NovelToon NovelToon
Istri Kecil Dokter Dingin

Istri Kecil Dokter Dingin

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Duda / Nikah Kontrak / Dijodohkan Orang Tua / Dokter
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Alin Aprilian04

Amira, wanita cantik berumur 19 tahun itu di jodohkan dengan Rayhan yang berprofesi sebagai Dokter. Keduanya masih memiliki hubungan kekerabatan. Namun Amira dan Rayhan tidak menginginkan perjodohan ini.

Rayhan pria berumur 30 tahun itu masih belum bisa melupakan mendiang istrinya yang meninggal karena kecelakaan, juga Amira yang sudah memiliki seorang kekasih. Keduanya memiliki seseorang di dalam hati mereka sehingga berat untuk melakukan pernikahan atas dasar perjodohan ini.

Bagaimana kisah cinta mereka selanjutnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alin Aprilian04, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14

Suara adzan subuh berkumandang, membangunkan jiwa-jiwa yang tengah terlelap dari tidur panjangnya. Amira sudah memakai mukena, bersiap untuk shalat subuh. Ia berwudhu dengan cara tayamum, karena keadaan darurat.

"Mashaallah, udah pakai mukena aja!" ujar Rayhan terlihat sumringah.

"Iya!" Jawab Amira singkat.

"Mau berjamaah?"

"Boleh." Amira mengangguk.

Namun belum saja keduanya melakukan shalat berjamaah, Abi Rafiq, Ummi Salma dan Rasyid kini terbangun dari tidurnya. Ketiganya menatap Amira yang sudah sadar penuh bahagia.

"Mashaallah, alhamdullillah putri Abi sudah sadar!" Abi Rafiq seketika menghampiri Amira lalu menghambur memeluk putrinya. Ia mencium kening sang anak beberapa kali penuh cinta.

"Abiii!" Amira menangis, mendongakan wajahnya menatap sang Ayah.

"Alhamdulillah, Ya Allah. Putriku!"

"Anakkuu, Alhamdulilah udah sadar, Nak. Ummi khawatir Banget sama kamu!" Ummi Salma pun ikut memeluk Amira dengan air mata yang kembali membasahi pipinya.

"Alhamdulillah, Amira baik-baik aja, Mi."

"Syukur, Nak!" Ummi Salma mencium pipi sang anak.

"Maafkan aku, Bi. Maafkan aku juga yaa, Ummi. Amira nakal dan selalu membantah nasihan Ummi dan Abi. Sekarang Amira janji, Amira akan nurut sama Abi dan Ummi." Amira menangis sesenggukan.

"Iya, Umi dan Abi sudah memaafkan mu, Nak. Kami selalu menyayangimu bagaimana pun kamu." Abi Rasyid menenangkan Amira yang masih saja ketakutan. Ia terus memeluk putri kecilnya itu seolah tak mau lepas.

"Perasaan gak ada yang terimakasih sama Kakaknya. Padahal saya yang nolongin lhoo!" Sindir Rasyid bercanda, membuat Amira menoleh dan mengerucutkan bibirnya.

"Iya, iya, makasih yaa Kakak paling nyebelin sedunia!" Amira mendelik kesal memutar bola matanya.

"Iyaaa sama-sama adik yang keras kepala!" Balas  Rasyid.

"Ish, sempet-sempetnya ngeledek adeknya."

"Yaa biarin!"

"Sama Rayhan belum makasih, Nak," goda Ummi Salma yang seketika menarik pelan tubuh Rayhan agar mendekati Amira.

"Iya makasih ya, Mas. Udah nolongin!" ujar Amira.

"Yang manis dong," ujar Rasyid.

"Ini kan udah manis!" Amira membela diri.

"Gini dong, makasih yaa suamiku sayang udah nolongin aku. Aku gak tau kalau gak ada kamu tadi aku bakal gimana. Kamu bagaikan malaikat penolong dalam hidupku. Aku mencintaimu!" ujar Rasyid menggoda Amira.

"Iiiihhhh, apaan si, Kak!" Amira menutup wajahnya dengan bantal karena malu. Semua orang yang ada disana tertawa kecil melihat tingkah laku Amira. Termasuk Rayhan yang mendapati pipi istrinya itu memerah.

