NovelToon NovelToon
Dihamili Musuh Abangku

Dihamili Musuh Abangku

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: Danira16

Bara tak menyangka bahwa ią menghabiskan malam penuh gelora dengan Alina, yang ternyata adalah adik kandung dari musuhnya di zaman kuliah.

"Siaap yang menghamili mu?" Tanya Adrian, sang kakak dengan mulai mengetatkan rahangnya tanda ia marah.

"Aku tidak tahu, tapi orang itu teman kak Adrian."

"Dia bukan temanku, tapi musuhku." cetus Adrian.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Danira16, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kemarahan Adrian

Alina tersentak saat Adrian, kakaknya marah sekali, namun Alina hanya mengira kemarahan sang kakak karena temannya itu yang sudah men1 duri Alina sehingga mengakibatkan kini Alina mengandung benih pria yang ia sendiri baru tahu namanya.

Ya Bara Respati, tadi Alina mendengar jelas kakaknya mengatakan itu dengan emosi kemarahannya.

Adrian memandang Alina dengan tatapan tajam dan kemarahan yang membara. Wajahnya merah padam, urat-urat di lehernya menonjol, sementara tangan terkepal erat. Ruangan yang sepi itu seakan menambah tegang suasana antara kakak beradik tersebut.

"Alina, bagaimana ini bisa terjadi?" teriak Adrian, suaranya bergema di dinding kamar Alina. Dia berjalan mondar-mandir dengan langkah berat, mencoba menenangkan diri namun gagal.

"Kamu baru saja menghancurkan masa depanmu!" Alina yang menatap lantai, merasakan air mata mulai berkumpul di pelupuk matanya. Tubuhnya bergetar karena takut dan rasa bersalah yang mendalam.

Suara tangis Alina pecah, isakannya memecah kesunyian. Dia menutup wajahnya dengan kedua tangan, tubuhnya terguncang oleh tangis kesedihan dan kekhawatiran akan masa depannya. Adrian mendengus keras, kecewa dan marah, namun di balik itu semua, dia merasa takut akan apa yang akan terjadi pada adiknya yang paling dia sayangi.

"Aku akan mencarinya? Dan akan aku habisi dia sampai mati."

Alina seketika terkejut lalu ia menggeleng cepat, ia pun menahan tangan kakak kandungnya itu.

"Apa yang kak Adrian lakukan?" Tanya Alina diiringi ketakutan.

"Tentu saja melenyapkannya." Jawab Adrian penuh kemarahan, Alina sendiri langsung meremang tubuhnya karena ucapan Adrian.

"Kak jangan!! Bukan karena aku peduli ayah dari anak yang aku kandung. Tapi karena Alina tak ingin kak Adrian sampai berbuat yang melanggar hukum." Sahut Alina.

"Lepaskan kakak, dengar Alina! untukmu aku sanggup untuk menghabisi Bara."

"Tapi kak dia adalah temanmu kan?"

Adrian seketika itu tertawa terbahak, membuat Alina ke kebingungan akan sikap aneh yang ditunjukkan kakaknya.

"Dia bukan temanku lagi Alina. Tapi dia musuhku. Dan bencinya aku harus menghadapinya lagi hanya untuk dirimu. Jadi biarkan aku memberikan pelajaran padanya." Seru Adrian.

Saat ini Adrian begitu emosi dan marah, iya ingin sekali memberi pelajaran kepada para musuhnya.

Alina sendiri tidak paham dengan kakaknya itu, ia tak mengerti mengapa bisa seorang teman dekat kini menjadi musuh.

"Kak Adrian..!!" Teriak Alina yang malah telah pergi meninggalkan Alina yang masih menyerukan nama kakaknya berulang kali.

Alina takut kakaknya itu akan berbuat salah dan main hakim sendiri, hingga ia makin kalut saat mobil Adrian yang biasa terparkir di depan rumah kini sudah tidak ada lagi.

"Ya Tuhan gimana ini?" Cemas Alina yang kemudian mengikuti jejak mobil Adrian dengan taxi online.

Selama Alina di dalam mobil, pikirannya tak tenang. Iya begitu mengkhawatirkan kakaknya, iya takut Adrian akan emosi dan kehilangan kesabarannya pada Bara.

Saat itu Adrian langsung menuju ke rumah mantan temannya itu, ia tentu saja masih hapal alamat Bara. Dulu Adrian sering sekali main bahkan menginap di rumah Bara.

