Kiara merupakan seorang gadis yang masih berusia 18 tahun, saat ini dia baru dinyatakan lulus SMA, Akan tetapi takdir malah membuat dia terjebak dalam ikatan pernikahan dengan pria asing bernama Arya. akankah pernikahan yang dijalaninya berakhir bahagia? ataukah akan sebaliknya ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rosnila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencoba tetap tenang
"Bik, tolong tinggalkan Kiara sendiri!" ucap Kiara tiba-tiba.
Sebenarnya Bik Marni sedikit ragu, namun dia juga tidak Bernai menolak. melihat ekspresi Kiara saat itu.
Bik Marni menutup pintu kamar Kiara, meskipun dia tidak tau apa yang telah terjadi. Namun ada ek khawatir dihatinya.
Bik Marni ingin menghubungi Bu Amanda dan Sari, namun dia takut kalau di anggap lancang nanti nya oleh Arya.
Mungkin sudah saatnya Kiara dan Arya menyelesaikan Maslah keluarga mereka tanpa campur tangan orang lain, pikir Bik Marni saat itu.
Kiara yang tinggal sendirian dikamar itupun menarik kedua kakinya. duduk sambil memeluk kedua lututnya. Menyandarkan dagunya dan menangis sekuat tenaga.
Namun tangisnya kali ini tak lagi terdengar suaranya. Hanya air mata yang membasahi pipinya. Begitu sakit dia rasakan.
"Kenapa setelah aku menyerahkan seluruh hidupku ya tuhan!" ucapnya didalam hati.
Disaat dia rasanya tak lagi mampu untuk kehilangan Arya, namun Masalah besar ini terjadi.
Tidak pernah terpikir olehnya, kalau Arya akan mengkhianati pernikahan mereka sejauh ini, bahkan disaat semuanya terlihat sudah baik-baik saja.
Sedangkan ditempat lain, tepatnya dihotel dimana Felicia menginap, Arya sudah sampai disana dengan dipenuhi amarah.
Menggedor pintu kamar itu Dnegan kuat.
"Buka pintunya Felicia!" ucap Arya dengan suara tinggi.
Felicia yang memang sudah menduga kalau Arya akan datang, berjalan dengan santai ke arah pintu dan membuka pintu kamar hotel dengan lebar.
"Selamat datang Arya!" ucapnya Dnegan senyum.
Namun Arya tak menjawab, bergegas masuk kedalam kamar itu. Dan setelah menutup rapat pintunya, Felicia berjalan mengikuti Arya .
"Apa yang membuatmu begitu marah datang kesini Arya?" tanya Felicia sambil melihat kedua tangannya didada.
"Kamu tidak perlu basa-basi Felicia, apa yang telah kamu lakukan pada Kiara?"
" Pertanyaan apa ini Arya? " jawabnya sambil terkekeh.
" Ini bukan lelucon! " jawab Arya masih dengan amarahnya.
" Apa sekarang ini, begitu berharganya perempuan itu, sampai kamu meninggikan suara kamu dihadapan aku Arya?" tanya Felicia dengan tatapan tajam.
" Seharusnya, sejak kamu pergi meninggalkan aku dihari pernikahan kita, seharusnya aku sadar kalau kita sudah tidak punya hubungan apapun." jawab Arya .
" Tapi kamu harus akui Arya, kalau kamu belum bisa melupakan aku begitu saja "
" Itu karena kau telah masuk dalam tipu daya kamu." jawab Arya.
" Tipu daya kamu bilang, apa kamu lupa kalau kamu sendiri yang ingin ikut bersama ku waktu itu."
" Dan sekarang kamu ingin lari dari tanggung jawab Arya?" ucap Felicia dengan suara tinggi.
" Ini semua kesalahan Felicia, aku telah memiliki istri "
" Kesalahan kamu bilang, lalu ini apa?" Felicia menunjuk ke arah perutnya.
"Aku seorang hamil Arya, hamil anak kamu."
" Aku tidak yakin, karena aku merasa tidak melakukan apapun."
" Bisa saja itu adalah anak selingkuhan kamu." jawab Arya sambil berjalan mendekati Felicia.
"Apa kamu berpikir serendah itu?"
"Tentu saja, karena kamu memang perempuan rendahan."
Dan sebuah tamparan pun mendarat di pipi kari Arya. Dan tentu saja membuat Arya semakin marah .
"Kamu jangan harap aku kan menikahi kamu Felicia."
" Lalu, apa kamu pikir aku akan diam saja?"
" Mungkin hari ini hanya sebuah tamparan dari tanganku, akan tetapi aku akan membuat hidup kamu dan juga perempuan itu hancur."
" Kamu jangan coba-coba!"
" Aku tidak perlu mencoba, karena aku sudah memulai nya."
