Kau sewa aku, Kudapatkan cintamu
Semua berawal dari selembar kertas perjanjian.
Ia hanya butuh uang, dan pria itu hanya butuh istri… meski sementara.
Dengan tebusan mahar fantastis, mereka terikat dalam sebuah **pernikahan kontrak**, tanpa cinta, tanpa janji, hanya batas waktu yang jelas. Namun, semakin hari, batas itu mulai kabur. Senyum kecil, perhatian sederhana, hingga rasa yang tak pernah mereka rencanakan… pelan-pelan tumbuh menjadi sesuatu yang tak bisa disangkal.
Penasaran dengan kisahnya? Yuk ikuti ceritanya...
jangan lupa kasih dukungannya ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora.playgame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part. 33- Perasaan yang sama
Rani masih berdiri di tempatnya sambil menatap punggung Arga yang kini sudah berbalik hendak pergi.
Rasanya ingin sekali dia menghampiri Arga, tapi tatapan dan senyuman Arga tadi pada Keira membuatnya kesal sehingga jemarinya terkepal erat.
"Selama ini aku tenang-tenang saja... aku yakin Arga menikah sama Keira cuma karena keadaan. Aku percaya hatinya masih buat aku. Tapi..." matanya memanas "kenapa tadi dia tersenyum begitu padanya?" batinnya.
Beberapa mahasiswa yang lewat sempat melirik Rani, tapi ia segera menenangkan diri dan menegakkan badan untuk menyembunyikan kegelisahannya di balik wajah ramahnya.
Sementara itu, Arga sudah berjalan menuju ruang dosen. Wajahnya kembali datar, seolah tak terjadi apa-apa. Namun jauh di dalam hatinya, senyum yang tadi muncul karena Keira masih terbayang, hingga membuat hatinya terasa hangat.
**
Suasana kampus mulai lengang sore itu. Mahasiswa berangsur meninggalkan area dan hanya tersisa beberapa orang yang sibuk dengan aktivitas masing-masing.
Di bawah pohon besar dekat area parkir, Rani sedang berdiri terpaku. Tatapannya tak bisa lepas dari sosok Arga yang tadi sempat tersenyum pada Keira sebelum beranjak pergi.
Wajah Arga yang selama ini ia kenal dingin, kaku, dan jarang menaruh perhatian, tadi terlihat berbeda. Ada kehangatan dari sorot matanya untuk Keira, hingga membuatnya cemburu.
"Tidak… itu nggak mungkin. Arga nggak akan berubah secepat itu. Dia mencintaiku, bukan Keira. Pernikahan itu hanya... hanya status kosong. Aku yakin."
Namun semakin ia meyakinkan diri, semakin sulit pula ia menepis gambaran senyum Arga tadi.
Tiba-tiba Riko datang dari arah kantin sambil menenteng tas dengan wajah kelelahan. "Kak! Dari tadi aku cari, kok malah diem di sini?"
Rani langsung tersentak dan buru-buru merapikan raut wajahnya. "Nggak apa-apa, cuma lagi mikir aja."
Riko mengerutkan dahinya karena melihat raut wajah kakaknya yang nampak tidak baik-baik saja. "Mikir apa? Jangan-jangan soal Pak Arga lagi ya?"
Rani terdiam sejenak, lalu tersenyum hambar. "Riko… kalau suatu hari Arga beneran berpaling, menurutmu aku bisa terima nggak?" tanyanya.
Riko menatap kakaknya dengan serius. "Kak, bukannya aku nggak mau dukung kakak. Tapi kan Pak Arga udah menikah. Mau itu karena alasan apa pun, sekarang statusnya jelas. Kakak nggak bisa terus berharap sama sesuatu yang belum tentu jadi milik kakak lagi."
Rani menundukkan kepalanya sambil meremas jemari sendiri. "Tapi, aku ngerasa… dia masih sayang sama aku. Aku yakin."
"Hhhh..." Riko mendesah panjang. Ia tau kakaknya keras kepala, apalagi kalau soal perasaan.
_____
_________
Di sisi lain...
"Aneh… kenapa aku jadi kepikiran terus sama dia?," batin Arga.
Namun tanpa sadar, sudut bibirnya kembali terangkat tipis dan dia menyadari hal itu saat melihat pantulan wajahnya di cermin meja kerjanya. "Hah, yang benar saja."
Malam hari, di rumah keluarga Arga.
Keira sedang duduk di ruang keluarga bersama sang kakek dan ibu mertua, menonton acara televisi sambil ngemil buah-buahan. Gadis itu tampak begitu ceria, meski tubuhnya lelah setelah seharian kuliah.
"Keira, kakek seneng banget lihat kamu. Enerjimu itu bikin rumah ini kerasa lebih hidup."
"Hahaha, masa sih, Kek? Padahal aku cuma cerewet aja."
"Cerewetmu itu justru yang bikin suasana nggak sepi. Kamu memang cepat akrab, Keira," timpal ibu Widia.
Keira pun tersipu, tapi matanya sempat melirik ke arah pintu. Ia berharap Arga cepat pulang. Rasanya ia ingin segera bertemu dengan Arga, apalagi setelah kejadian akhir-akhir ini.
Tak lama kemudian, suara mobil terdengar di luar dan Arga pun pulang. Keira langsung mengalihkan pandangannya dan berpura-pura fokus pada televisi.
Namun kakek tampak antusias menyambut cucunya. "Arga! Kamu pulang juga akhirnya. Gimana hari ini di kampus?"
Arga datang dengan wajah yang biasa, menunduk hormat lalu duduk "Biasa saja, Kek."
Sedangkan Keira nampak mencuri-curi pandang, tapi segera mengalihkan pandangannya ketika tatapan mereka hampir bertemu.
Malam itu, Keira masuk kamar lebih dulu. Ia duduk di tepi ranjang, lalu membuka buku catatan kuliah. Saat Arga masuk, suasana sempat canggung karena sebuah perasaan yang sudah mulai hadir diantara keduanya.
"Sudah belajar?" tanya Arga saat melirik sekilas.
"Iya," jawab Keira tanpa menoleh.
Deg deg!! Deg deg!! Deg deg!!!
Keira meraba jantungnya yang terasa berdebar. "Kenapa dengan jantungku? Apa aku sakit jantung?," batinnya.
Ia lalu mencoba menenangkan jantungnya itu dengan cara berjalan mondar-mandir sambil membaca buku dan menghindari menatap Arga.
Arga memperhatikannya dari jauh tapi ia tidak menegurnya sama sekali dan hanya pergi ke kamar mandi.
Deg deg!! Deg deg!! Deg deg!!!
Begitupun dengan Arga, ketika pintu kamar mandi tertutup ia juga merasakan jantungnya yang berdegup kencang lalu nampak memikirkan sesuatu.
**
Sementara itu, Rani sedang duduk termenung di depan meja belajar yang ada di kamarnya, sehingga lampu meja menyinari wajahnya yang muram.
"Aku nggak bisa diem aja. Kalau Arga benar-benar mulai tertarik sama Keira… aku bisa kehilangan dia untuk selamanya."
Tangannya menggenggam pena, lalu menuliskan sesuatu di buku kecilnya.
"Aku harus cari cara. Harus bikin Arga sadar kalau cuma aku yang benar-benar ngerti dia. Aku yang selalu ada di sisinya sejak dulu."
Air matanya jatuh menetes di kertas, namun segera ia usap dengan kasar.
"Tidak… aku nggak boleh kalah sama Keira. Aku harus lakukan sesuatu."
BERSAMBUNG...
maafkan typo 🙏😄