya.
"Ayo Sha...kamu naik mobil saya saja..." ucap Fandi.
"Iya pak..." jawab Shaina.
"Hei tunggu...!" ucap Ronald.
Shaina dan Fandi pun menoleh ke arah Ronald.
"Kamu ikut dengan saya...!'' ucap Ronald.
"Saya...?'' sahut Shaina.
"Iya kamu, bodoh...!'' jawab Ronald.
"Ronald...! Jaga bicaramu...!'' Sagara tidak bisa terima melihat Ronald bicara kasar pada Shaina.
"Apa sih kak...! Dia itu cuma pegawai, ngapain sih kakak membela dia terus...! Apa jangan- jangan kakak naksir sama dia.. Hah..?'' tanya Ronald.
"Apa kakak sudah lupa sama Thania istri kakak...? Sampai- sampai kakak pergi satu mobil dengan pegawai rendahan itu...?'' sambung Ronald.
"Tutup mulut kamu Ronald... Jangan banyak bicara...!'' ucap Sagara dengan penuh penekanan.
Sedangkan Thania yang sudah duduk di dalam mobil Sagara semakin merasa tidak enak dengan situasi yang semakin panas antara Sagara dan Ronald.
"Oke...oke...aku akan menutup mulut ..." ucap Ronald.
"Ayo ikut denganku...!'' Ronald kembali menarik tangan Shaina dengan kasar dan menuntunnya ke mobil.
"Lepaskan tangan saya...! Saya bisa jalan sendiri...!'' ucap Shaina merasa kesal dengan perilaku Ronald.
"Hei...! Berani kamu membentak saya...! Mau saya pecat kamu...!'' bentak Ronald.
"Sialan ... Apa- apaan dia..." ucap Sagara hendak menghampiri Ronald karena sudah tidak tahan melihat perlakuannya kepada Shaina.
"Tuan... Sebaiknya kita cepat berangkat. Meeting akan dimulai sepuluh menit lagi...." ucap sekertaris Jo.
Sagara menghela nafas kemudian menghembuskannya dengan kasar sambil melihat ke arah Ronald yang masih saja memaki- maki Shaina.
"Tuan tenang saja... Shaina itu bukan gadis lemah, dia pasti bisa mengatasi Ronald...." ucap sekertaris Jo.
Sagara kembali menghela nafas. Iya, dia tahu kalau Shaina itu pemberani, dia tidak suka dirinya diperlakukan seenaknya oleh orang lain. Tapi yang membuat khawatir Sagara adalah karena tadi Ronald menarik pergelangan tangan Shaina yang sedang sakit.
Akhirnya Sagara menuruti kata sekertaris Jo. Dia naik ke mobilnya, dan sekertaris Jo segera melanjukan mobilnya ke tempat meeting.
"Cepat naik..." ucap Ronald pada Shaina.
Shaina pun membuka pintu belakang mobil.
"Hei bodoh...! Naik di depan...! Enak saja kamu naik di belakang...! Memangnya saya supir kamu...! Dasar bodoh...!'' ucap Ronald.
Shaina berdecak kesal lalu dia membuka pintu mobil bagian depan. Kemudian Shaina menutup pintu mobil dengan kuat sehingga menimbulkan dentuman yang cukup keras.
"Hah...! Kurang ajar dia...!" ucap Ronald begitu Shaina membanting pintu mobilnya.Ronald pun segera masuk ke mobilnya.
"Hei...! Apa kamu sudah tidak waras...! Kamu membanting pintu mobilku...!'' Ronald marah.
"Oh... Memang nggak boleh ya... Maaf, soalnya aku biasa naik angkot, nutup pintunya harus keras, kalau terlalu pelan pintunya tidak bisa tertutup dengan rapat..." jawab Shaina dengan santai.
"Dasar kampungan...! Awas saja kalau pintu mobil saya rusak... Kamu harus ganti rugi..! Kau tahu, harga mobil ini dengan kepala kamu saja lebih mahal mobil saya...! " ucap Ronald.
