NovelToon NovelToon
Sistem Mafia: Misi Menjadi Orang Baik

Sistem Mafia: Misi Menjadi Orang Baik

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Sistem
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: dina Auliya

Bima Satriya mati konyol, tapi terbangun di tubuh Dante Romano, bos mafia paling kejam di Sisilia. Saat semua orang menunggu perintah pembantaian darinya, sebuah suara asing bergema:
“Misi pertamamu: Jadilah orang baik, atau mati selamanya.”
Bisakah jiwa polos Bima mengubah dunia penuh darah menjadi jalan penebusan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dina Auliya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rekaman Palsu

Bima menatap meja kayu panjang di ruang tunggu. Tangannya gemetar, padahal tubuh Dante biasanya tegap dan dingin. Napasnya tak teratur. Sistem di kepalanya masih berkilau, tulisan transparan muncul bagai hologram:

> [Misi Darurat: Selamatkan reputasi dari rekaman Vittorio.]

Opsi:

Bongkar rekaman palsu dengan bukti teknis.

Alihkan narasi menjadi propaganda lawan politik.

Konfrontasi langsung dengan Vittorio.

[Risiko: Jika gagal \= Reputasi hancur total. Hukuman sistem: -50 Karisma, Skill Orasi Lv.2 diturunkan.]

Bima mendengus. “Anjrit, kayak main game survival aja.”

Geovani duduk dengan tenang, menyilangkan kaki. Matanya menatap lurus, tajam, tapi penuh kendali.

“Boss, kau harus sadar. Vittorio bukan sekadar warga biasa. Dia punya jaringan. Kalau dia bawa rekaman, pasti sudah diverifikasi. Mereka bisa bilang itu asli.”

“Padahal bukan aku…” gumam Bima lirih.

Alex yang duduk gelisah langsung menggebrak meja. “Kenapa kita nggak langsung sikat aja dia di luar? Sekali seruduk, Vittorio nggak bakal bisa buka mulut lagi!”

Geovani mengangkat alis. “Dan apa yang terjadi? Berita utama besok pagi: ‘Dante Romano memerintahkan anak buahnya menyerang saksi di pengadilan.’ Kita bunuh reputasi kita sendiri.”

Alex mendengus kasar. “Tapi—”

“Diam,” potong Bima pelan, tapi tegas. “Kalau aku mau selesaikan semua masalah dengan kekerasan, aku nggak bakal duduk di kursi sidang ini. Aku udah mati sejak awal.”

Hening. Hanya suara langkah-langkah sipir yang sesekali terdengar di luar pintu.

Bima menatap kosong ke arah jendela kecil yang menembus cahaya matahari kota Roma. Dalam hati ia berbicara ke sistem.

“Kalau ini ujian, kasih aku jalannya. Aku bukan Dante asli. Aku cuma orang yang terjebak di tubuh ini. Tolong jangan buat aku jatuh di sini…”

Sistem merespons dengan suara datar:

> [Quest Cabang Tersedia: Temukan inkonsistensi dalam rekaman.]

Petunjuk: Perhatikan detail suara latar, aksen, dan waktu peristiwa.

Hadiah: +1 Skill Investigasi Lv.1.

Bima menelan ludah. “Detail suara? Aku harus jadi detektif sekarang?”

Geovani menatapnya curiga. “Apa yang kau pikirkan, Boss?”

Bima menoleh. “Rekaman itu… mungkin bisa dipatahkan kalau kita temukan sesuatu yang aneh. Kau kenal teknisi atau orang yang bisa menganalisis cepat?”

Geovani mengangguk pelan. “Ada satu, tapi dia di luar gedung. Aku bisa minta Fabrizio mengulur waktu agar rekaman tidak langsung divalidasi.”

Bima menatapnya penuh harap. “Lakukan. Kita harus cari celah.”

---

Beberapa menit kemudian, Fabrizio keluar dari ruang sidang dengan wajah berkeringat. Ia gemetar sambil melepas kacamatanya.

“Yang Mulia memberi waktu 30 menit. Tidak lebih. Kalau bukti itu diverifikasi, kita tamat.”

Bima menggenggam lengan Fabrizio. “Tenang. Ulur waktu. Katakan apa saja: prosedur, hak saksi, bahkan alasan teknis. Bikin mereka percaya kita butuh verifikasi independen.”

Fabrizio mengangguk, meski wajahnya pucat. “Aku akan coba.”

Saat Fabrizio pergi, layar sistem muncul lagi.

> [Timer: 00:25:59]

[Misi: Temukan cacat rekaman sebelum waktu habis.]

Opsi bantuan:

Analisis otomatis (butuh 50 Energi).

Manual: Perhatikan clue manusia.

Energi Bima saat ini: 37/100.

“Sial,” bisiknya. “Nggak cukup buat analisis otomatis.”

Alex mengerutkan dahi. “Boss ngomong apa sendiri?”

Bima buru-buru berdalih. “Nggak, nggak. Gue lagi mikirin strategi.”

