Kembali hidup setelah dirinya mati terbunuh. Itulah yang dialami gadis jenius bisnis bernama Galuh Permatasari. Ia bertransmigrasi ke era kolonial menjadi seorang gundik dari menheer tua bernama Edwin De Groot. Di era ini Galuh bertubuh gendut dan perangainya buruk jauh dari Galuh yang asli.
Galuh memahami keadaan sekitarnya yang jauh dari kata baik, orang - orang miskin dan  banyak anak kelaparan. Untuk itu ia bertekad dengan jiwa bisnisnya yang membludak untuk mengentaskan mereka dari keterpurukan. Memanfaatkan  statusnya yang sebagai Gundik.
Disaat karirnya berkembang, datanglah pemuda tampan yang tidak lain adalah anak dari menheer tua bernama Edward De Groot. Kedatangannya yang sekedar berkunjung dan pada akhirnya jatuh cinta dengan gundik sang ayah.
Lantas, bagaimana kisah kelanjutannya ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indah yuni rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penangkapan Van Der Meer
Nyai Galuh memasuki ruangan dengan langkah tegap, matanya tertuju pada Van Der Meer dengan campuran emosi antara kesedihan dan kemarahan. "Saya mendengar ada panggilan untuk saya?" ujarnya dengan suara yang stabil.
Van Der Meer menatap benci kehadiran wanita berusia 20 tahun itu. "Kamu akan sangat menyesal karena telah berurusan denganku." ujarnya geram.
Nyai Galuh tersenyum sinis, tidak terpengaruh oleh ancaman Van Der Meer. "Saya sudah siap menghadapi apa pun yang Anda lakukan," katanya dengan nada yang tenang. "Tapi yang harus Anda khawatirkan adalah bagaimana Anda akan menghadapi hukuman atas kejahatan Anda."
Van Der Meer wajahnya menjadi semakin merah karena marah, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa karena dibatasi oleh keadaan.
Diederik menyambutnya dengan hormat. "Nyai Galuh, terima kasih telah datang. Kami membutuhkan kesaksian Anda tentang perlakuan Van Der Meer terhadap pekerja di kebun kopi."
Nyai Galuh mengangguk, lalu menatap Van Der Meer dengan tatapan tajam. "Saya siap memberikan kesaksian tentang apa yang saya lihat dan alami."
"Baik. Nyai Galuh, jelaskan pada kami apa saja kesaksian dari Anda."
Nyai Galuh mengambil nafas dalam - dalam sebelum memberikan kesaksiannya. Suaranya bergetar ketika mengingat kejadian itu. "Ya, saya ingat itu. Tuan Van Der Meer mencambuk Sarinah tanpa alasan yang jelas. Anda bisa mengecek sendiri luka milik Sarinah yang pasti masih ada bekas cambukan."
Van Der Meer wajahnya memerah, dia mencoba membantah. "Itu tidak benar! Saya hanya melakukan apa yang perlu untuk menjaga ketertiban."
Diederik memotong dengan nada dingin. "Kami sudah memiliki bukti, Tuan Van Der Meer. Tidak ada gunanya Anda membantah."
"Ada lagi." imbuh nyai Galuh. "Saya juga menyampaikan ide-ide tentang perbaikan kondisi kerja dan kesejahteraan pekerja agar dimunculkan, karena apa ? Bahwa jika pihak Belanda menyadari pekerja yang sehat dan sejahtera akan lebih produktif dan berkontribusi pada kemajuan ekonomi. Dalam kasus seperti ini, ide saya tentang perbaikan kondisi kerja dan kesejahteraan pekerja bisa dianggap relevan dan progresif. Namun, bahwa implementasi ide-ide tersebut tidak sesuai dengan keinginan dari Tuan Van Der Meer. Intinya , dia menolak tegas usulan saya." Nyai Galuh yang berpendidikan modern tentu tahu betul kesejahteraan untuk jangka panjang bagi para pekerja. Hal ini sudah sangat terbukti di zamannya hingga ia menjabat sebagai CEO.
Sekali lagi, Edward begitu terpukau dengan rentetan penjelasan nyai Galuh yang mementingkan taraf hidup rakyat miskin.
Diederik mengangguk setuju dengan ide relevan dari nyai Galuh.
Nyai Galuh kemudian menambahkan, "Kita harus memastikan pekerja di kebun kopi kita diperlakukan dengan adil dan diberikan kompensasi yang layak. Mereka adalah tulang punggung keberhasilan bagi pemerintahan Belanda ."
Diederik mengangguk setuju, "Benar, Nyai. Kita harus memprioritaskan kesejahteraan mereka dan menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat."
Edward tidak bisa tidak terkesan dengan kecerdasan dan visi Nyai Galuh dalam memperjuangkan pekerja di kebun kopi. "Nyai, pemikiran Anda tentang keseimbangan antara produksi dan kesejahteraan pekerja sungguh inspiratif," katanya dengan tulus.