"Br*ngsek... Berani sekali dia menyamakan harga kepalaku dengan mobil. Kalau dia bukan bos, sudah saya tendang kepalanya sampai lepas dari leher..." batin Shaina sambil melirik tajam ke arah Ronald kemudian melipat kedua tangannya di depan dada.
"Aku pikir orang yang paling menyebalkan itu tuan Sagara, tapi ternyata adiknya lebih menyebalkan darinya. Mungkin orang tua mereka juga menyebalkan... Arrkkhh... Dasar sial...!! Kenapa aku harus bertemu dengan orang- orang menyebalkan seperti mereka sih...!!" Shaina terus ngedumal di dalam hati.
"Hei bodoh...! Ngapain kamu diam di situ, cepat keluar...! Apa matamu buta...! Kau tidak lihat kita sudah sampai...!'' ucap Ronald sambil memukul pintu mobil.
"Oh astaga...." ucap Shaina karena dari tadi kesal sampai tidak sadar kalau ternyata mobil yang dia tumpangi sudah sampai di tempat parkir gedung meeting.
Shaina pun segera keluar dari mobil dan langsung berlari mengejar Sagara, sekertaris Jo , Fandi dan Thania yang sudah berjalan terlebih dulu.
"Hei bodoh...! Kenapa pintu mobilnya tidak ditutup...!'' teriak Ronald kesal karena Shina langsung pergi tanpa menutup pintu mobil.
Shaina berhenti kemudian menoleh ke mobil Ronald.
"Oh iya lupa... Tuan Ronald tutup sendiri aja deh..." sahut Shaina kemudian di kembali berlari mengejar Sagara dan yang lainnya.
Sagara yang melihat tingkah Shaina pun tersenyum tipis. Begitu juga dengan sekertaris Jo, dia tersenyum melihat tingkah lucu Shaina. Sedangkan Ronald terlihat begitu kesal dengan ulah Shaina. Dia pun menutup pintu mobilnya sambil mengumpat.
"Tuan..." ucap Shaina sambil ngos- ngosan.
Sagara menghela nafas kemudian dia melanjutkan langkahnya menuju lift untuk naik ke lantai lima di mana meeting room berada.
Meeting pun dimulai. Peserta meeting dari perusahaan milik Sagara dan perusahaan milik tuan Alex membahas kerja sama yang akan mereka bangun.
Dan akhirnya tiba saatnya Shaina untuk presentsi di depan para peserta rapat. Seperti biasa , Shaina bisa melakukan tugasnya dengan baik. Para peserta rapat pun puas dengan apa yang disampaikan oleh Shaina. Namun selama Shaina presentasi, Sagara bisa melihat bahwa Shaina merasa tidak nyaman.
Iya, Shaina nampak beberapa kali memegang telapak tangannya. Sagara pun terus memperhatikan Shaina.
Setelah Shaina selesai presentasi, Shaina kembali duduk di sebelah kiri Sagara. Sebelah kiri Shaina ada Thania . Dan di sebelah kiri Thania ada Ronald, sekertaris Jo dan Fandi.
Shaina dibuat kaget ketika tiba- tiba Sagara meraih tangan Shaina yang sakit dan meletakkannya di pangkuan Sagara. Shaina pun menoleh ke arah Sagara kemudian menunduk melihat pergelangan tangannya yang sedang dipijit oleh Sagara.
Shaina panik dan segera mencoba melepaskan tangannya dari tangan Sagara.
"Diam..." bisik Sagara sedangkan matanya fokus menatap ke arah tuan Alex yang sedang membacakan visi misi bersama mengenai jangka panjang kolaborasi dan bagaimana hal itu selaras dengan nilai- nilai inti masing- masing perusahaan.
Tangan Sagara terus memijit pergelangan tangan Shaina.
"Oh ya ampun apa yang tuan Sagara lakukan..." batin Shaina karena Sagara terus memijit pergelangan tangannya.
"Ini benar- benar gila... Kalau orang- orang melihatnya bagaimana...? Bisa mati aku...." ucap Shaina dalam hati sambil sesekali melirik Thania yang duduk di sampingnya.
"Dasar pria brengsek... Di depan istrinya dia berani berbuat seperti ini..? Oh astaga...." Shaina menjadi tidak fokus dalam menyimak pembahasan rapat.
