MY DADDY IS MINE

Bersamaan dengan rapinya tenda kemah yang dibuat oleh Kenzo, Camilla tidak sanggup lagi bertahan. Walaupun ia mengenakan jaket tebal dan menggunakan mantel hujan tetap saja tubuhnya tidak kuat melawan rasa dingin dan sakit bagian kepalanya.

"Kenzo...!" lirih Camilla memanggil pria tampan itu yang sedang memasak air agar mereka bisa menghangatkan tubuh mereka.

"Camilla...!" Kenzo menatap wajah pucat Camilla yang hampir saja tumbang dan dirinya sigap menangkap tubuh lemah itu.

"Camilla. Ya Tuhan." Kenzo membaringkan tubuh Camila di atas jerami yang dialas dengan karpet tipis.

"Camilla. Kita masih di hutan. Tolong jangan sakit di sini...! Aku akan merasa bersalah jika terjadi sesuatu padamu. Ingat tujuanmu di sini adalah untuk melakukan penelitian agar kamu bisa mengobati penyakitmu sendiri," gumam Kenzo menyemangati Camilla.

"Tolong ambil obat di tasku Kenzo," ucap Camilla yang masih memiliki sedikit kesadaran.

"Baiklah. Tunggu sebentar...! Tetap buka matamu...!" pinta Kenzo berusaha tenang walaupun hatinya gemuruh dan ketakutan yang luar biasa. Jika tidak memikirkan Camilla istri orang, ingin rasanya ia memeluk wanita yang sangat dicintainya itu agar Camilla lebih merasa nyaman dalam pelukannya.

Karena dirinya sangat mengenal Camilla yang tidak mudah menerima kebaikan lelaki sepertinya membuatnya takut membuat Camilla marah. Beberapa obat yang sudah disiapkan oleh Kenzo ditenggak langsung oleh gadis itu. Sementara Kenzo mengambil obat suntik untuk mengurangi rasa sakit pada kepala Camilla.

"Kita harus makan dulu baru tidur...!" ucap Kenzo yang mengeluarkan beberapa roti dan kue dari ranselnya yang sudah disiapkan oleh bibi Fany untuk perbekalan mereka.

Camilla bersandar di tumpukan ransel lalu memakan makanannya. Kenzo memperhatikan wajah pucat Camilla namun gadis itu tetap terlihat cantik.

"Apakah sudah lebih baik?" tanya Kenzo.

"Sedikit. Maafkan aku Kenzo...! Aku pasti selalu menyusahkan mu selama di sini," ucap Camilla tidak enak hati.

"Camilla. Bukankah aku sudah katakan bahwa aku sangat bahagia bisa berada di dekatmu walaupun kamu milik orang lain. Makin bahagia lagi karena disaat kamu sakit kamu mempercayakan aku untuk menjagamu daripada suamimu walaupun hatimu tetap untuknya. Dia sangat beruntung memilikimu," ucap Kenzo dengan suara tercekat.

"Kenzo. Terimakasih untuk apa yang kamu lakukan untukku sampai sejauh ini. Aku yakin ada Camilla yang diluar sana menunggu cintamu. Hanya saja kamu belum menemukannya," ucap Camilla menghibur Kenzo yang hanya menggelengkan kepalanya.

"Hatiku hanya ada kamu Camilla. Selama ini aku dekati wanita-wanita itu hanya karena pelarian saja bukan sungguh-sungguh mengamati sifat mereka untuk ku jadikan istriku," batin Kenzo sambil mengunyah makanannya.

Sesudah menghabiskan makan malamnya, kini Camilla memilih tidur karena obat yang diminumnya sudah bereaksi. Kenzo menjaga wanita cantik itu sambil mengamati beberapa binatang liar yang mungkin saja datang menganggu mereka.

...----------------...

Sepekan kemudian, Luis tidak lagi melacak keberadaan istrinya. Ia berharap Camilla kembali kepadanya karena cintanya bukan karena takut padanya. Walaupun begitu ia tetap tidak tenang dan juga sangat rindu pada sosok istrinya itu.

"Camilla. Apakah kamu tidak merindukan ku?" gumam Luis memeluk baju tidur Camilla dan mencium bekas aroma tubuh istrinya itu.

Pesan masuk di ponselnya diabaikan oleh Luis yang saat ini memiliki kerja di mansionnya daripada di perusahaan. Jambang di wajahnya ia biarkan tumbuh tak beraturan. Ia benar-benar merindukan wanitanya itu.

