NovelToon NovelToon
Berjalan Di Atas Luka

Berjalan Di Atas Luka

Status: sedang berlangsung
Genre:Ibu Mertua Kejam / Pernikahan Kilat / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga) / Dijodohkan Orang Tua / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:6.2k
Nilai: 5
Nama Author: Dina Aisha

Hidup hanya untuk berjalan di atas luka, itulah yang dialami oleh gadis bernama Anindira Sarasvati. Sejak kecil, ia tak pernah mendapat kasih sayang karena ibunya meninggal saat melahirkan dirinya, dan ayahnya menyalahkan Anin atas kematian istrinya karena melahirkan Anin.

Tak hanya itu, Anin juga selalu mendapat perlakuan tak adil dari ibu dan adik tirinya.
Suatu hari, ayahnya menjodohkan Anin dengan putra sahabatnya sewaktu berperang melawan penjajah. Anin tak memiliki pilihan lain, dia pun terpaksa menikahi pria bernama Giandra itu.

Bagaimana kisah mereka selanjutnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dina Aisha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kembali Berduka

Satu tahun kemudian.

Anin duduk di atas tikar bersama Erna yang bersila di lantai. Di tangannya, sebuah mangkuk berisi kecil nasi, sayur bayam, dan ayam rebus.

“Ayo, makan dulu, Nak ...” ujarnya lembut sembari menyodorkan sendok ke depan mulut Erna.

Erna menatapnya dengan wajah polos, lalu membuka mulut lebar dan melahap makanan itu.

“Pintar anak Ibu. Kamu harus tumbuh sehat ya,” tambah Anin dengan suara penuh kasih.

Tangannya mengusap pipi mungil Erna, mengukir senyum hangat di wajahnya. Namun, tiba-tiba, ekor matanya menangkap Anggi yang berlari keluar pagar. Anin langsung menoleh.

“Anggi!!” teriaknya panik.

Dia langsung berdiri, berlari keluar, meninggalkan Erna yang menatapnya dengan wajah bingung.

Uhuk … Uhuk … Uhuk!

Erna tersedak. Dia berdiri, dan melangkah menuju dapur. Tubuh mungil itu berhenti di depan lemari pendingin. Tangannya meraih gagang pintu, berusaha membukanya, tetapi tak berhasil. Dia pun menempelkan telapak tangannya ke sisi kulkas dan seketika tubuhnya bergetar hebat.

Di luar rumah, Anin masih berusaha mengejar Anggi yang berlari ke tengah jalan. Dari arah berlawanan, sebuah motor melaju kencang.

“Awas, Anggi!!” jerit Anin.

Dia berlari kencang, menarik tangan Anggi, kemudian memeluknya erat. Motor itu berhenti mendadak hanya beberapa jengkal dari mereka.

“Hati-hati dong, Bu! Kalau punya anak kecil dijaga!!” pekik sang pengendara.

“Maaf, Mas,” ucap Anin sembari menunduk.

Pengendara itu hanya mendengus, lalu kembali menatap gas, meninggalkan mereka.

“Kamu kenapa lari ke tengah jalan?” tanya Anin dengan nada menahan marah.

Anggi menunduk lesu. “Maaf, Bu ... Anggi mau kejar kupu-kupu tadi,” sahutnya lirih.

“Kamu tuh nakal banget! Disuruh sekolah bareng Lava nggak mau! Ibu lagi suapin adikmu di dalam!!” omel Anin, suaranya meninggi.

Anggi mendongak, menatap ibunya dengan mata berkata-kaca. “Ibu cuma sayang Lapa dan Elna!”

Dia pun berlari masuk ke rumah, meninggalkan Anin sendiri. Anin menghela napas panjang, kemudian mengikuti Anggi masuk ke rumah.

“Ibu!!” jerit Anggi dari dapur.

“Kenapa?” tanya Anin, bergegas menghampiri.

“Elna, Bu!!” pekik Anggi dengan wajah pucat pasi dan mata melebar ketakutan.

Anin langsung berlari, tubuhnya mematung saat melihat Erna terkapar di lantai.

“Erna! Kamu kenapa, Nak?!” serunya panik.

Dia duduk di lantai, memeluk tubuh Erna yang terbujur. “Bangun, Nak!!” teriak Anin sembari mengguncang bahu Erna. “Kamu nggak boleh tinggalin Ibu juga!!” sambungnya lirih.