"Di mana Bara?" Seru Adrian memanggil nama pria itu.

Dan Adrian menanyakan keberadaan Bara kepada pelayan rumahnya.

"Den Bara tidak tinggal disini."

"Bohong!!" Sentak Adrian yang berteriak di wajah asisten rumah tangga keluarga yang kaya raya itu.

"Benar tuan, saya tidak bohong." Cetus pelayan itu lagi.

Alina pun langsung masuk ke rumah besar yang barusan dimasuki kakak kandungnya itu. Melihat kemarahan kakaknya Alina pun melerai.

"Kak ayo kita pulang kak." Ajak Alina dengan menarik tangan Adrian.

"Tidak, aku harus memberi pelajaran untuk pria breng5*k itu." Omel Adrian yang sudah berapi-api.

Alina tahu bahwa rumah ini adalah rumah pria yang telah merusak hidupnya, seorang yang dibenci dengan sangat hebat oleh kakaknya.

"Ada apa ini pagi-pagi sudah ribut-ribut?" Cetus seorang pria paruh baya yang berada diatas.

Baik Alina dan Adrian mantap wajah garang itu, pria itu pun menuruni anak tangga. Dengan menatap keduanya bergantian.

Suara kegaduhan yang dibuat oleh Adrian membuat pria yang tak lain adalah ayah Bara terusik. Saat itu pria itu sedang membaca koran.

"Kamu siapa? Sepertinya aku pernah melihatmu?" Tanya pria itu lagi yang ditujukan pada Adrian.

Adria maju melangkah mendekati pria tua itu, lalu ia mengulurkan tangannya ke arah ayah kandung Bara.

"Hallo Om, mungkin anda sudah lupa pada saya. Tapi saya akan selalu mengingat om dan anak si4l*n om itu. Ya saya Adrian, musuh anak anda." Jawab Adrian dengan tatapan dingin.

Sedangkan Alina yang melihat aura kakaknya yang tidak baik mulai mendekati Adrian.

"Kak lebih baik kita pulang kak, sebenarnya kakak disini mau ngapain?" Bisik Alina yang tak ingin suaranya sampai terdengar oleh pria tua yang menatap tajam keduanya.

"Kamu Adrian teman anak saya kan?" Kini pria bernama Robert itu mengingat Adrian.

Dan akhirnya pria tua itu mengingat sosok Adrian, pria tampan yang sering sekali bertandang ke rumahnya untuk mencari putranya, Bara.

"Itu dulu om, sekarang tidak. Bara musuh aku. Dan lagi dia sudah tega menod*i adikku dan menyebabkan nya hamil." Terang Adrian dengan tatapan dinginnya.

"Apa maksud kamu? Bara mengham*li adik kamu, benarkah begitu?" Tanya Robert menatap Adrian bergantian dengan Alina.

"Iya untuk itu katakan pada anak om itu, suruh dia pulang aku ingin membuat perhitungan padanya." Geram Adrian.

*

*

Di sore yang bersemangat itu, aspal jalanan menjadi panggung utama, tempat para pembalap menunjukkan keberanian dan keterampilan mereka dalam road race yang penuh risiko.

Jalanan yang biasanya tenang itu kini dipenuhi dengan suara mesin motor yang bergemuruh, tercampur dengan sorak-sorai penonton yang memadati tepi jalan. Di antara kerumunan, kaum perempuan tampak paling antusias, teriakan mereka menggelegar paling keras ketika pembalap favorit mereka melaju kencang, memimpin di depan pesaing lainnya.

Udara dipenuhi dengan bau bensin dan aspal panas, menambah intensitas suasana yang sudah tegang. Sorot matahari sore menambah kilau pada helm berwarna-warni pembalap yang melintas cepat, hampir secepat detak jantung penonton yang menyaksikan dengan nafas tertahan, menyadari setiap tikungan bisa menjadi penentu kemenangan atau kecelakaan.

Keadaan ini menjadikan jalanan yang biasa menjadi arena adu nyali dan kecepatan, di mana hanya yang paling fokus dan terampil yang bisa bertahan hingga garis finish.

Ratusan kursi penonton terisi penuh, orang-orang berdiri sambil melambaikan bendera dan topi, semuanya tertuju pada satu titik di mana Bara Respati dengan motor balapnya yang berwarna cerah dan mengkilap, tengah menguasai lintasan.

Layar besar di beberapa sudut arena menampilkan close-up dari setiap pembalap, fokus terutama pada Bara yang kini memimpin jalannya perlombaan.