Geovani, yang sedari tadi tenang, menepuk bahunya. “Dengar. Vittorio itu licik. Kalau dia muncul sekarang, artinya dia sudah menyiapkan rencana cadangan. Kita harus siap hadapi skenario terburuk: rekaman itu lolos.”

“Kalau lolos, aku resmi jadi monster kota,” gumam Bima.

---

Rehat sidang belum selesai, tapi lorong pengadilan dipenuhi polisi dan wartawan. Alex yang kesal tak bisa menahan diri begitu melihat Vittorio berjalan angkuh ditemani dua pengawal pribadi.

“Bajingan itu—!” Alex melangkah cepat, siap menghantam.

Namun Bima menahan dengan satu gerakan tangan. “Jangan. Jangan kasih dia alasan buat main korban.”

Vittorio menyeringai begitu melihat Dante. “Ah, sang pahlawan baru kota Roma. Bagaimana rasanya duduk di kursi panas?”

Bima menatapnya dingin. “Aku lebih suka duduk di kursi panas daripada berdiri sebagai pembohong.”

Vittorio terkekeh. “Pembohong? Rekaman itu asli. Suaramu jelas, Dante. Atau kau mau bilang ada kembaranmu yang suka memerintah eksekusi?”

Geovani menyela dengan tenang. “Kami akan lihat di ruang sidang. Sampai saat itu, simpan dramamu untuk wartawan.”

Vittorio mendekat, berbisik ke telinga Dante. “Tidak peduli betapa kau mencoba jadi baik, masa lalu akan selalu menelan mu. Kota ini tidak butuh penebusan. Kota ini butuh darah.”

Bima menatap lurus. “Kalau kota ini butuh darah, kenapa kau masih hidup?”

Vittorio terdiam sepersekian detik, lalu tersenyum sinis dan pergi.

Alex menggeram. “Boss, sekali lagi aku bilang, biar aku habisi dia sekarang juga—”

“Tidak!” potong Bima tajam. “Kalau kita lakukan itu, dia menang.”

---

30 menit berlalu. Sidang dimulai kembali. Ruangan penuh ketegangan. Wartawan sudah siap dengan pena dan kamera.

Hakim mengetuk palu. “Kita lanjutkan. Bukti dari Vittorio akan diputar.”

Operator menancapkan flashdisk. Layar besar di ruang sidang menyala.

Suara berat terdengar, jelas milik Dante lama:

“Singkirkan keluarga Bianchi. Jangan sisakan satu pun. Malam ini juga.”

Ruangan heboh. Giulio langsung menunduk ketakutan, wartawan menulis cepat, jaksa tersenyum puas.

Bima merasa perutnya mual. Itu memang suara Dante, tapi bukan dirinya. Sistem berkedip:

> [Clue Terdeteksi: Suara lonceng gereja di latar belakang.]

Catatan: Gereja San Marco baru dipugar tiga tahun lalu. Loncengnya tidak berfungsi kala itu.

Bima mengerjap. “Itu dia…”

Hakim menoleh. “Romano, apa tanggapanmu?”

Geovani berdiri lebih dulu. “Yang Mulia, kami keberatan. Rekaman ini tidak bisa langsung dianggap sah tanpa analisis forensik independen. Bahkan dari pendengaran awam pun, terdapat inkonsistensi.”

Jaksa mendengus. “Inkonsistensi? Suaranya jelas Romano!”

Geovani menoleh ke hakim. “Mohon izinkan klien saya menjelaskan.”

Hakim mengangguk.

Bima berdiri. Jantungnya berdegup kencang. “Yang Mulia, saya tidak menyangkal itu suara saya. Tapi dengarkan baik-baik. Ada suara lonceng gereja di latar belakang. Gereja San Marco.”

Ruangan hening.

“Masalahnya,” lanjut Bima dengan suara mantap, “tiga tahun lalu, lonceng itu rusak. Tidak ada bunyi sama sekali hingga dua tahun lalu, saat dipugar. Bagaimana mungkin rekaman ini terjadi tiga tahun lalu jika loncengnya belum berfungsi?”

Bisik-bisik terdengar. Beberapa wartawan langsung membuka catatan sejarah kota.

Hakim mengernyit. “Apakah ada yang bisa mengonfirmasi pernyataan ini?”

Seorang saksi dari publik—seorang pastor tua—berdiri. “Yang Mulia, benar. Saya yang memimpin pemugaran gereja. Lonceng tidak pernah berbunyi sebelum renovasi selesai, dua tahun lalu.”

Ruangan langsung gaduh.

Geovani menambahkan, “Dengan demikian, rekaman ini jelas manipulasi. Bisa jadi suara lama Dante ditempelkan di latar suara baru untuk menjebak.”

Jaksa terkejut, kehilangan kata-kata. Vittorio bangkit dengan wajah merah padam. “Itu bohong! Itu tetap suara Dante!”

Hakim mengetuk palu keras. “Cukup! Rekaman ini tidak bisa dianggap valid. Akan dilakukan investigasi lebih lanjut.”

Sorak kecil terdengar dari kursi publik. Wartawan menulis: “Romano berhasil bantah bukti rekaman.”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!