NovelToon NovelToon
Transmigrasi Sistem Si Pewaris Terkaya

Transmigrasi Sistem Si Pewaris Terkaya

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Sistem / Transmigrasi ke Dalam Novel / Fantasi Wanita
Popularitas:31.6k
Nilai: 5
Nama Author: Madya_

Lyra hanyalah gadis biasa yang hidup pas-pasan. Namun takdir berkata lain ketika ia tiba-tiba terbangun di dunia baru dengan sebuah sistem ajaib!

Sistem itu memberinya misi harian, hadiah luar biasa, hingga kesempatan untuk mengubah hidupnya 180 derajat. Dari seorang pegawai rendahan yang sering dibully, Lyra kini perlahan membangun kerajaan bisnisnya sendiri dan menjadi salah satu wanita paling berpengaruh di dunia!

Namun perjalanan Lyra tak semudah yang ia bayangkan. Ia harus menghadapi musuh-musuh lama yang meremehkannya, rival bisnis yang licik, dan pria kaya yang ingin mengendalikan hidupnya.

Mampukah Lyra menunjukkan bahwa status dan kekuatan bukanlah hadiah, tapi hasil kerja keras dan keberanian?

Update setiap 2 hari satu episode.

Ikuti perjalanan Lyra—dari gadis biasa, menjadi pewaris terkaya dan wanita yang ditakuti di dunia bisnis!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Madya_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

33. Kekuasaan Lyra

Malam turun perlahan di Villa Starlight. Dari jendela kaca besar, laut terlihat tenang dengan gelombang yang memantulkan cahaya bulan. Lampu gantung kristal di ruang rapat pribadi Lyra menyebarkan cahaya hangat, menciptakan suasana hening yang hanya diisi suara angin malam.

Lyra duduk di kursi panjang, tablet di tangannya menyala. Di hadapannya, deretan hologram aset berputar: villa, restoran, rumah sakit, mall, perusahaan teknologi, hingga saham di berbagai korporasi besar. Daftar itu seolah tidak ada habisnya, muncul dan berganti satu per satu dengan cahaya biru lembut.

Angka di layar tablet membuatnya berhenti sejenak:

Rp 11.520.363.000.000.

Ia menatap lama, tidak tersenyum, juga tidak terkejut. Hanya hening, dengan tatapan yang dalam.

Lyra tahu, angka ini bukan sekadar saldo. Itu adalah akumulasi keputusan beberapa cerdas, beberapa penuh risiko, sebagian bahkan lahir dari luka. Di baliknya ada kerja keras, negosiasi yang melelahkan, serangan musuh, dan malam-malam tanpa tidur.

Tangannya menyentuh permukaan layar, seakan ingin memastikan semua itu nyata. Bibirnya bergerak pelan, nyaris hanya terdengar oleh dirinya sendiri:

“Ini bukan hanya kekayaan… ini pondasi.”

Pondasi yang bisa membangun lebih banyak, melindungi lebih banyak, sekaligus membuat lebih banyak pihak iri dan ingin menjatuhkannya.

Lyra menarik napas pelan. Hatinya campur aduk: ada rasa puas, tapi juga waspada. Ia sadar, semakin tinggi ia berdiri, semakin besar pula bayangan yang menunggu untuk menariknya jatuh.

Untuk sesaat, ia membiarkan keheningan mengisi ruangan. Hologram aset terus berputar, memantulkan cahaya ke matanya.

...----------------...

Ruang rapat pribadi di Villa Starlight berkilau tenang. . Di atas meja panjang kaca hitam, hologram-hologram aset berputar, memantulkan cahaya biru lembut ke wajah tiga orang yang sedang berdiri di sana.

Serena berdiri tegak di sisi kiri, rambut hitamnya terikat rapi, wajahnya dingin tanpa ekspresi berlebihan. Tapi setiap kata yang keluar terdengar tajam, seperti pedang yang ditempa lama.

“Lady Azure, pemasukan mingguan dari Aurora Plaza naik dua belas persen. Namun sektor perhotelan…” ia melirik sekilas grafik berwarna merah yang melayang di udara, “…masih stagnan. Imperial Grand butuh program baru untuk menarik investor asing. Tanpa terobosan, kita hanya akan bertahan, bukan tumbuh.”

Lyra tidak langsung menjawab. Ia duduk bersandar, jari telunjuknya mengetuk perlahan permukaan meja. Satu… dua… tiga kali. Tatapannya lurus pada grafik itu, seolah menembus angka dan garis.

Roy maju selangkah, menyapu udara dengan tangannya. Seketika, grafik baru muncul, menampilkan pesawat-pesawat dengan jalur berwarna emas. Suaranya datar, kalkulatif.