***

Keadaan Amira sudah membaik, tinggal luka lebam di wajahnya yang sedikit lagi pun menghilang. Kali ini ia di perbolehkan pulang oleh dokter pribadinya yang merupakan suaminya sendiri setelah di rawat selama dua hari.

"Asiikk... Akhirnya aku boleh pulang. Udah kangen banget tiduran di rumah terus nonton Netflix!" Amira tersenyum sumringah. Ia berdandan mencoba menutupi luka lebam di wajahnya dengan make up.

"Seneng banget kayanya!" Rayhan menatap Amira yang begitu ceria seraya membereskan baju-baju istrinya ke dalam koper.

"Iya lah, mana ada yang betah di rumah sakit."

"Ingat yaa, jadikan kejadian kemarin sebagai pembelajaran. Jangan mengulangi lagi hal-hal yang dapat membahayakan."

"Iyaa."

"Dari kemarin juga iya iya terus kalau di nasehatin, tapi gak ada satupun yang di turutin." Protes Rayhan.

"Iyaa, Pak Ustadz Rayhan. Ya Allah cerewet banget sih!"

"Saya biasanya jarang banyak bicara. Tapi semenjak dengan kamu mau gak mau harus banyak bicara biar kamu gak salah jalan!"

"Ooh maksudnya Amira bikin ulah terus?" Amira mengerucutkan bibirnya menatap kesal Rayhan.

"Mas gak mau bilang gitu, tapi yaa lebih baik instrospeksi diri aja. Tanya pada diri sendiri apa saja yang harus di perbaiki untuk menjadi lebih baik."

"Bilang aja Amira nyebelin. Gak usah pake bahasa halus!" Amira berdecak pinggang kesal, lalu memasukan baju-bajunya sendiri tanpa meminta bantuan Rayhan. "Biar aku aja yang beresin bajunya!"

"Astagfirullah, kok ngambek sih!" Rayhan menatap heran Amira.

"Siapa suruh nyebelin!"

Rayhan menggelengkan kepalanya pelan, mood istrinya memang sangat gampang berubah. Padahal tadi siang begitu manis dan nurut.

***

Rayhan menepikan mobilnya di salah satu restoran favoritnya. Ia sangat menyukai makanan luar, sehingga tak jarang ia mengajarkan BI Atin untuk memasak makanan ala barat.

Keduanya kini memasuki restoran Korean tersebut. Amira cukup tertarik dengan desainnya yang sangat lucu dan elegan. Ia memperhatikan bagian-bagian sudut bangunan itu lengkap dengan hiasannya untuk ia tiru di rumahnya nanti.

Amira duduk manis di meja sedangkan Rayhan yang sibuk memesan makanannya.

"Kamu mau pesan apa, Amira?" tanyanya.

"Samain aja!"

"Okay!" Rayhan mengangguk, lalu dengan cepat menuntaskan pesanan makanannya.

Tak lama kemudian pelayan restoran membawakan makanan itu dengan jumlah yang banyak membuat Amira sedikit heran. Rayhan terlihat begitu antusias dan bahagia. Pria itu benar-benar tak sabar untuk menghabiskan makanan favoritnya.

Amira pun mencicipi sushi mentai tersebut. Cukup suka, namun lidahnya kurang cocok dengan makanan luar. Ia lebih menyukai makanan Indonesia. Bahkan ketika kuliah di Paris pun Amira lebih memilih memasak sendiri.

"Enak kan?" ujar Rayhan menatap Amira dengan senyuman.

"Lumayan."

"Kalau sama makanan tuh jangan bilang gak enak. Alhamdulillah kita masih di kasih rezeki buat makan. Orang lain belum tentu."

"Astagfirullaah, iya iya, Mas. Bisa gak sih sehari aja gak ceramah!" Amira mengerucutkan bibirnya kesal.

"Gak bisa, karena saya harus ngasih tahu istri saya." ujar Rayhan.

"Eeuuh!" Gumam Amira kesal.