Setelah rapat selesai, Thania memilih pulang bersama dengan Ronald karena tadi saat dia naik mobil bersama dengan Sagara, keduanya terlihat canggung. Dan Thania merasa tidak nyaman. Thania lebih nyaman pulang bersama Ronald. Thania cukup akrab dengannya karena Ronald adalah teman SMA Thania.
Sedangkan Shaina memilih untuk ikut mobil Fandi.
"Naik ke mobil saya..." ucap Sagara saat melihat Shaina hendak membuka pintu mobil Fandi.
Shaina pun menoleh ke arah Sagara.
"Oh... Ti..tidak tuan... Saya mau bareng pak Fandi saja..." sahut Shaina.
"Saya bilang naik ke mobil saya... Kamu mulai berani membantah perintah saya...!'' ucap Sagara.
"Ti..tidak... Tuan..." jawab Shaina.
"Cepat masuk..." Sagara meminta Shaina agar segera masuk ke mobilnya.
"Oh astaga... Apa lagi ini... Kenapa aku harus berurusan dengan para pria brengsek... Adiknya suka sekali menghina orang, dan kakaknya buaya darat, sudah tahu punya istri dia malah pegang- pagang tanganku. Dan sekarang dia memaksaku untuk pulang bersamanya... Nggak kakaknya, nggak adiknya semua tukang paksa...dasar br*ngs*k... Arrkkk.... Menyebalkan...!!'' ucap Shaina lalu naik ke mobil Sagara.
"Mukanya tidak usah seperti itu, biasa saja...." ucap Sagara begitu mereka berdua sudah duduk di dalam mobil.Iya, melihat muka Shaina cemberut, tentu saja Sagara paham jika Shaina sedang kesal padanya.
"Ih..." sahut Shaina.
"Tanganmu masih sakit...?'' tanya Sagara.
"Nggak..."
"Jo... Kita ke rumah sakit..." ucap Sagara pada sekertaris Jo yang sudah duduk di jok kemudi.
"Mau ngapain tuan...?'' tanya sekertaris Jo.
"Tangan gadis berandal ini sakit..." jawab Sagara sambil melirik Shaina.
"Nggak... Nggak usah... Nggak usah dibawa ke rumah sakit..." sahut Shaina.
"Cepat Jo kita ke rumah sakit..." ucap Sagara.
"Baik tuan..." jawab sekertaris Jo kemudian menyalakan mesin mobil dan melajukannya ke rumah sakit.
"Oh ya ampun..." batin Shaina.
Sesampainya di rumah sakit Sagara membawa Shaina menemui dokter langganan keluarga Mandala yaitu dokter Candra.
"Bagaimana Candra...? Apa tangannya patah...? Apa perlu dilakukan tindakan...? Seperti amputasi mungkin...?'' tanya Sagara sambil melirik Shaina.
Dokter candra terkekeh mendengar pertanyaan Sagara. Sedangkan Shaina mendengus kesal.
"Dasar pria gila. Enak saja dia bilang tangan saya diamputasi..." batin Shaina sambil melirik kesal pada Sagara.
"Tidak perlu tindakan, tangannya hanya terkilir saja. Saya sudah memberinya salep dan obat nyeri. Semoga cepat membaik ya..." ucap dokter muda sekaligus teman akrab Sagara.
Setelah dari rumah sakit mereka bertiga kembali ke mobil.
"Jo, kita antar gadis berandal ini pulang ke tempat kostnya...'' ucap Sagara.
"Ja..jadi saya tidak harus kembali ke kantor...?'' tanya Shaina.
"Tidak perlu... Kamu istirahat saja sampai tanganmu pulih..." jawab Sagara.
"Yes..." Shaina merasa senang.
"Sebagai gantinya, nanti gaji kamu dipotong..." ucap Sagara.
"Hah...?" sahut Shaina.
"Kalau begitu saya mending kerja saja tuan..." rengek Shaina.
Sagara menoleh dan menatap tajam pada Shaina.
"Kamu berani membantah perintah saya...?'' tanya Sagara.
Bersambung....
memilih mu la hemmmm