NovelToon NovelToon
Janda Melati

Janda Melati

Status: sedang berlangsung
Genre:Ibu Mertua Kejam / Selingkuh
Popularitas:19.1k
Nilai: 5
Nama Author: santi damayanti

sebuah cerita sederhana seorang melati wanita sebatang kara yang memilih menjadi janda ketimbang mempertahankan rumah tangga.

jangan lupa like dan komentar
salam autor

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi damayanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

jm 33

Arga menghela napas berat, mengambil ponselnya lalu menelepon Deni.

“Den, ke ruanganku sekarang,” ucap Arga singkat dan menaruh kembali ponselnya, memijat pelipisnya.

Tak lama kemudian Deni datang dengan tersenyum.

“Mana proposal vendor yang kamu bawa?” ucap Arga menatap Deni.

“Hmm, apa kamu sudah berubah pikiran?”

Arga menghela napas. “Kamu dengan Mawar ada hubungan apa?”

Deni tampak diam, menatap Arga sebentar. “Mawar Sukmana?” ucapnya.

“Ya.”

“Kami teman lama, teman sekolah tepatnya.”

“Oh,” hanya itu yang keluar dari Arga.

“Bukan teman dekat, kan?” tanya Arga.

“Ya, lumayan dekat,” ucap Arga.

“Hmm, kok aku baru tahu, ya? Bahkan aku sudah mencintai Mawar semenjak SMA.”

“Oh, kami teman waktu SD.”

“Hebat juga, masih temenan dengan teman SD,” ucap Arga.

“Baiklah, aku acc ini, tapi kamu harus usahakan profesional, jangan terlalu banyak bermain,” ucap Arga.

Deni tampak menarik napas kesal. “Tenang saja, Arga. Aku ini teman baik Mawar. Kamu tahu, kan, dia dari keluarga Sukmana. Kamu bisa naik jabatan karena dia, kan?”

Arga menarik napas berat. Perasaan Arga, dia bekerja dengan baik dan banyak kontribusi yang sudah dia berikan. Mungkin andaikan tidak kenal Mawar, dia juga masih bisa naik jabatan.

“Ok, silakan keluar, aku masih banyak pekerjaan,” ucap Arga.

Deni mengambil berkas dari meja Arga. “Thanks, ya, Bro,” ucap Deni berdiri lalu melangkah keluar ruangan Arga.

Arga menatap punggung Deni sampai pintu ruangan tertutup.

“Ah, Mawar dari keluarga Sukmana. Andaikan aku ketahuan saja, mana mungkin dia tega menurunkan jabatanku. Dan sepertinya menikahi Mawar banyak juga untungnya.”

Arga kembali fokus kepada layar laptopnya, meneliti setiap laporan dari seluruh manajer dari berbagai divisi.

Hari beranjak sore, tak terasa senja sudah mulai turun ke barat.

Hari ini Melati lelah sekali. Betisnya terasa pegal, pinggangnya terasa mau patah. Bisa dibayangkan, 20 kali bolak-balik dari lantai satu ke lantai empat hanya mengerjakan hal-hal sepele.

Melati keluar dari ruangan Panji. Hari sudah mulai gelap, kampus sudah mulai sepi. Hanya satpam dan petugas kebersihan yang masih bekerja.

Melati membuka ponselnya. Pesan dari Laras: “Melati, kamu lama banget di ruangan Pak Bos. Aku pulang dulu, ya.”

Melati menarik napas berat, meregangkan pinggangnya.

Melati memakai jaket lusuhnya, menggantung tas tangannya, lalu melangkah ke parkiran motor.

Rasa kesal masih menyelimuti dirinya. Bayangkan saja, dari jam empat sampai jam lima hanya disuruh makan kacang.

“Aku kalau lagi stres harus lihat orang makan kacang,” itu perkataan Panji yang masih diingat Melati.

“Benar-benar aneh,” gumam Melati.

Tak terasa langkahnya sudah sampai parkiran. Melati mengeluarkan kuncinya dan menstarter motornya.

Beberapa kali dia starter, namun tak kunjung menyala.

“Ah, kenapa mogok di saat aku sedang sakit pinggang.”

Melati meraih ponselnya, mau memesan ojek online.

“Ah, sial sekali,” gerutu Melati. “Di saat begini, ponselku malah lowbat.”

Melati meninggalkan motornya di parkiran dan melangkah keluar parkiran kampus.

“Kenapa motornya?” tanya satpam.

“Mogok,” jawab Melati.

“Ya, aku baru saja masuk, jadi maaf, enggak bisa antar kamu pulang.”

Melati mengangkat alis, dalam hati berkata, “Lagian siapa juga yang minta diantar pulang.”

“Ya, Pak, terima kasih,” ucap Melati. “Di mana ya pangkalan ojek terdekat?” tanya Melati.

“Di depan, dekat perempatan, di bawah papan reklame aki Yuasa,” jawab satpam.

“Atau saya pesankan saja ojek online,” tawarnya.

Melati menggelengkan kepala. “Tidak usah, Pak, saya mau ke pangkalan ojek saja.”

“Ya sudah, hati-hati, ya.”

Melati menganggukkan kepala dan melangkah keluar kampus.

Langit sore sudah jingga, terhalang gedung-gedung tinggi. Kendaraan lalu-lalang, suara klakson bersahutan. Jam pulang kerja adalah jam tersibuk- sibuknya.

Melati melangkah pelan. Bekerja sebagai OB terasa seperti kerja kuli bangunan; pegalnya menjalar ke seluruh tubuh, belum lagi hatinya yang ikut pegal karena kelakuan Panji.

“Tett!” terdengar suara klakson keras.

Melati menoleh. Sebuah mobil Mercedes hitam mendekat, melaju pelan di tengah padatnya lalu lintas.

