NovelToon NovelToon
Petaka Jelangkung

Petaka Jelangkung

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Mata Batin / TKP / Hantu / Tumbal
Popularitas:849
Nilai: 5
Nama Author: lirien

Sekelompok remaja yang agak usil memutuskan untuk “menguji nyali” dengan memainkan jelangkung. Mereka memilih tempat yang, kalau kata orang-orang, sudah terkenal angker, hutan sunyi yang jarang tersentuh manusia. Tak disangka, permainan itu jadi awal dari serangkaian kejadian yang bikin bulu kuduk merinding.

Kevin, yang terkenal suka ngeyel, ingin membuktikan kalau hantu itu cuma mitos. Saat jelangkung dimainkan, memang tidak terlihat ada yang aneh. Tapi mereka tak tahu… di balik sunyi malam, sebuah gerbang tak kasatmata sudah terbuka lebar. Makhluk-makhluk dari sisi lain mulai mengintai, mengikuti langkah siapa pun yang tanpa sadar memanggilnya.

Di antara mereka ada Ratna, gadis pendiam yang sering jadi bahan ejekan geng Kevin. Dialah yang pertama menyadari ada hal ganjil setelah permainan itu. Meski awalnya memilih tidak ambil pusing, langkah Kinan justru membawanya pada rahasia yang lebih kelam di tengah hutan itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lirien, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jimat

Dua hari kemudian

“Ini beneran jalannya ke sini?” tanya Kevin, matanya tak lepas dari rute yang mereka tempuh dengan mobil Jeep tua.

“Iya lah. Emang lu kira kita mau masuk perumahan elit?” sahut Luki santai sambil tetap memegang kemudi.

Kevin tidak menanggapi. Ia memilih fokus pada jalanan berbatu yang membentang di depan mata. Jalan itu tak beraspal, diapit oleh rimbunan bambu di kanan-kirinya. Batang-batang tinggi dengan dedaunan panjang yang saling bertautan membuat cahaya matahari nyaris tak menembus, meninggalkan suasana lembap dan gelap.

Bukan tanpa alasan Kevin datang ke pelosok seperti itu. Ia masih memegang janjinya pada Kila dan teman-temannya: mencarikan seorang “orang pintar” untuk perlindungan diri. Teror makin lama makin nyata. Setelah Agam dan Kila diganggu, kini giliran Bobi.

Selama ini Kevin boleh dibilang yang paling aman. Hanya di awal kepulangannya dari kemah ia sempat merasakan sedikit gangguan. Tapi setelah melihat apa yang menimpa Bobi, kekhawatiran kembali menyelimuti hatinya. Ia takut sebentar lagi gilirannya tiba. Seperti ronde permainan yang tak berkesudahan.

“Lu belum cerita, kenapa sih pengen nemuin orang pinter?” tanya Luki lagi, kali ini lebih menekan.

Kevin enggan menoleh. Ada gengsi di dadanya untuk mengakui bahwa ia diteror oleh sosok gaib. Tapi begitu pandangannya tanpa sengaja beralih ke arah Luki, tubuhnya langsung kaku.

Punggung Kevin spontan menubruk pintu mobil.

Luki menoleh perlahan, gerakannya aneh, lalu menyeringai. Wajahnya tampak pucat pasi, kelopak matanya menghitam pekat seakan menjorok ke dalam rongga.

Dada Kevin terasa sesak. Seperti napasnya tertahan di kerongkongan.

“Kenapa? Kenapa? Kenapa...?” gumam Luki berulang-ulang, dengan suara parau yang menyeramkan. Kevin tak mampu bergerak. Tubuhnya membeku.

"Kev! Lu kenapa, Njir?" sentak Luki, membuat Kevin seketika terperanjat.

Kevin mengerjap-ngerjap, keningnya berkerut dengan wajah gugup. "Apa barusan gue halu?" gumamnya pelan.

"Lu aneh banget, kayak lagi liat setan."

"Ya, karena gue emang sering liat setan, Ki. Makanya gue butuh orang pintar," celetuk Kevin akhirnya.

Beberapa hari terakhir, Kevin memang sibuk mencari dukun-dukun terkenal lewat internet. Tanpa sengaja, saat nongkrong, ia dipergoki Luki sedang menggulir laman horor. Dengan enteng, Luki berkomentar bahwa kebanyakan dukun yang beriklan di koran atau situs hanyalah penipu. Mereka hanya mengincar uang, sementara soal ampuh atau tidaknya lebih sering tipu daya belaka.

