Azalea, Mohan, dan Jenara. Tiga sahabat yang sejak kecil selalu bersama, hingga semua orang yakin mereka tak akan pernah terpisahkan. Namun dibalik kebersamaan itu, tersimpan rahasia, pengkhianatan, dan cinta yang tak pernah terucapkan.
Bagi Azalea, Mohan adalah cinta pertamanya. Tapi kepercayaan itu hancur ketika lelaki itu pergi meninggalkan luka terdalam. Jenara pun ikut menjauh, padahal diam-diam dialah yang selalu menjaga Azalea dari kejauhan.
Bertahun-tahun kemudian, Jenara kembali. Dan bersama kepulangannya, terbongkarlah kebenaran masa lalu tentang Mohan, tentang cinta yang tersimpan, dan tentang kesempatan baru bagi hati Azalea.
Kini, ia harus memilih. Tetap terikat pada luka lama, atau membuka hati pada cinta yang tulus, meski datang dari seseorang yang tak pernah ia duga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Faroca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di Antara Kehangatan ada Ketakutan
Suara notifikasi dari ponsel Azalea, membuat Regi dan Fani spontan menoleh. Azalea terlihat mengambil ponselnya, dan seketika itu juga senyum lebarnya merekah. Binar matanya mengisyaratkan, bahwa gadis itu sedang menahan malu campur senang. Fani dengan aura penasarannya, langsung mengintip isi chat tersebut.
"Kangen, pengen peluk... dari Jenara!" Baca gadis itu dengan nada kaget.
"Fani... Kok lo ngintip sih, ini kan privasi" teriak Azalea dengan suara cemprengnya.
"Cieee Aza, katanya belom jadian. Tapi kok udh peluk-pelukan sama kangen-kangenan," Heboh Fani sambil menoel dagu Azalea.
Regi yang penasaran bertanya pada Fani, "Chat dari siapa Fan?" tanyanya
"Dari calon dokter dingin itu, kangen minta dipeluk..." jawabnya sambil meledek Azalea.
"Serius lo? Wah ini sih nggak usah bikin dia cemburu, fix kalo Jenara juga suka sama lo." timpal Regi sok tau.
"Kalian apaan sih, gue malu!!!!" menutupi wajahnya dengan bantal.
"Hahaha... Sering ya dia begitu?" tanya Regi antusias.
Azalea masih menutupi wajahnya, namun anggukan kepalanya adalah jawaban untuk Regi.
"Ya ampun!!!! So sweet banget kalian," Fani kegirangan.
"Apa persahabatan kalian emang begini?" Regi masih penasaran
Azalea membuka bantal yang menutupi wajahnya, saat ini pipinya seperti kepiting rebus. " Nggak kok, Jenara lebih suka ngasih perhatian dengan kata-kata. Nggak tau kenapa beberapa hari terakhir ini, dia sering minta peluk. Bilangnya karena tugas dia yang banyak, jadi dia butuh charger buat nge-recharge energinya lewat pelukan gue," Azalea bercerita dengan wajahnya yang bersemu merah dan senyum indah yang gadis itu punya.
"Aaaaaaaa!!!! Nggak kuat gue dengernya," teriak Fani sekencang-kencangnya, membuat Azalea dan Regi menutup telinga mereka.
"Fani, berenti teriak. Ini bukan di hutan," omel Regi.
"Terus apa lagi yang kalian lakuin setelah pelukan?" pikiran Fani mulai berkelana.
"Maksud lo?" tanya Azalea bingung, sedangkan Regi menepuk jidatnya pelan... Karena dia tau kemana arah pembicaraan Fani.
"Maksud gue, setelah itu apa kalian ciuman?" Fani berkata dengan jelas.
Azalea membelalakkan matanya, gadis itu kaget dengan pertanyaan Fani. Wajah yang sejak tadi mirip kepiting rebus sekarang berubah menjadi tomat busuk.
"Gue nggak pernah ngebayangin itu Fan, lo terlalu jauh mikirnya..." ujar Azalea polos.
"Jangan dengerin Za, emang rada-rada nih anak." ujar Regi, "Azalea sama Jenara belom jadian, jadi lo jangan mikir mereka tuh kaya drama Korea yang dikit-dikit cipokan." omel Regi sambil melotot ke arah Fani.