Beruntunglah dia sudah mendapatkan kembali semua barang milik Camilla yang ditinggalkan gadis itu di loker kampusnya. Ia melirik ponsel Camilla dan ingin mencaritahu apa yang ada di dalam ponsel itu. Baru saja ia ingin membukanya tiba-tiba ada pesan masuk dari dokter Lusy.

"Nona Camilla. Aku tunggu kedatanganmu untuk melakukan kemoterapi," tulis pesan itu membuat Luis terbelalak.

"Kemoterapi...? Untuk apa? Bukankah pengobatan kemo hanya untuk orang yang memiliki penyakit serius?" jantung Luis berdegup kencang. Tidak ingin melakukan telepon dengan Lucy, Luis memilih bertemu dengan dokter yang pernah merawat mantan putri tirinya itu.

"Dia harus menjelaskan semuanya padaku atau nyawa dokter itu akan melayang di tanganku...!" Luis segera berangkat ke rumah sakit untuk menemui dokter Lucy.

Tiba di rumah sakit langkah tegap dan tatapan tajam penuh amarah menghiasi wajah tampan nan dewasa itu. Wanita muda yang mengagumi sosok tampan itu saat Luis melintas di hadapan mereka.

Namun wajah itu tetap terlihat mengerikan jika ditatap cukup lama. Saat sudah berada di depan pintu masuk ruang praktek dokter Lucy, Luis mengatur emosinya agar tidak melakukan tindakan yang merugikan dirinya nanti. Ketukan pintu itu berhasil memaksa asisten pribadinya dokter Lucy membuka pintu itu.

"Selamat malam tuan Luis...!" ucap perawat Caroline yang sudah mengenal pria tampan yang ada di hadapannya saat ini.

"Malam. Aku ingin bertemu dengan dokter Lucy...!" ucap Luis terdengar intimidasi.

"Silahkan...!" ucap Caroline sebelum minta izin pada bos-nya itu.

Dokter Lucy segera berdiri dan menyambut Luis. Ia bisa menebak apa yang diinginkan oleh suami Camilla itu. Namun ia tetap bersikap professional untuk melayani tamunya itu.

"Ada yang bisa saya bantu, tuan?" tanya dokter Lucy terdengar basa-basi.

"Tolong jelaskan apa penyakit Camilla...! Jangan coba-coba menyembunyikan rahasia apapun pada saya...!" tekan Luis membuat dokter Lucy hanya bisa menarik nafasnya.

"Begini tuan. Nona Camilla mengidap penyakit kanker otak. Kanker itu akan cepat menyebar jika nona Camilla tidak melakukan kemo terapi," jelas dokter Lucy membuat Luis sangat syok.

"Apaa....?! kanker otak...?" ulang Luis seakan menegaskan pendengarannya yang tidak salah dengar.

"Benar sekali tuan? Sekarang kankernya sudah memasuki stadium 2," jelas dokter Lucy membuat tubuh Luis seakan tidak bertenaga. Selama ini dia begitu kuat jika mendengar berita menyakitkan apapun yang dihadapinya tapi tidak dengan satu ini, jiwanya benar-benar sangat terguncang.

"Mengapa hal sebesar ini kamu merahasiakan kepadaku, hah?!" bentak Luis yang tidak lagi memperhatikan status Lucy sebagai dokter di rumah sakit tersebut.

Lucy mengambil ponselnya dan memperdengarkan percakapannya dengan Camilla saat menerima kenyataan bahwa dirinya mengidap penyakit mematikan. Luis terdiam saat mendengar ucapan Camilla.

"Dokter. Aku sangat mencintai daddyku. Bahkan cintaku padanya melebihi diriku sendiri. Tolong rahasiakan penyakitku ini padanya. Aku ingin membahagiakan dirinya sebelum aku pergi dari dunia ini. Melihatnya sedih atas keadaan ku, itu jauh lebih menyakitkan daripada kematian itu sendiri," ucap Camilla dalam rekaman itu.

Tanpa sadar Luis meneteskan airmata nya. Hatinya seakan tertusuk ribuan pisau. Sangat sakit.

"Sayang. Camilla...!" gumam Luis lalu beranjak dari tempat duduknya. Dokter Lucy hanya menggiring langkah Luis keluar dari ruang prakteknya. Luis mengendarai mobilnya sambil memikirkan tentang istrinya itu.

"Sayang. Apakah karena penyakitmu itu kamu rela meninggalkan Daddy? Kenapa kamu terlalu memikirkan perasaanku dan memilih merasakan sendiri penderitaanmu. Jika kamu pergi dari hidupku, mari kita mati bersama, sayang. Kau lah duniaku, jika kau pergi maka duniaku akan menghilang bersamamu," gumam Luis terlihat kacau saat ini.