“Ernaaaaa!!” Anin menjerit histeris, memeluk tubuh putrinya erat dengan tubuh gemetar hebat.

“Cepat, cari bantuan!!” perintahnya.

Anggi langsung berlari keluar dengan tubuh gemetar hebat, dan air mata yang berurai tanpa henti.“ Tolong!! Tolongin adik saya!!” teriaknya sembari berlari ke rumah-rumah tetangga.

Beberapa tetangga langsung keluar, mendekati Anggi yang berdiri dengan tubuh gemetar.

“Ada apa, Gi?” tanya salah satu dari mereka.

“Elna tiba-tiba nggak bernapas,” jawab Anggi terisak di sela sesenggukannya.

“Astaghfirullah … Ibumu di mana?” tanya seorang ibu dengan nada panik.

“Di dalam … Tolong bantu Ibu selamatin Elna …” pinta Anggi lirih, matanya berkilat basah.

Para tetangga langsung menggenggam tangan Anggi, lalu menuju rumah Anin.

...🌹🌹...

Giandra duduk di kursi penumpang sebelah Candra yang sedang mengemudi dari Surabaya menuju Depok. Pandangannya kosong, menatap jalanan melalui kaca jendela. Tiba-tiba matanya tertumbuk pada sebuah toko di tepi jalan.

“Berhenti, Dra!!” seru Giandra tiba-tiba.

“Kenapa?” tanya Candra sembari menoleh.

“Gua mau beli sesuatu buat Anin dan anak-anak,” jawab Giandra singkat.

Candra menghela napas panjang, lalu menepikan mobil di depan toko itu. Giandra turun dan masuk ke toko, diikuti Candra yang berjalan di belakang dengan wajah malas dan tatapan sinis.

“Lu mau beli apaan?” tanya Candra.

Giandra tak menjawab, pandangannya menyapu seluruh isi toko hingga berhenti pada sebuah kotak musik yang tengah memutar melodi lembut di atas meja pajangan.

Anin dan anak-anak pasti suka. Dia mengambil kotak itu, kemudian menelusuri rak lain untuk mencari tambahan oleh-oleh.

“Lu nggak beli buat anak dan istri lu?” tanya Giandra sambil menoleh ke Candra.

“Ngapain? Buang-buang duit,” jawab Candra.

“Hm.” Giandra bergumam, kembali memilih barang, meninggalkan Candra sendiri.

Beberapa menit kemudian, mereka kembali ke mobil. Begitu mesin dinyalakan, Candra melirik kantong belanjaan di pangkuan Giandra.

“Lu ngapain beli oleh-oleh sebanyak itu?” tanya Candra dengan nada mencibir.

“Biar Anin dan anak-anak gua senang,” jawab Giandra santai sembari tersenyum.

“Rajin amat,” celetuk Candra.

“Gua cari uang sampai ke Surabaya juga buat mereka biar mereka nggak kekurangan,” sahut Giandra, menatap Candra sinis.

Candra hanya mendengus, kemudian kembali fokus mengendarai mobil.

...🌹🌹...

Beberapa jam kemudian.

Mobil berhenti di depan rumah Giandra. Namun, Giandra dan Candra mematung sejenak ketika melihat halaman depan dipenuhi orang dan bendera kuning tergantung di pagar.

“Siapa yang meninggal?” tanya Candra.

Tanpa menjawab, Giandra langsung turun dan berlari menerobos kerumunan. Seketika tubuhnya limbung ketika mendapati tubuh Erna yang terbujur kaku diselimuti kain putih.

“Arghhhhhh!!” Giandra menjerit histeris, kedua tangannya meremas rambutnya sendiri, kemudian jatuh bersimpuh di lantai.

Anin memandang Giandra dengan wajah sembap, mata bengkak, dan tubuh gemetar. Perlahan, dia merangkak mendekat.

“Maafin aku, Mas ... Ini salah aku. Aku lalai jaga Erna,” ucap Anin terbata-bata di sela tangisnya.

Giandra mengangkat wajahnya, menatap Anin dengan pandangan kosong. Tanpa sepatah kata, dia merengkuh Anin ke dalam pelukannya.

1
Dina Aisha
anin emg agak lola org nya 🤣🤣
Adi Sudiro
si anin lebai bukanya minta pertolongan atau telfon polisi..... halah cerita 🤭🤭🤭🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!