"Yeee... Kan siapa tau aja, tanpa sadar mereka ngelakuin itu." ucapnya masih belom menyerah.
"Fani...!!!" Bentak Regi dan Azalea secara bersamaan.
"Hehehe... Iya maapin Fani yang cantik ini ya," ucapnya sambil cengengesan.
"Huuu... cantik-cantik nyebelin loh," ujar Azalea sambil melempar Fani dengan bantal.
"Azalea muka lo kalo lagi salting ketauan banget, merahnya sampe ke kuping-kuping tau nggak." goda Fani masih belum selesai.
"Fan... Udah ah, lo godain Aza mulu. Kasian tuh mukanya belom balik normal lagi," Regi menimpali membuat Fani tertawa kencang.
Azalea memasang wajah cemberut, namun Regi dan Fani tak mengindahkannya, mereka masih melontarkan godaan-godaan pada Azalea.
Tiba-tiba bunyi ketukan pintu kamar Azalea terdengar di sela-sela celetukan yang tertuju pada Azalea. Bik Surti menyembulkan kepalanya, ketika pintu itu sedikit dibuka olehnya.
"Non, ada den Jenara di ruang tamu..." ucapnya memberitahu.
"Oh... baru sampe ya bik?" tanya Azalea, mendengar nama Jenara, hati Azalea berdetak kencang
"Iya Non,"
"Ya udah... Bilang tunggu sebentar ya bik,"
"Ok non, permisi bibik balik ke dapur. Mau bikin minuman buat den Jenara," pamit bik Surti.
Fani melirik Azalea dengan senyuman isengnya, "Cieee... Yang mau nge-recharge udah dateng tu," godanya
Azalea menjulurkan lidahnya ke arah Fani, "Iri ya, nggak ada yang mau recharge ke lo." Azalea membalas
Fani langsung merubah ekspresinya menjadi pura-pura kesal, "Minimal jadian dulu kalii, baru bisa peluk-pelukan" sindirnya lucu.
"Iri aja lo, besok gue bilangin Bani deh—atau Bram gitu. Kalo lo pengen dipeluk sama mereka," timpalnya
"Dih... Stres lo, berobat Za." Ucap Fani
"Udah, tapi dokternya malah ikutan stres dengerin curhatan gue." balasnya absurd.
"Eh udah dong!" seru Regi menengahi. "Za, kasian tuh Jenara udah nungguin lo. Jangan ladenin tuh si anak kucrut," sambungnya lagi.
"Oh iya, ya udah gue keluar dulu ya." ujar Azalea
"Bareng aja Za, ini udah malem juga. Kita balik aja," Regi melihat jam tangannya, menunjukkan jam delapan malam.
"Ya kok kalian pulang sih, nggak nginep aja?" tahan Azalea.
"Kapan-kapan aja deh, kita udah dari siang loh ada disini... Numpang makan di rumah lo," Regi merasa tidak enak
"Santai aja Gi, gue malah seneng kalo ada kalian. Rumah rame jadinya, biasanya Mohan sama Jenara yang bikin rame. Lo tau sendiri kan sekarang gimana?" ucap Azalea lesu.
"Udah deh, jangan ke inget Mohan lagi. Sekarang pangeran lo ada diluar tuh, lagi nungguin lo." celetuk Fani. Azalea memeluk kedua temannya itu, setidaknya ada mereka yang selalu mengisi hari-hari Azalea.
****
Fani dan Regi baru saja pulang, setelah puas menggoda Azalea tentang isi chat dari Jenara tadi. Namun keduanya, tidak berani mengeluarkan satu katapun ketika mereka menjumpai Jenara di ruang tamu rumah Azalea. Kedua teman Azalea hanya berpamitan secara singkat pada cowok dingin tersebut.
"Kamu nggak bales chat aku, jadi aku kesini!" seru Jenara memecah keheningan sesaat diantara mereka.
"Maaf Je, tadi aku lagi ngerjain tugas. Nggak enak aja kalo sambil megang ponsel," ujar Azalea, menutupi kebenaran yang terjadi. Padahal sejak mendapatkan chat dari cowok itu, Azalea mendapat godaan yang bertubi-tubi dari Regi dan Fani.