" Dan aku pastikan, kamu akan bertanggung jawab dengan anak ini!"
"Dan aku mau kamu menikahi aku dalam waktu dekat ini! "
" Jangan mimpi kamu Felicia. "
" Oke , terserah kamu, tapi kamu jangan menyesal Arya."Teriak Felicia.
Begitu Arya pergi meninggalkan dirinya dikamar hotel. Arya seakan tak perduli, dia bergegas menuju parkiran dan melajukan mobilnya pulang kerumah.
Dia sudah siap dengan konsekuensi apapun, namun saat itu dia berjanji pada dirinya, kalau tidak akan meninggalkan Kiara.
Dan Felicia yang begitu murka dengan sikap Arya pun berniat menjumpai Bu Amanda. Dia harus mendapatkan Arya kembali dengan cara apapun.
Mobil Arya, terparkir sempurna di parkiran rumah nya. Dia berjalan masuk keruang Megah itu dengan perasaan campur aduk.
Suasana sepi sore itu, Bik Marni juga tidak terlihat. Arya mempercepat langkahnya menuju kamar mereka.
Memutar gagang pintu yang tak terkunci, dia juga tidak melihat Kiara, Arya panik. Apakah istrinya telah pergi lagi dari rumah.
Namun sayup-sayup terdengar suara gemericik air dikamar mandi. Arya merasa lega, berarti Kiara masih berada dirumahnya.
Namun saat itu tiba-tiba handphone berdering. Tertera kontak dengan tulisan Mama. Arya langsung menjawab telpon Bu Amanda itu.
"Halo Ma!" ucap Arya.
"Arya, Mama dan Mbak mu akan kerumah!" ucap Bu Amanda.
" Ma, tapi kenapa tidak besok saja?" tanya Arya.
Dia tak ingin Mamanya datang dalam kondisi seperti ini.
"Kami sudah hampir sampai." jawab Bu Amanda.
Arya semakin gundah, apalagi dari nada suara Mamanya seperti tidak baik-baik saja.
Arya keluar dari kamar dan mencari Bik Marni di dapur.
"Bik, tolong siapkan makan malam ya!" ucap Arya begitu melihat si Bibi di dapur.
"Iya tuan, ini saya sedang siapkan." Jawab Bik Marni.
" Terimakasih Bik, Mama sedang dijalan menuju kerumah ini." tambah Arya.
" Baik tuan."
Bik Marni tau pasti ada sesuatu, karena tidak mungkin nyonya besar datang tiba-tiba, setelah kejadian tati siang.
Namun dia melanjutkan memasak, walaupun dia khawatir dengan nyonya muda nya. Namun Bik Marni didalam hati berharap semua akan baik-baik saja.
Arya kembali ke kamar untuk mandi, dan kebetulan Kiara sudah berganti pakaian. Namun lidah Arya terasa kaku saat ini bicara.
"Mas baru pulang?" tanya Kiara seakan tak terjadi apapun.
Namun mata perempuan dihadapannya itu tak dapat membohongi dirinya, kalau hatinya pasti begitu terluka, mata Kiara sembab. bahkan dia sampai jatuh pingsan.
Arya tak menjawab, dia semakin merasa bersalah dengan sikap Kiara yang tidak marah terhadap dirinya.
"Ya sudah Mas mandi aja dulu, Kiara mau melihat Bibi, apa sudah selesai masak." ucap Kiara dan berlalu dari kamar.
Arya hanya menatap punggung kiara yang menghilang dibalik pintu. Apa yang harus dia lakukan? Dia bingung, namun Arya merasa lega dengan berpikir kalau kedatangan mama nya tidak akan menimbulkan Masalah apapun.
Kiara yang baru saja keluar kamar dan menuju ruang tamu, langsung dikejutkan dengan kedatangan mertua dan kakak ipar nya.
Kiara sedikit gugup, pasti matanya yang sembab itu, akan menjadikan sebuah pertanyaan untuk mereka.
Kiara berjalan mendekat, dna mencium punggung tangan mertuanya. Dan memeluk nya saya itu, namun tiba-tiba mertuanya memeluk Kiara begitu erat.
Perasaan Kiara semakin tak karuan, namun tetap berusaha bersikap biasa saja. Melepaskan pelukan mertuanya dan memeluk kakak ipar nya itu
"Dimana Arya?" tanya Sari.
"Sedang mandi Mbak, apa perlu kita panggilkan?" tanya Kiara basa-basi.
" Tidak usah Kiara, nanti dia juga keluarkan? " jawab Sari.
Kiara hanya mengangguk, perasaan nya mulai tak tenang, melihat raut wajah mertuanya. Apa sebenarnya yang membawa mereka malam-malam kerumah dirinya?