"Gue tau orang pintar yang bisa dipercaya. Kalau lu mau, gue anterin. Cuman... lu nyari dukun buat apaan? Buat melet cewek?"

Begitulah reaksi Luki malam itu saat ia, Kevin, dan teman-teman satu tongkrongan berkumpul. Karena ucapannya terdengar meyakinkan, Kevin akhirnya meminta segera diantar.

"Lu ngelakuin hal aneh, ya?" tebak Luki sambil tetap fokus berkendara. Matanya lurus menatap jalanan yang dipenuhi lubang.

"Gue gak tau jelasnya kenapa. Waktu kemah sekolah, gue sama yang lain main jelangkung di hutan. Tapi sejak itu gak terjadi apa-apa. Cuma pas balik ke rumah... keanehannya mulai kerasa."

"Acara kemah lu kan udah lama. Jadi, selama itu kalian diteror?"

"Ya... bisa dibilang begitu." Kevin tidak berani menambahkan bahwa Vani—salah satu temannya yang ikut bermain jelangkung—kini sudah tewas dengan cara misterius. Justru itulah yang membuat Kevin ngeri. Ia takut ajal menjemputnya sewaktu-waktu.

"Kuat juga lu. Setan kok digangguin setan," seloroh Luki sambil terkekeh.

"Sialan lu," balas Kevin kesal. Obrolan pun terhenti ketika Luki berkata mereka hampir sampai.

Rumah Mbah Parto berada di tengah hutan, tepat di kaki Gunung Merbabu. Sosok kuncen sekaligus pengilmu kebatinan itu sudah lama dipercaya mampu memberi penangkal bagi siapa pun yang membutuhkan. Luki tahu alamat Mbah Parto dari kenalan orang tuanya. Dulu, adik perempuannya pernah terkena guna-guna dahsyat dari seseorang yang cintanya ditolak. Setelah dibawa berobat ke Mbah Parto, adiknya sembuh total.

Di jalanan yang menanjak, mobil yang dikendarai Luki nyaris tergelincir karena bebatuan cadas. Beruntung, keseimbangan kendaraan bisa ditangani dengan cekatan.

Tak lama kemudian, mereka tiba di sebuah halaman luas. Sebuah gubuk kecil memanjang berdiri di antara pepohonan. Lantainya dari tanah liat, sederhana tapi terasa hangat dan nyaman. Di sudut belakang, tersusun gundukan ranting dan kayu bakar yang sekaligus menjadi dapur.

"Kula nuwun...." sapa Luki di depan pintu yang kebetulan terbuka.

"Nggih..." jawab suara serak dari dalam. Sosok Mbah Parto muncul, menyambut tamunya. Pria tua itu masih mengingat wajah Luki yang pernah mengantar sang adik bersama orang tuanya ke sini.

"Mari masuk."

Kevin dan Luki melangkah masuk bersamaan, duduk di atas tikar pandan yang telah disediakan. Suasana di dalam begitu sejuk, kontras dengan teriknya musim kemarau di luar.

Kevin mulai menceritakan pengalaman diganggu makhluk halus, termasuk pengalaman teman-temannya yang kini membutuhkan perlindungan.

"Kenapa mereka tidak ikut?" tanya Mbah Parto.

"Ada yang sedang dirawat di rumah sakit, Ki," jawab Kevin.

Mbah Parto kemudian membaca jampi-jampi penerawangan. Matanya menutup sejenak, tubuhnya seperti bergelut dengan sesuatu yang menghalangi prosesnya. Beberapa saat kemudian, pria tua itu tersentak dan menatap Kevin dengan tajam.

"Ada sebuah kematian?"

Pertanyaan itu membuat Luki terkejut. Kevin hanya mengangguk, membenarkan bahwa salah satu temannya memang telah meninggal. Luki merinding. Kasus Kevin ternyata jauh lebih serius dari yang dibayangkannya.

"Ada yang membuntuti kalian. Bayangan hitam berhawa panas. Mbah akan memberikan jimat perlindungan. Jimat ini cukup untuk menghalau energi hitam itu, tapi kalian harus mengikuti syarat selama tiga malam."

Mbah Parto meraih gelang yang terbuat dari untaian benang hitam, dengan bandul kecil berisi batu di dalamnya. Ia menyerahkan empat buah gelang kepada Kevin.

"Selama tiga malam pertama, kalian harus mandi tepat pukul 12 malam. Jangan lupa, pakai jimat ini sejak mandi pertama dan seterusnya jangan dilepas," jelas Mbah Parto.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!