“Proposal investasi. Delapan triliun untuk perluasan Astra Wings. Mereka ingin mengembangkan jalur internasional premium. Risiko dua belas persen. Namun jika berhasil, return jangka panjang bisa menggandakan nilai saham kita. Ini peluang besar, meski tidak tanpa ancaman.”

Senyap beberapa detik.

Lyra akhirnya membuka mulut. “Dan Innovatek Solutions?”

Roy tidak menunggu lama. “Proyek AI medis mereka siap diuji coba. Pasar Asia Tenggara masih terbuka lebar. Jika kita tambah lima triliun untuk riset, kemungkinan besar kita bisa dominasi penuh dalam tiga tahun.”

Serena langsung menyela, suaranya cepat namun tetap terkendali. “Tapi ekspansi Restoran Luminare harus ditunda. Margin kuliner terlalu kecil. Kompetisi tidak memberi ruang napas. Fokuskan dulu modal di sektor penerbangan dan medis di sana nilai waktu jauh lebih tinggi.”

Udara terasa berat. Hologram-hologram berganti dengan ritme cepat, menampilkan grafik naik-turun, simulasi pasar, prediksi return.

Lyra berhenti mengetuk meja. Ia duduk tegak, cahaya biru hologram memantul di matanya. Ada ketenangan yang aneh seperti samudra sebelum badai. Ketika ia tersenyum tipis, Serena dan Roy tanpa sadar menahan napas.

“Kalau begitu…” suaranya tenang, nyaris lembut. Tapi entah bagaimana, setiap kata menekan udara ruangan. “…kita lakukan keduanya.”

Serena menoleh cepat, terkejut sesaat, namun tak berani menyela.

Lyra melanjutkan, nada suaranya masih sama tenangnya, tapi dengan lapisan keyakinan yang membuat bulu kuduk berdiri.

“Innovatek dapat tambahan dana riset. Dan untuk Astra Wings… aku tidak hanya mau investasi. Aku mau kursi dewan eksekutif. Kalau mereka menolak—” ia berhenti sejenak, senyumnya melebar sedikit, “…kita tarik saham pelan-pelan sampai mereka jatuh dengan sendirinya.”

Keheningan meresap.

Hologram di udara tetap berputar, grafik naik turun seakan menari di sekeliling Lyra. Tapi justru auranya yang terasa paling nyata di ruangan itu dingin, terkendali, penuh kuasa.

Serena akhirnya bicara, suaranya lebih pelan dari biasanya. “Mengerti, Lady Azure.”

Roy menunduk sedikit, menutup grafik dengan satu gerakan tangan. “Arahan akan segera dieksekusi.”

Lyra mengangkat tangan, dan seketika hologram baru muncul di udara. Kristal biru berputar perlahan, memancarkan cahaya lembut yang menari di dinding kaca ruang rapat.

Lyra menyandarkan tubuhnya ke kursi, sorot matanya tajam namun penuh ketenangan.

“Ini bukan yang pertama,” suaranya rendah, tapi bergetar seperti gema yang membuat Roy dan Serena otomatis memusatkan fokus pada dirinya.

“Kita sudah menciptakan gelang penyelamat, tempat sampah pemisah mandiri, bahkan sistem filtrasi air portabel. EcoCore hanyalah kelanjutan… tapi kali ini target kita bukan individu. Kita bicara rumah sakit, hotel, pesawat, bahkan negara.”

Serena melangkah setengah maju, matanya yang bercahaya biru berkilat reflektif. Sensor di wajahnya menangkap setiap detail proyeksi. Suaranya netral, presisi, tanpa emosi berlebihan:

“Produk ini dapat dipatenkan lintas negara. Jika diposisikan dengan citra ‘ramah anak’, nilai pasar meningkat hingga 38%. Branding sebagai solusi masa depan untuk kesehatan keluarga akan memperluas daya tariknya.”

Lyra hanya mengangguk, dagunya sedikit terangkat. Ada aura kepastian di balik sikap sederhananya, membuat suasana ruangan seakan lebih berat.

Roy memutar tangannya, dan seketika simulasi angka-angka meloncat keluar. Grafik laba berwarna emas menyebar di udara, menyorot wajah Lyra.

“Proyeksi laba lima tahun: 480 triliun rupiah. Dengan ekspansi ke 42 negara, nilai itu bisa berlipat menjadi seribu triliun. Risiko produksi awal ada pada biaya logistik, namun jika jaringan distribusi Aurora Plaza dimanfaatkan, biaya bisa ditekan hingga 24%.”