"Aku kangen!!!" kalimat sederhana itu, keluar begitu saja tanpa jeda.
Azalea memalingkan wajahnya, berharap jika wajah kikuknya tidak terdeteksi oleh Jenara.
"Je, jangan ngomong gitu tiba-tiba dong. Bikin salah paham tau," ucapnya
Jenara membawa wajah gadis itu mendekat kearahnya. "Aku suka kalo kamu salah paham," Jenara tersenyum kecil.
"Jantung gue buffering, otak gue loading dan gue bener-bener mati gaya ditatap kaya gitu." batin Azalea menjerit.
Azalea mengerjapkan kedua matanya, kepalanya menggeleng pelan. "Stop natap aku kaya gitu Je, kalo aku baper gimana?" rengeknya.
Jenara terkekeh, tangannya membawa tubuh mungil Azalea kedalam pelukannya. Hangat, tenang dan penuh arti. Pelukan itu bukan pelukan biasa, ada rasa yang terselip di dalamnya. Sesuatu yang tak berani mereka ucapkan tapi sama-sama mereka rasakan.
"Je... Boleh tanya sesuatu," seru Azalea didalam pelukan cowok itu.
"Tanya apa?"
"Kenapa tiba-tiba, kamu ngerubah panggilan lo—gue jadi aku—kamu..." Azalea penasaran dengan perubahan panggilan mereka.
"Kamu nggak suka? Kita mau balik lagi kaya dulu, "ucapnya datar sambil melepas pelukannya.
"Bu-bukan gitu Je, jangan marah. Aku cuma tanya kok, kalo nggak mau jawab nggak apa-apa." Azalea menggigit bibir bawahnya cemas,
"Nih cowok cepet berubah-ubah moodnya, kadang manja, kadang dingin, kadang lucu. Tapi semua itu selalu bikin jantung gue deg-degkan." gerutunya dalam hati.
Jenara menyentuh bibir Azalea yang digigitnya barusan. Dengan ibu jarinya, dia mengusap pelan bibir gadis mungilnya itu. "Jangan digigitin mulu Za, nanti luka," ucapnya lembut
Azalea terpaku. Dunia seolah membisu sesaat. Sentuhan itu singkat, tapi cukup membuat kulit gadis itu hangat sampai ke telinga. Sedangkan Jenara, tersenyum kecil melihat pipi gadis mungilnya mulai ngeblushing.
"Astaga... Jenara!!!! Sekarang lo berani banget pegang-pegang bibir gue, nggak tau apa jantung gue makin nggak aman." cerocos Azalea dalam hati.
"Kenapa diem?" seru Jenara membuyarkan lamunan Azalea.
Azalea berdiri tiba-tiba. "Aku ambil minum dulu ya, kamu pasti haus." gugupnya
"Bik Surti udah bawain minum kok, tuh teh hangat ditambah jahe..." ucap Jenara
Azalea meringis malu, "Kalo gitu, aku mau ambil cemilan dulu..."
Jenara menarik lembut tangan gadis itu, hingga Azalea kembali terduduk."Hei Azalea, kamu kenapa? Kok gugup banget," ucapnya sambil memegang pipi gadis itu.
"Gimana aku nggak gugup, perlakuan kamu dari tadi bikin baper maksimal Je..." lirihnya pelan hampir tak terdengar.
"Lucu banget sih kamu Azalea... Sebenernya aku udah nggak sabar pengen milikin kamu, tapi aku masih ragu sama perasaan yang kamu punya. Padahal, terlihat jelas kegugupan kamu setiap kali aku natap mata indah kamu. Wajah kamu yang merona saat aku peluk kamu, dan banyak sinyal yang aku tangkap dari diri kamu. Hati aku menghangat setiap kali melihat sinyal itu. Namun dibalik kehangatan yang aku rasakan, ada ketakutan yang sama besar di dalamnya. Aku takut jika dihati kamu, masih tersisa buat Mohan. Dan aku hanya tempat pelarian kamu." Hati Jenara berbisik lirih.
****
Wah gimana nih? Kira-kira Jenara bakalan ngutarain perasaannya apa nggak? Atau dia lebih nyaman kaya gini, sambil nyari tau apa hati Azalea Udah bener-bener kosong? Yuk dikoment jawaban kalian.