Bias Masa Lalu

Warning!!! Area menjurus ke jurus pacuan kuda 😁

"Nona... Sebaiknya kita kembali ke vila sekarang. Karena tuan Arga sudah dalam perjalanan kemari." kata Harlan yang terlihat panik karena Gita yang belum mau kembali ke vila.

"Ck.. Ngapain sih dia balik ke sini? Katanya CEO, tapi kayak pengangguran." gerutu Gita yang merasa kesal karena acara jalan-jalannya harus berakhir.

"Artinya tuan sudah selesai urusannya di kota dan kembali ke sini. Ayo nona, kalau tuan tau kita berjalan sejauh ini bisa-bisa anda dan saya dikurung di dalam vila." kata Harlan membujuk Gita.

Karena merasa alasan Harlan masuk akal, akhirnya Gita setuju untuk kembali ke vila. Mereka kembali mengayuh sepeda yang mereka gunakan sebagai kendaraan untuk jalan-jalan mengitari 'wilayah' milik Arga.

Gita yang masih memiliki sisi kemanusiaan, merasa tak akan tega jika laki-laki seusia ayahnya itu terkena hukuman dari Arga karena dirinya.

Setidaknya dia sedikit berterima kasih karena masih bisa keluar walaupun Harlan selalu menemaninya seperti seorang pengawal.

Gita sendiri tak hanya sekedar refreshing, tapi juga mencari cela untuk kabur dari tempat ini.

Sesampainya di vila, Gita segera membersihkan diri. Menghilangkan aroma keringat dan juga rasa lengket di tubuhnya.

Tepat setelah dia selesai mandi dan bersiap-siap untuk merebahkan tubuhnya di atas kasur, Gita mendengar suara laki-laki yang memanggil namanya dengan suara yang cukup kencang.

"Gitaa!!! Buka pintunya, sekarang!!!!" suara teriakan Arga diiringi dengan gedoran di pintu kamarnya.

"Apa sih? Kayak tarzan aja teriak-teriak." ucap Gita tak kalah nyaringnya dari dalam kamar.

Karena merasa lelah untuk ribut dengan Arga, maka Gita pun segera membuka pintu. Dan dia melihat sosok laki-laki yang menyebalkan itu.

Arga sepertinya baru saja sampai, penampilan lelaki itu tampak kacau dengan kemeja yang digulung hingga siku. Dan dasi yang tak lagi terikat dengan rapi. Belum lagi rambutnya yang tampak acak-acakan.

"Apa telingamu tuli? Tidak mendengar aku memanggilmu dari tadi. Hah?!"

"Hei kau yang tak tau adab, datang-datang malah bikin rusuh dan marah-marah nggak jelas seperti ini. Apa otakmu masih berfungsi? Hah?!" balas Gita tak mau kalah.

Tiba-tiba saja Arga terkekeh lalu tertawa keras. Membuat Gita yang tadinya tampak gagah berani menantang Arga kini mendadak ciut.

"Ternyata benar... Kau penyihir kecil yang membuat aku gila." kata Arga tiba-tiba.

Dan dengan gerakan cepat, Arga mendorong Gita masuk ke dalam kamarnya. Tubuh Gita terdorong hingga terjatuh di atas tempat tidur. Hingga tubuh besar Arga menindihnya di atas ranjang.

Gita berusaha mendorong Arga, tapi postur tubuh lelaki itu jauh lebih besarnya. Gita kalah tenaga dan berusaha untuk lepas dari tindihan lelaki yang tingginya hampir 190 cm itu.

"Lepaskan aku brengsek!!! Bajing*n....!!!" ucap Gita sambil meronta-ronta agar bisa lepas dari Arga.

Tapi Arga tak perduli, dia malah menutup mulut Gita dengan bibirnya. Arga menciumnya dengan kasar dan penuh hasrat.

Arga melumat habis bibir Gita. Walaupun wanita itu memberontak, Arga tak mundur sedikit pun. Bahkan tangannya pun sudah berkelana di tubuh Gita.

Tangan besarnya kini dengan lancangnya memainkan benda besar dan kenyal, yang merupakan aset kebanggaan Gita.

Merasa tak terima dengan perlakuan Arga yang melecehkannya, Gita menggigit bibir Arga dengan sekuat tenaga.

Rasa anyir pun terasa dari darah yang keluar dari bibir Arga diiringi suara makian dari lelaki itu saat dia menarik diri.

"Kau benar-benar ganas rupanya, hem??" kata Arga yang malah terlihat semakin berbahaya.

"Dasar iblis jahanam!!! Lepaskan aku, bajing*n!!!"

Gita yang sudah emosi tak lagi bisa membendung air matanya. Sialan, padahal dia sudah berjanji pada dirinya sediri untuk tak menangis di depan laki-laki jahat ini.

"Tidak... Aku tak akan melepaskan mu. Ini semua gara-gara dirimu. Jadi kau harus bertanggung jawab. Jangan bertingkah seperti perawan, karena itu tak cocok untukmu." kata Arga lalu melanjutkan ciuman yang terjeda tadi. Tangannya merobek pakaian yang dipakai oleh Gita.

Arga tak lagi menghiraukan Gita yang memberontak dan meminta untuk dilepaskan.

Bahkan permohonan wanita itu yang terdengar serak karena dari tadi berteriak meminta pertolongan tak lagi bisa menghentikan Arga.

Lelaki itu menginginkan wanita ini dan harus dia dapatkan. Wanita yang membuatnya gila karena tak bisa lagi menyentuh wanita lain bahkan sekalipun para wanita itu telanjang dan berusaha memancing gairahnya.

Arga sempat frustrasi karena mengira dirinya impoten saat pusakanya tak bisa tegak seperti biasanya. Padahal pramugari seksi itu sudah berusaha memancing gairahnya dengan semua skill profesional yang dimilikinya.

Di otak Arga hanya ada bayangan wanita yang kini berada di bawah kukungan nya. Hanya mendengar makian dan kata kasar Gita, pusakanya langsung bereaksi dan minta dipuaskan.

"Dengar Gita, kau adalah milikku dan akan terus begitu. Tak akan ku lepaskan kau untuk kedua kalinya."

Ucapan itu seolah-olah menjadi kalimat pengantar saat Arga mencoba menerobos masuk ke dalam dirinya.

"Aaa... sakit... Jangaaan... Kumohon jangan, tuan."

Namun, permohonan Gita tak lagi terdengar di telinga Arga yang tetap memaksa masuk dengan paksa.

"Ugh... Sempit... Ternyata benar-benar seperti perawan...." kata Arga yang terlihat sangat menikmati penyatuan dua tubuh itu.

Gita menggigit baju Arga hingga berdarah tapi tak menghentikan lelaki yang sudah dikuasai oleh nafsu itu.

Arga tak bisa berpikir lagi, saat ini dia hanya ingin menuntaskan hasrat yang sudah ditahannya.

Otaknya semakin lumpuh saat merasakan bagian dalam Gita. Dia tak bisa mengendalikan dirinya saat merasakan inti tubuh wanita itu.

Arga bahkan mengeluarkan suara erangan yang begitu keras dan tak terkontrol saat memacu di atas tubuh sintal Gita.

Dia tak pernah merasakan kenikmatan seperti ini bahkan saat bercinta dengan seorang model majalah dewasa dulu.

Walaupun terlihat hanya dirinya yang menikmati pergumulan panas dengan Gita, baginya tak masalah. Gita adalah miliknya dan selalu akan begitu.