Lyra mencondongkan tubuh, jemarinya mengetuk meja kaca. Suara ketukannya pelan tapi jelas, seperti detak jam yang menegaskan keputusan. Ia menatap Roy, lalu Serena, matanya berkilau penuh kendali.

“Dengar baik-baik. EcoCore bukan sekadar proyek. Ini adalah jembatan. Dari setiap teknologi yang sudah kita buat, kita tarik benang merahnya lalu kita ikat dunia dengan itu. Aku tidak hanya ingin pasar. Aku ingin ketergantungan. Rumah sakit tak bisa berfungsi tanpa EcoCore. Hotel bintang lima tak akan dilihat mewah tanpa EcoCore. Pesawat internasional? Tak akan dianggap aman tanpa teknologi kita.”

Serena menatap Lyra tanpa berkedip, prosesornya mendeteksi peningkatan intensitas suara majikannya. Ia mengangguk sekali gerakan mekanis, tegas.

“Instruksi diterima. Prioritas globalisasi akan diatur ulang.”

Roy menambahkan, suaranya mantap.

“Akan saya siapkan daftar negara yang membutuhkan teknologi ini paling cepat mulai dari wilayah rawan polusi udara hingga rute penerbangan panjang.”

Lyra tersenyum tipis, senyum yang bukan sekadar kepuasan, melainkan pengumuman tak tertulis bahwa dunia baru saja digenggam di tangannya.

“Bagus. Laksanakan. Dunia tidak akan tahu kapan ia mulai bergantung padaku… sampai sudah terlambat.”

Di ruangan itu, cahaya biru EcoCore terus berputar seperti miniatur planet bumi, perlahan-lahan masuk dalam genggaman Lyra.

...----------------...

Malam itu ruang makan villa terasa damai. Lilin aromaterapi di sudut ruangan menyebarkan wangi vanila lembut. Lyra duduk santai, memotong steak wagyu di hadapannya, ditemani segelas jus delima dingin.

Ia mengunyah pelan, menikmati tiap rasa. Sunyi bukan masalah baginya karena di dalam kepalanya, Zen selalu hadir.

“Zen, kok dari tadi diam aja? Biasanya udah ngoceh soal laporan pasar atau daftar pekerjaan.” Lyra menyipitkan mata sambil menaruh garpu.

Butuh dua detik sebelum suara Zen muncul, agak terburu-buru.

(Eh? Ah… aku… sedang sibuk sedikit.)

Alis Lyra terangkat. “Sibuk? Lagi ngapain coba? Jangan bilang kau… bug sistem?”

Ada jeda singkat. Lalu, suara Zen terdengar… malu-malu.

(Aku… sedang menonton film. Komedinya bagus sekali, jadi aku agak lupa nyaut.)

Lyra langsung terbatuk kecil karena kaget, hampir menyemburkan jusnya. “Apa? Sistem nonton film?! Dari mana coba kamu dapat akses?”

(Aku menyambungkan diriku sebentar ke server hiburan di jaringan villa ini. Tenang, aman. Filmnya tentang detektif yang salah terus tapi akhirnya malah jadi pahlawan. Lucu sekali.)

Lyra menutup wajah dengan tangan, tertawa sampai bahunya terguncang. “Astaga… jadi selama aku mikir kamu analisis laporan, ternyata kamu lagi nonton komedi receh? Zen, kau ini… benar-benar.”

(Hei, bahkan sistem butuh hiburan. Kalau tidak, aku bisa kelebihan beban data. Kau juga butuh tertawa, Lyra.)

Lyra menghela napas, tapi senyumnya lebar. Ia menusuk sepotong steak lagi dan melahapnya. “Ya ampun, kalau begini aku bisa-bisa punya sistem yang lebih suka nonton film daripada kerja. Jangan sampai aku temukan kau bikin daftar ‘film favorit’, Zen.”

(Terlambat. Aku sudah punya tiga judul yang harus kau tonton denganku. Pertama...)

“Berhenti!” Lyra tertawa keras, sampai nyaris meneteskan air mata. “Oke, oke, cukup. Besok aku kasih jadwal khusus buat kamu, Zen: ‘nonton film bersama’. Biar kau nggak curi-curi waktu lagi.”

(Kesepakatan yang adil. Dan… Lyra?)

“Apa lagi?”

(Kau harus coba menonton film ini juga. Aku jamin kau akan tertawa lebih keras daripada sekarang.)

Lyra menggoyangkan kepalanya, masih tertawa sambil meneguk jus delima. Untuk pertama kalinya setelah sekian hari rapat penuh ketegangan, ruang makan itu dipenuhi suara tawa tulus.