Dari speaker-speaker besar terpasang di sekitar arena, komentar para penyiar terdengar nyaring, memuji keahlian dan ketangkasan Bara dalam mengendalikan motor di setiap tikungan tajam dan lintasan lurus.

Sorakan penonton semakin menjadi-jadi setiap kali Bara berhasil melewati pesaingnya, atau ketika layar menunjukkan bahwa dia masih memimpin perlombaan. Udara di sekitar trek dipenuhi dengan bau khas aspal panas dan bensin, sementara suara mesin motor yang meraung-raung mengisi setiap celah keheningan.

Di sana, di tengah sorotan dan harapan, Bara Respati terus melaju, menorehkan namanya sebagai pemenang dalam memori para penonton yang menyaksikan.

Ya Bara adalah seorang pembalap, ia menyukai balapan itu sejak dimulai SMA, Adrian pun tahu itu karena dulu mereka adalah teman dekat.

Hingga persahabatan mereka kandas, namun kita akan bahas nanti.

"And the winner is  Bara......"seru seorang pemandu acara dengan suara yang melengking.

Bara berjalan menaiki podium diurutan pertama dengan temannya berada diurutan ke 2 dan ke 3 yang kemudian menyusulnya.

Sebagian teman Bara berasal dari luar negeri, karena Bara mengikuti ajang bergengsi. Namun keputusan Bara untuk tidak meneruskan perusahaan ayahnya membuat Robert kesal dan tak bisa membujuk puteranya itu.

Robert terlihat kesal saat beberapa kali ia menghubungi Bara namun tak juga direspon. Bahkan terlihat wajah ayah kandung Bara yang sudah terlihat menahan kemarahannya.

Sudah cukup ia membiarkan Bara dengan jalan hidupnya, namun ia tak menyangka bahwa puteranya itu juga sampai membuat gadis yang notabene adalah teman Bara itu sampai mengandung.

Saat itu Bara turun dari podium setelah ia mendapatkan piala dan uang senilai fantastis, pria itu pun menyambar ponselnya dari dalam lokernya sembari ia hendak mengganti pakaiannya.

Mata Bara langsung mendelik saat ia melihat banyak panggilan dari ayah kandungnya, bukan itu saja. Robert pun mengirim pesan padanya untuk segera ke rumah karena ada hal penting.

"Ada apa ya?" Batin Bara sesaat ia baru membaca pesan Robert.

"Ada apa Bara?" Tanya Edwin saat pria yang tadi naik podium dengannya bertanya.

"Tidak apa-apa. Maaf sepertinya gue gak bisa ikut pesta kalian. Ayahku segera menyuruhku pulang." Lirih Bara yang membatalkan janjinya pada teman-teman balapannya.

Edwin pun menepuk pundak temannya. "Tidak apa, pergilah!!" Jawab teman Bara yang baru pindah dari negara Singapore.

"Thanks Ed, aku janji bakal menggantinya di lain hari." Jawab Bara.

"Tak masalah." Lugas salah satu teman Bara yang paham temannya yang terlihat sedang sibuk.

Akhirnya Bara pun pulang setelah ia sebentar mengguyur badannya yang lengket karena sinar matahari saat ia harus mengikuti balapan yang cukup membuat namanya kian terkenal dikalangan road racer.

Bara melajukan kencang motor ducatinya hingga ia tiba di rumah ayahnya, rumah masa kecil Bara.

Pria itu masuk kedalam rumah dan mencari keberadaan ayahnya, namun saat ia melihat wajah yang tak asing dan cukup lama tidak melihatnya, Bara pun mematung.

Bahkan piala yang ia pegang pun otomatis ia jatuhkan, hingga netra Alina menatap piala itu yang jatuh dilantai.

Alina bahkan mengerjapkan matanya dengan kemudian ia mengucek matanya untuk melihat lebih dekat pria yang sebulan lebih yang lalu pernah mengambil kesuciannya.

"Ya dia lelaki itu, dia ayah dari anak yang aku kandung." Batin Alina yang cukup syok melihat cara berpakaian pria yang menurut Alina penampilannya macam preman.

1
اختی وحی
kalimat ny salah thor, harusnya bukan semalam. tpi malam itu.. krn kejadian ny sudah sebulan lalu
dindaaurora: ok nanti saya cek lagi kak
total 1 replies
vita
suka sm jln ceritanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!