Kehidupan seorang gadis cantik bernama Calista Angela berubah setelah kepergian Ibunya dia tahun yang lalu karena sebuah kecelakaan.
Ayahnya menikah dengan Ibu dari sahabatnya, dan semenjak itu, Calista selalu hidup menderita dan sang Ayah tidak lagi menyayanginya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Encha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33. Gisel.
Calista membola saat melihat sebuah bangunan tinggi, mewah bahkan di jaga ketat oleh banyaknya orang berseragam hitam.
Leon berjalan menghampiri dan menggenggam tangan mungil gadis kecilnya.
"Ayo.." Ajaknya membuat Calista kaget, namun tersenyum dan berjalan berdampingan.
Calista menatap genggaman tangan mereka, Leon menggenggam erat namun juga lembut- Dan Calista nyaman.
Beberapa pasang mata menatap ke arah mereka, lebih tepatnya mereka kaget dengan kedatangan Bos mereka pagi ini yang membawa seorang gadis kecil.
"Selamat pagi Tuan." Sapa beberapa karyawan yang berpapasan.
Leon tetap diam, dia terus melangkah hingga berada didepan lift khusus.
Dia melirik gadisnya yang masih tampak diam menatap ruangan sekitar. Lucu- menggemaskan.
Ting,,
Pintu Lift terbuka, Leon dan Calista masuk.
"Selamat pagi Tuan."
"Pagi."
"Maaf Tuan, Tuan Leon datang bersama-
"Little girls." Ucap Zidan singkat dan kembali melangkah.
Leon dan Zidan, dua laki-laki yang tidak berbeda jauh. Mereka hanya akan bicara hal penting dan seperlunya. Mereka bahkan tidak pernah peduli dengan keadaan sekitar. Namun- mereka akan menjadi singa yang sangat kelaparan saat ketenangannya di ganggu.
Di dalam Lift baik Leon ataupun Calista hanya diam. Genggaman tangan mereka tetap menyatu, tanpa Leon lepaskan.
"Ayo." Ajak Leon saat pintu terbuka dan terpampang jelas sebuah ruangan besar bertuliskan Ruang CEO
Lagi- Calista dibuat kagum dengan isi dalam dan interior ruangan. Jendela kaca besar yang langsung menampilkan keadaan luar ruangan. Pemandangan kota, kendaraan lalu lalang.
Calista melepaskan genggamannya dan berlari ke arah jendela.
"Wah,, ini menakjubkan."
Leon hanya menggeleng dan duduk di kursi kebesarannya, membiarkan gadis kecilnya bermain sesukanya.
"Permisi Tuan." Zidan masuk dengan membawa tablet dan berdiri di hadapan Leon serta membacakan agenda .
"Dan soal-
Zidan mengangguk saat tau jika tidak mungkin dia membicarakan soal ini di saat ada keberadaan Calista.
"Kita keruang meeting." Ajak Leon dan Zidan mengangguk.
"Aku ke luar sebentar, kamu jangan keluar sendiri."Ucap Leon mengacak rambut Calista yang hanya di balas anggukan.
"Good girls."
Calista tersenyum dan kembali menatap jendela kaca, benar-benar seperti anak kecil yang baru saja dibelikan mainan baru. Calista begitu ceria.
Di ruang meeting,
Leon bersama Zidan masih terdiam namun tidak lama sebuah Vidio tentang salah satu anggota Staff yang sudah bermain-main dengannya terlihat.
Leon tersenyum saat anak buahnya langsung melakukan perintahnya.
"Dan berita pagi ini muncul. Semua seakan dia mati karena kecelakaan." Ucap Zidan membuat Leon tersenyum.
"Ini akibatnya sudah berani bermain dengan saya."
Zidan menelan ludahnya, bagaimana Leon yang seperti Psikopat.
"Untuk pertemuan hari ini, Cancel semua. Aku tidak mau meninggalkan Calista sendiri. Dia tampak- terlalu bahagia dan senang saat berada di sini."
"Baik Tuan."
Leon mengangguk dan berjalan keluar. Zidan membereskan Laptopnya namun suara pintu kembali terbuka.
"Pagi Zidan.."
Gisel masuk dengan senyuman khasnya.
"Gisel Lo kapan pulang."
"Semalam,, dimana Leon biasanya kalian bersama."
"Kau kayak tidak tau dia saja."
Gisel terkekeh dan duduk di samping Zidan.
Leon, Zidan dan juga Gisel merupakan teman satu kampus. mereka dekat dan selalu pergi bersama. Bahkan- Gisel merupakan perempuan satu-satunya yang dekat dengan mereka.