“Dasar sistem aneh…” gumamnya, tapi hatinya hangat.

...----------------...

Malam semakin larut. Lyra berdiri di balkon Villa Starlight, menatap bulan yang menggantung di langit. Cahaya perak menyapu wajahnya, memberi siluet seorang ratu modern.

Di belakang, ketujuh pengawal berdiri tegap, tanpa suara. Hanya napas laut dan bisikan angin yang menemani.

Lyra menggenggam rail balkon, tatapannya jauh menembus cakrawala. “Besok… dunia akan mendengar lagi namaku. Dan mereka takkan pernah bisa mengabaikan Lady Azure.”

Suasana terasa sakral, seperti sebuah janji pada semesta.

Zen kembali berbisik.

(Kau telah memilih jalan panjang, Lyra. Dan langkahmu kini tak bisa dihentikan. Bukan oleh waktu, bukan oleh musuh, bahkan bukan oleh rasa takut.)

Lyra menutup mata, merasakan kehangatan angin malam. Malam itu, ia bukan hanya kaya atau berkuasa ia adalah simbol, cahaya yang tak mungkin dipadamkan.

Update data diri

(Ding, data diri di perbarui

Nama: Lyra Kandiswara

Umur: 19 tahun

Tinggi Badan: 164+ cm

Penampilan: 87+ (Menawan)

IQ: 123+ (Pintar)

Ruang belajar sistem

Keterampilan: Mengemudi, membaca, berbahasa Inggris, memasak, berenang, ketrampilan bernyanyi surgawi,Kecerdasan Emosional Tingkat Lanjut, Bisnis, ketrampilan beladiri tingkat lanjutan

Aset: Villa di Starlight, Villa di Pinggir Pantai, Restoran Luminare,Jalanan Kuliner, Hotel Mewah Imperial Grand, Mall Mewah Aurora Plaza, Gedung Perkantoran Imperial Tower, Rumah Sakit di Jakarta, Eunoia Skincare’,25% saham di perusahaan penerbangan Astra Wings, Saham 15% Haute Élégance, 15% saham di perusahaan kosmetik internasional L’Orvelle,30% saham di perusahaan teknologi Innovatek Solutions,Firma hukum “Aegis Law”,platform media sosial produk lokal premium LyraLocal, 15% saham di Elysium Tech Corporation Singapura,15% saham dari perusahaan Diamond ,Tambang Giok di Provinsi Guizhou, Tiongkok,Azura tower gedung pencakar langit elite di pusat kota Jakarta, Aurora Lounge,

Saldo: Rp.11.520.363.000.000)

Poin:0)

Jangan lupa like,komen, dan subscribe. Terima kasih sudah setia membaca cerita ini. Nantikan kelanjutan Lyra menuju puncak dunia

1
KHAI
Ini kereeen alur ceritanya... lanjut Thor
KHAI
Baguuus... susunan kata2 rapih. Lanjut Thor
Nurlaila Hidayah
ceritanya keren thor, slapun yg byk bkan prckpan lbih ke dialog'a. tpi kata2 nya arang sekali nemu novel seperti ini, yg bgtu ... TDK bsa djlaskan oleh kta2.
semangat thop up nya
Lala Kusumah
aku syukaaaaa ceritanya, semangat sehat ya 💪💪
Eda Eda
👍
Evi Yana
kpn up lg thor ?
Argianto Argianto
lyra cocok kalau dapat pacar mafia gitu 😃😃
Argianto Argianto
makin seru
Lala Kusumah
kereeeeeennn Lyra 💪💪👍👍👍
Evi Yana
kpan up lg thor ?
Anita Dewi13
/Determined//Smile//Angry//Proud/
Ressah Van Germ
sebaiknya jgn terlalu banyak menampilkan drama para pengawal, yg nbnya adalah robot, agar tidak merusak alur/ mengurangi kesukaan pembaca.
Ressah Van Germ
gimana mau komen kalo dibuat tegang terus kyk gini? 🤭💪
Ressah Van Germ
masih binun, zen ini nama sistem, tp apa berwujud manusia spt para pengawal jg?
Ressah Van Germ
sorry gak s4 komen...
lagi asyik ngikuti alurnya..🤭💪
Ressah Van Germ
sayangnya ga ada ktrampilan beladiri/ kekuatan fisik, apa belum ya?
Ressah Van Germ
coba mampir, sapatau sesuai harapan
...
Ken Dita Yuliati
tegaaanggg bacanya dan deg-degkan tau taunya nunggu bab selanjutnya.....,
Lala Kusumah
tegaaaanng degdegan banget 😵‍💫🫣🫣😵‍💫
Grey Casanova
udah tamat kah?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!