NovelToon NovelToon
MARTA BAKRUN

MARTA BAKRUN

Status: sedang berlangsung
Genre:Duniahiburan / Matabatin / Berbaikan / Menantu Pria/matrilokal / Cinta Beda Dunia / Cinta Murni
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Artisapic

Seorang pemuda berasal dari golongan menengah berharap mendapakan jodoh anak orang kaya. Dengan perjuangan yang keras akhirnya menikah juga. Menjadi menantu orang kaya, dia begitu hidup dalam kesusahan. Setelah memiliki anak, dia diusir dan akhirnya merantau. Jadilah seorang pengusaha sukses.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Artisapic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB XII CINTA ITU CERITA

     Malam itu begitu melelahkan bagi Bakrun, setelah menata kursi-kursi, menata meja dan juga menumpuk tarub bekas panggungan di halaman musholla juga harus melipat tikar dan juga karpet, apalagi banyak yang basah akibat orang minum yang tumpah. Begitu sampai di rumah, ia langsung lelap dalam tidur, bahkan belum sempat berganti pakaian, ia sudah terkapar di atas kasur.

    Suara ayam berkokok saling bersahutan, sementara banyak sudah di jalan setapak itu hilir mudik kendaraan orang untuk mengais rejeki. Suara burung berkicau menghiasi pagi yang cerah. Tapi tidak seperti Bakrun, tubuhnya masih berselimut sarung yang masih ia pakai.

    " Run...Run...bangun....jadi kerja tidak....sudah siang nih....", kata ibunya yang sedang beres-beres barang dagangan.

    " Tuh...Heru sama Lukman nungguin dari tadi," sambung ibunya.

    " Iya Bu, nanti......", sahut Bakrun sambil bangun lalu mengusap wajahnya pakai sarung.

    Kemudian Bakrun turun dari tempat tidur dan menuju kamar mandi. Terdengar suara guyuran air beberapa saat, lalu muncullah Bakrun yang tubuhnya dibalut handuk. Ia memasuki kamar, sementara itu, ibunya berjalan ke ruang depan sambil membawa sepiring kue dan secangkir kopi.

    Tampak Heru dan Lukman menunggunya di teras rumah sambil berbincang-bincang, lalu keduanya masuk setelah mendengar panggilan dari Bakrun.

    " Masuk aja sini, ngapain di luar, sini sarapan dulu barang satu dua kue," kata Bakrun.

    Heru dan Lukman akhirnya masuk dan menikmati sarapan di situ. Di luar sana tampak Hadi sudah berjalan membawa dagangan bersama ibu Sukesih. Bakrun memandang Heru dengan penuh was-was dan kekawatiran. Niat hati akan berkata tapi apa daya rasa iba yang terasa. Akhirnya, ketiga sahabat itu berangkat seperti biasa, satu bawa sepeda, satu lagi berboncengan sepeda.

    Suasana di tempat kerja, seperti biasa, pagi itu ibu Marni, ibu Tati dan ibu Sumi sedang sarapan, di kursi teras belakang ada Pak Yadi dan ibu Yati sedang sarapan juga. Ketiga sahabat pun memasuki ruang kerja dan menikmati sarapan yang sudah tersedia.

    Beberapa saat kemudian, seperti biasa aktifitas di tempat itu mulai dirasakan oleh para pekerja, suasana yang penuh keinginan dan harapan begitu kuat dengan semangat yang meyakinkan. 1 jam sudah mereka melakukan pekerjaan, tampak di sana Heru dan Bakrun sedang mengaduk bahan, sementara Lukman menyusun tempat cetakan sabun.

Saat itulah, terlihat seorang wanita berjalan menuju pintu pagar rumah dan masuk ke pekarangan rumah lalu wanita itu mengetuk pintu sambil memberi salam. Setelah pintu terbuka, terlihat wanita itu duduk di ruang tamu, ia ternyata Ibu Lia dan yang membuka pintu tadi ibu Yati istri dari pak Yadi. Mereka berada di ruang tamu tampak sedang mengobrolkan sesuatu , yang sekali-kali diselingi tertawa.

" Oh, jadi usahanya membuat sabun ya , lumayan dong, kamu sudah sesukses ini," kata ibu Lia.

" Biasa saja dong, mumpung bisa berbagi pekerjaan sama orang ," jawab ibu Yati.

" Mana si Mira, kok dari tadi belum muncul ? tanya ibu Lia.

" Bentar bu, lagi beres-beres di kamar," ujar ibu Yati.

Beberapa menit kemudian, muncul seorang gadis dengan kondisi tangan kiri kaku, berjalan pincang serta di wajahnya ada flek hitam, serta bibirnya sumbing, dan kondisinya seperti layaknya kurang sehat secara fisik. Itulah nasib anak manusia.

" Sehat Neng," sapa ibu Lia sambil senyum ramah.