Bahkan saat masih kuliah, Gisel di gosipkan dekat dan menjadi perempuan satu-satunya yang bisa meluluhkan seorang Leon.
"Jadi- Ucap Gisel menatap sahabatnya.
"Kapan kita bisa hangout bareng, gue benar-benar kangen sama kalian- terutama Leon." ucap Lirih Gisel malu.
Zidan terkekeh dan mengangkat bahunya.
"Dalam beberapa hari ini Leon sangat sibuk."
"Kapan seorang Leon tidak sibuk, bahkan dia saja jarang tidur. Dimana dia- gue kangen." Ucap Gisel beranjak bangun.
"Gisel tunggu.-
Namun terlambat karena Gisel udah keluar membuat Zidan segera beranjak menyusul.
Leon kembali kedalam ruangan. Calista sudah duduk di sofa dan membuka buku. Leon berjalan mendekat dan duduk di sampingnya.
"Kamu sudah selesai"
Leon mengangguk dan menatap buku yang gadisnya baca.
"Oya aku pinjam buku tadi di rak, boleh kan?"
Leon mengangguk dan terus menatap gadisnya. Calista tampak serius membaca buku bisnis.
"Suka bisnis?"
Calista menoleh dan tersenyum "Dulu pernah belajar sama Papa."
Leon menatap wajah Calista yang berubah sendu.
"Aku bisa ajari kalau kamu mau?"
"Serius?"
"Apapun,, asal jangan terus merengek untuk bekerja."
"Leon- aku tidak merengek. Aku bukan anak kecil."
Leon terkekeh dan mengacak gemas rambut Calista. Dia bersandar namun matanya tidak lepas dari wajah cantik gadisnya.
Ceklek,,
"Leon.."
Gisel langsung masuk namun senyumannya hilang saat melihat seorang gadis bersama Leon. Siapa gadis itu.
"Gisel." Lirih Leon membuat Calista menoleh.
Gisel tersenyum dan kembali melangkah- menghampiri Leon dan akan memeluknya. Namun Leon menghindar membuat Gisel menautkan alisnya.
"Aku kangen banget sama kamu padahal."
Calista mengerjab, dia menatap perempuan di depannya. Begitu cantik dengan tubuh tinggi ramping, rambut panjang dan memakai pakaian yang begitu pas dengan tubuhnya.
"Gisel.."
Zidan masuk buru-buru dan berdiri di samping Gisel yang menoleh.
"Ada yang perlu gue tanya sama Lo."
"Zidan apa sih, gue lagi sama Leon." Kesal Gisel saat tangannya di tarik keluar.
Calista terdiam. Dia kembali duduk dan menatap bukunya. Namun- pikirannya melayang entah kemana. Gadis itu- mereka. Apa dia adalah kekasih Leon.
Leon yang memang begitu peka langsung duduk di samping Calista.
"Ada yang ingin kamu tanyakan?"
Calista menggeleng "Aku pasti ganggu kamu, lebih baik aku pulang."
Calista beranjak namun Leon menahan tangannya.
"Tetap di sini, temani aku."
"Tapi aku-
"Kalau ada yang mau kamu tanya, aku pasti bakal menjawabnya."
Calista terdiam. Dia menatap wajah Leon.
Tidak seharusnya dia bertanya siapa perempuan tadi, dan apa hubungannya dengan diam. Bahkan dia hanya seorang gadis yang Leon tampung.
"Tidak,, kamu sibuk lah. Aku tunggu di sini."
Leon tidak beranjak, namun dia tau jika gadisnya memikirkan sesuatu. Atau bahkan- Calista penasaran siapa perempuan tadi.
"Dia Gisel, teman aku saat kuliah dulu. Dia juga teman Zidan. Dulu kita berteman bersama. Namun- bulan lalu, Gisel pergi ke Jepang untuk pemotretan."
Calista terdiam dan tidak percaya Leon akan menjelaskan semuanya. Namun dia- tidak boleh percaya diri karena bisa saja itu hanya cerita Leon.
"Kamu tidak perlu menceritakannya."
Leon terkekeh "Lebih baik aku menceritakannya lebih dulu sebelum kamu berpikir negatif tentang dia." Ucap Leon beranjak bangun.
"Aku lanjut kerja."
Calista menatap Leon yang berjalan menuju kursinya. Dia percaya siapapun pasti akan menyukai dan terpesona dengan Leon. Laki-laki sukses dan tampan. semua yang ada dalam diri Leon, itu adalah tipe idaman semua perempuan.
itu kamu kalau dia mah ga cuma teman pasti ada rasa lah
kamu aja yg ga peka ,,hati" dia bisa bikin masalah kedepan nya
biasanya ceritnya seperti itu
#cumadinovelll
terkesan lebay