Tak sampai 15 menit, semua makanan Rayhan ludes habis tak tersisa. Pria itu meminum air putih yang di pesannya, karena ia kurang menyukai jus kecuali buatannya sendiri.

"Oh yaa, saya belum ngasih tahu kamu. Noah mantan pacar kamu yang menurutmu sangat tampan itu sudah masuk penjara," ucapnya.

"Apa?" Amira mengerutkan keningnya.

"Kenapa gak Ridha? Mantan pacarnya gak boleh di penjara gitu?"

"Ih siapa bilang, aku malah Ridha lilahita'ala. Dia udah jahat sama Amira."

Rayhan mengangkat alisnya lalu mengangguk-angguk. Ia kembali memakan makanan yang ada di atas meja dengan lahap.

"Siapa yang penjarain?"

"Kak Rasyid!" ujar Rayhan.

"Terus?"

"Terus apanya?"

"Terus gimana kelanjutannya, kalau ngasih informasi tuh jangan setengah-setengah!" Kesal Amira meninggikan suaranya.

"Kalau bicara sama suami itu pelankan suaranya. Yang sopan, lembut, hormat," ujar Rayhan. Ia paling anti dengan wanita yang suka bernada tinggi di hadapannya. Bagaimanapun dia tetap laki-laki yang ingin di hormati.

"Iya, iyaa, maaf." Amira mengerucutkan bibirnya, "Terus bagaimana kelanjutannya suamikuuu?" Amira berkata dengan sangat lembut meski setengah meledek.

"Saya gak tahu, Amira. Saya baru di kasih tahu tadi pagi."

"Oohhh... Syukur deh dia di penjara."

Tak lama kemudian seorang wanita dengan jilbab syar'inya yang berwarna navy kini menghampiri meja keduanya. Amira mendongak menatap wanita cantik yang sepertinya wanita keturunan arab itu yang kini tengah menyapa suaminya.

"Assalamualaikum, Rayhan!" ujarnya antusias.

"Eh, Azura. Waalaikumsalam!" Rayhan menatap Azzura dengan hangat.

"Mashaallah, gak nyangka bisa ketemu sama kamu setelah sekian lama. Gimana kabarnya?"

"Alhamdulillah, baik. Ayo duduk dulu!" ujar Rayhan.

Wanita bernama Azura itupun duduk di meja menatap Amira dengan senyuman. Amira pun membalas senyuman wanita yang membuatnya cukup terpesona itu.

"Boleh izin duduk?" tanyanya.

"Oh iya, tentu boleh, Kak!" ucap Amira ramah.

"Oh iya, Mira. Kenalin ini sepupunya mendiang istri Mas." ujar Rayhan.

"Oh yaa, salam kenal yaa, Kak." Amira menyalami wanita tersebut. "Saya Amira."

"Salam kenal juga, saya Azura."

"Oh iya, Rayhan. Kebetulan aku ketemu lagi sama kamu. Susah sekali menghubungi kamu, No WhatsApp kamu udah gak aktif, media sosial pun kamu gak punya."

"Oh iya maaf, hp saya waktu itu hilang. Jadi semua kontak juga otomatis gak ada."

"Aku cuman mau ngasih tahu kamu. Khadijah waktu itu pernah bicara dengan aku empat mata. Aku gak tahu ini wasiat atau apa. Tapi aku ingin membicarakannya padamu agar tidak ada yang mengganjal dalam hati," ujar Azura.

"Tentang apa?"

"Entah apa yang membisikan Khadijah saat itu. Tapi mungkin kala itu beliau sudah memiliki firasat akan meninggal. Beliau mengatakan padaku satu keinginannya."

"Terus?" Rayhan menatap serius Azzura.

"Tapi kamu jangan marah yaa. Aku cuman mau mengutarakan ini saja. Soal keputusan ada di tangan kamu." Azzura terlihat gugup.

"Santai saja!" ujar Rayhan.

"Beliau mengatakan jika meninggal, beliau ingin kamu menikahi adik perempuannya. Karena ia tahu keshalihan kamu, dan beliau yakin kamu bisa menjaga adik semata wayangnya karena kedua orang tuanya sudah meninggal."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!