Edwin mengerutkan keningnya, rasa tidak senang terlihat jelas di wajahnya. "Apa yang dia lihat dari wanita itu?" gumamnya dalam hati, sambil terus memantau putranya yang tampak sangat terkesan dengan Nyai Galuh.
Seketika itu Sarinah datang. Lalu Sarinah dipersilahkan untuk memberikan bukti. Ia menyingkap bajunya memperlihatkan punggungnya, terlihat bekas luka-luka cambukan yang masih ada di punggungnya. Nyai Galuh menahan napas, sementara Diederik dan Edward wajahnya menunjukkan kemarahan.
"Lihat ini!" seru Sarinah, menoleh ke arah Van Der Meer. "Ini adalah bukti kejahatanmu! Kamu tidak punya hati!"
Van Der Meer mencoba mengalihkan pandangan, tapi detik berikutnya Karso muncul bersama Edwin. Karso menatapnya dengan mata yang penuh dendam. "Kamu akan membayar untuk semua yang kamu lakukan," katanya dengan suara yang dingin.
Van Der Meer terbelalak, matanya terbuka lebar dengan campuran antara keterkejutan dan ketakutan. "K-Karso...?!" dia terhuyung ke belakang, seolah tidak percaya apa yang dilihatnya.
Karso tak berhenti menatap Van Der Meer dengan mata yang dingin dan penuh dendam. "Ya, saya masih hidup, Tuan Van Der Meer. Dan saya akan memastikan Anda membayar untuk apa yang Anda lakukan pada saya dan banyak orang lainnya." Karso juga memperlihatkan bekas cambukan di tubuhnya yang pernah ia alami saat di tahan di gudang.
Terlihat Juono memasuki ruangan dengan langkah perlahan sambil menundukkan kepala. Ketika dia mengangkat kepala, dia melihat Van Der Meer dan langsung menatapnya dengan mata yang penuh kebencian.
"Anda... Anda yang menyuruh saya untuk membunuh Karso," kata Juono dengan suara yang bergetar. "Anda tidak manusiawi!"
"Bagaimana bisa kamu ! Berani-beraninya berkhianat padaku?!" Van Der Meer membentak, wajahnya merah karena marah. "Aku hanya memberimu pekerjaan, Juono. Jangan lupa siapa yang memberimu makan!" Suaranya meninggi, menunjukkan kemarahan yang tak terkendali.
Van der Meer kaget dan merasa dikhianati oleh Juono, orang yang dia percaya sebagai tangan kanannya. "Kamu berani membalas dendam seperti ini?!" teriaknya, amarah dan kecewa bercampur dalam suaranya.
"Aku hanya membalas perbuatanmu, Tuan Van der Meer! Kamu pikir aku tidak tahu apa yang kamu lakukan selama ini? Kamu hanya menggunakan aku untuk kepentingan kamu sendiri!" Suara Juono penuh dengan kemarahan dan kebencian.
Diederik mengangguk, mencatat beberapa hal di buku catatannya. "Juono, silakan ceritakan apa yang terjadi."
Juono mulai mengambil suara. Menceritakan bagaimana ia disuruh untuk membunuh Karso namun tidak ia lakukan.
"Bukan hanya itu, Juono juga disuruh untuk mencelakai nyai Galuh." Edward menambahkan.
Diederik mengangguk lalu mencatat lagi.
Van Der Meer terasa tak bisa berkutik. Banyak bukti yang sudah memberatkan dirinya padahal ia sudah menghilangkan sebagian bukti.
Rasa panik mulai menghantui Van Der Meer. Dia tidak menyangka Juono mengetahui banyak hal. "Bagaimana kamu...?" dia terhenti, tidak bisa menyelesaikan kalimatnya. Keringat dingin mulai mengalir di punggungnya.
Van Der Meer menatap Nyai Galuh lalu mengacungkan jari telunjuknya. "Dasar perempuan berhati racun! Kamu yang ada di balik semua ini, kan? Tapi kamu tidak akan bisa menikmati kemenanganmu ini!" Van Der Meer mengumpat dengan nada penuh kebencian.
Nyai Galuh tersenyum tenang, mata hitamnya memancarkan ketegasan. "Kamu tidak punya hak untuk menghakimi aku, Van Der Meer. Semua yang kamu lakukan akan berbalik pada kamu sendiri," katanya dengan suara yang dingin dan penuh makna.
Dengan tangan diborgol, Van Der Meer digiring keluar, wajahnya merah padam karena marah dan malu. Nyai Galuh dan semua orang menyaksikan dengan rasa puas, keadilan akhirnya akan ditegakkan. "Akhirnya, kebenaran akan terungkap," kata Nyai Galuh dengan senyum kemenangan.
"Ini belum berakhir." ujar Van Der Meer saat melewati nyai Galuh.