“Wey, masuk!” ucap Panji dari dalam mobil.

Melati menggelengkan kepala, menolak ajakannya.

“Masuk enggak? Kalau enggak, aku tagih utang kamu, loh!” teriak Panji dari dalam mobil, suaranya nyaris tenggelam oleh deru kendaraan dan klakson bersahutan.

Melati menarik napas berat, lalu dengan pasrah masuk ke dalam mobil, duduk di jok belakang.

“Hei! Kamu kira aku sopir kamu? Pindah ke depan!” ketus Panji.

Melati hanya bisa menggertakkan gigi menahan kesal.

“Cepat!” ucap Panji lagi. “Kamu sudah bikin macet panjang!”

Dengan malas, Melati keluar dan pindah ke kursi depan.

“Enggak usah pakai sabuk pengaman, kamu pasti enggak bisa,” ucap Panji, nada suaranya setengah mengejek.

Melati duduk dengan hati kesal, menatap lurus ke depan.

“Kenapa manyun? Kesal, ya?” tanya Panji datar.

“Mana mungkin saya kesal sama bos besar,” jawab Melati sinis.

Panji mengangkat alis tebalnya. “Panggil aku bos tampan, karena aku enggak gendut.”

Melati diam sejenak, menahan tawa. “Ya, bos tampan,” ucapnya pelan.

Tiba-tiba terdengar suara lagu dari tape mobil Panji:

(Baby Shark, doo doo doo doo doo doo)

(Baby Shark, doo doo doo doo doo doo)

Melati menatap Panji heran. Aneh, pikirnya. Harusnya Panji memutar lagu romantis atau paling tidak salawat, bukannya lagu anak-anak. Hampir saja ia tertawa, tapi ditahan sekuat mungkin.

“Kalau mau ketawa, ketawa saja,” ucap Panji tanpa menoleh.

“Tidak, Pak,” jawab Melati cepat sambil menutup mulutnya.

“Pak, bukankah kita tidak searah? Turunkan saja saya di perempatan yang ada patung kudanya,” ucap Melati hati-hati.

“Loh, memang siapa yang mau ngantar kamu pulang?” jawab Panji santai.

Melati melotot. Dalam hati ia menyesal kenapa tadi mau saja asal masuk mobil tanpa tahu maksud dan tujuan.

“Pak, turunkan saya, Pak! Saya mohon!” ucap Melati panik.

“Tuh, lampu sudah hijau. Dimarahi orang nanti kalau kamu turun sekarang,” ucap Panji enteng sambil terus mengemudi.

“Terus, Bapak mau ajak saya ke mana?” tanya Melati waspada.

“Jangan jorok pikiran kamu,” sahut Panji cepat. “Aku enggak mungkin ngajak kamu ke hotel. Tenang aja, masih banyak wanita cantik di luar sana.”

Melati menarik napas lega. Setidaknya, pikiran buruknya tidak terbukti.

Adzan magrib berkumandang merdu, bersahutan dengan deru kendaraan dan suara klakson yang tiada henti.

Mulut Melati sempat terbuka, hendak mengajak Panji ke masjid.

Namun tiba-tiba Panji memelankan laju mobilnya, lalu berbelok masuk ke halaman masjid.

“Sesibuk apa pun, jangan tinggalkan salat,” ucap Panji tenang namun tegas.

“Jangan malas, kamu,” tambahnya dingin sambil membuka pintu dan turun dari mobil.

"pandai sekali menilai orang" kesal melati dalam hati

Beberapa detik kemudian, Panji membukakan pintu untuk Melati.

“Jangan geer. Bukan karena kamu cantik makanya aku bukain pintu,” ucapnya datar. “Aku cuma tahu kamu enggak bisa buka pintu mobil mahal kayak gini.”

Awalnya Melati sempat merasa bangga dibukakan pintu oleh lelaki tampan dan kaya, tapi begitu mendengar alasannya, rasa bangga itu langsung lenyap, berganti dongkol di dada.

1
partini
noh si Kunti dekta kamu panji ,,kaya gitu kamu ga ngeh hemmmmmm kamu termasuk CEO ledhoooooooooo
partini
panji selangkah di depan dong ,,istrimu tuh di kelilingi iblis setiap saat bisa nyerang so kasih lah bodyguard g susah yg nempel cukup dari jauh kalau ada apa apa kan bis antisipasi
Wiwit
lnjut
partini
karena sudah tau ya harus caranya jangan sampai rencana dia berhasil dong itu baru Smart
end then kamu pakai be smart don't be stupid selangkah di depan dong bukan di belakang
partini
semoga dapat kembar
partini
ayo bang pakai kenal kan istri mu
partini
hemmm keluar sinting semua
partini
busettttt
partini
kali ini Arga tahan ga yah apa ina ini jg😂
partini
ayo cerita kan semua mel
partini
sehhh itu bukan barang suka Suak kasih ke orang OMG
kalea rizuky
novel aying
kalea rizuky
mati aja lah hidup g guna jg bodoh
kalea rizuky
benci wanita menye thor pantes like dikit bikin kuat donk
partini
bertempur dengan masa lalu hemmm no good karena si laki laki tuh bego nya mendarah daging ga tertolong kalu udah tau belangnya baru nyesel minta ma"af ke istri
partini
hemmm udah lihat mukanya belum mau cerai aja
partini
wanita tua ,lah hemmmmm paling si itu
partini
ya emang tugas suami Mel,,istri tuh melayani doang tapi di kehidupan nyata mah jarang yg kaya gitu
partini
ha butul kan rencana jahat,,obsesi cinta dupuluan tahun yg lalu
lah ini orang umur berap Thor
partini
wwkkwkw panji panji lagu lama
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!