Yang ditanya hanya mengangguk sedikit saja, tatapan matanya sungguh menyimpan kemirisan yang begitu menyayat hati. Sambil memegang tangan gadis itu, Ibu Lia berkata ;

" Nanti neng jangan sungkan-sungkan panggil tante ya," ujar ibu Lia.

"Iya....", jawab gadis itu ternyata Mira, anak bungsu pak Yadi dan ibu Yati.

" Mira suka jalan-jalan kan ?" tanya ibu Lia.

Mira hanya mengangguk lalu memandang ibu Lia dan tersenyum. Sementara ibu Yati selalu membelai rambut anaknya dengan penuh kasih sayang.

" Oh maaf, bagaimana kalau sebaiknya Mira ini dibawa ke dokter spesialis dulu, barang sebulan atau berapa hari begitu, mau kan Mir, nanti Mira disayang sama dokter," tutur Ibu Lia.

Mira mengangguk dan memandang ibu Lia sambil berharap akan bisa berubah. Setelah itu Mira kembali lagi ke kamar.

" Kemarin itu, Bakrun ngomong ke saya soal Mira, katanya mau dijodohkan sama Heru, ibu Yati belum tahu siapa Heru kan, dia itu keras kepala dan kasar, makanya saya ngomong ke Bakrun, jadi saya kesini, tujuannya itu sebaiknya Mira dibawa ke dokter dulu, kan ada dokrer spesialis nya," tutur ibu Lia.

" Iya , tadinya begitu, tapi kalau memang Mira mau ya sudah nanti dibawa aja ke dokter, kira-kira berapa itu ongkosnya ", jawab ibu Yati sambil bertanya.

" Pokoknya, kita orang tua itu harus siap berkorban demi anak, jadi biarpun harus bayar gede juga yang penting anak kita senang," tutur ibu Lia.

Sementara itu setelah ibu Lia dan ibu Yati sepakat, lalu ibu Yati menuju ke belakang dan memanggil Bakrun.

Di ruang tamu itu ibu Lia sedang duduk menunggu ibu Yati, kemudian ibu Yati muncul bersama Bakrun dan pak Yadi.

" Begini ya pak Yadi, dan juga kamu Bakrun, kemarin itu kita anggap bukan masalah, semua itu batal, Mira mau ke dokter, semoga berjalan sempurna nantinya, begitu pak Yadi, bapak jangan dulu mengatakan apa yang sudah dikatakan Bakrun, kita usahakan dulu cara lain supaya Mira itu minimalnya sedikit lebih pantas, nanti juga ada jodoh Pak," tutur ibu Lia.

Mendengar pembicaraan itu, hati Bakrun jauh lebih tenang, dengan inisiatif seperti itu semoga saja bisa membuka kesempatan bagi dirinya nanti ngomong sama Heru.

Setelah itu mereka di ruang depan rumah pak Yadi dan ibu Yati memutuskan kebaikan untuk Mira, dan sambil berpamitan Bakrun menuju ke belakang kembali bersama teman bekerjanya. Bagi Bakrun semua itu menjadi suatu ketenangan batin tersendiri.

Beberapa saat kemudian, suara azan terdengar, pertanda saat dhuhur telah tiba, dan seperti biasa , ketiga sahabat itu memebersihkan tubuhnya lalu sholat dan makan siang. Selepas itu , mereka pulang dengan mengayuh sepeda. Siang itu Bakrun begitu ceria tidak seperti kemarin.

Setelah sampai di rumah, Heru saat itu sudah berbelok ke jalan rumahnya, dan Bakrun sama Lukman masih lurus menuju jalan satunya. Lukman yang penasaran, bertanya ;

" Kemarin luh kenapa Run, kayak nggak waras ?" tanya Lukman.

" Luh yang stress bro, nggak apa kok, pokoknya nggak apa," tegas Bakrun.

" Soalnya ada yang janggal Run, setelah luh ngobrol sama pak Yadi dan bu Yati kemarin, luh langsung murung gitu, ada apa," desak Lukman.

" Oh itu, ....soal modal bro, saya pengen pinjam modal gitu," kata Bakrun berbohong.

" Pantas lah, luh ngggak ngaca luh, kecoa," celoteh Lukman sambil nyelonong mengayuh sepeda.

Bakrun berpikir supaya masalah itu tidak ada yang tahu, walaupun sahabat dekat.

" Hebat....hebat....pantas saja kau selalu pengen jadi pahlawan ya," kata suara yang mendadak terdengar dari belakang.

1
ghost face
nih saya panggilin bombe
ArtisaPic: wow....makasih ya
total 1 replies
Ceyra Heelshire
bikin novel baru lagi pak?
Oksy_K
aku kira mobil elf itu peri/Facepalm/
ArtisaPic: iy....mumpung lg liburan
total 1 replies
mhmmdrzcky
Karena aku suka banget ceritanya kayaknya mau aku habisin sekarang/Drool/ Btw mampir juga kak ke cerita aku judulnya Ensiklopedia Sunyi Yang Tak Pernah Dibaca
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!