Zakia Arabelle Lawrance harus menelan kenyataan pahit saat mendapati suami yang selama ini ia anggap setia ternyata tak lebih dari seorang bajingan.
Setelah perceraian dengan suaminya, dirinya harus memulai kembali hidupnya. Menata kembali masa depannya. Tekadnya bulat untuk membuat siapa saja yang menghina dirinya malu dan tunduk dibawah kakinya.
Namun, ditengah jalan cinta kembali hadir mengusik ketenangan batinnya. Bukan hanya satu namun beberapa pria sekaligus terlibat dengannya. Namun, pada siapakah Zakia menentukan pilihannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Malam gemerlap bertabur bintang. Malam penuh senyum bahagia menghiasi salah satu ballroom hotel ternama yang sedang menggelar acara resepsi pernikahan anak salah satu keluarga terpandang ibukota.
Para tamu undangan tampak satu per satu berdatangan. Setelah menunjukkan kartu undangan barulah mereka diperbolehkan masuk. Beberapa bodyguard berjejer rapi guna mengamankan sepanjang acara berlangsung.
Mobil sport keluaran terbaru tampak terparkir dengan apik. Sang pria yang menjadi sopir mengembangkan senyum terbaiknya. Menggunakan busana layaknya seorang pangeran negeri dongeng menambah nilai plus di wajahnya. Kini giliran sangat wanita turun. Tampak gaun berwarna baby blue dengan bagian pinggang mengembangkan membuat dirinya tampak seperti tuan puteri di sebuah kerajaan.
Dengan senyum merekah Tania menggandeng lengan Albert, suaminya, memasuki ballroom hotel tersebut. Tempat acara yang membuat adiknya terjun langsung untuk merealisasikan wedding dream impiannya. Membuat sangat adik sibuk karena mengurus semuanya.
Mata Tania membulat sempurna saat kakinya memasuki tempat acara berlangsung. Kakinya langsung dimanjakan dengan rumput imitasi yang menjadi alas seluruh ballroom hotel kali ini. Sejauh matanya memandang ballroom hotel seperti disulap menjadi tempat resepsi outdoor oleh adiknya, meskipun dibantu pihak WO, tapi Tania tahu jika ini ide adiknya.
Tania benar-benar merasa berada di negeri dongeng. Zakia benar-benar all out membuatkan pesta untuknya. Senyum Tania semakin lebar saat menuju tempat dirinya akan merasa seperti pajangan hidup. Pelaminan nya dibuat begitu mewah oleh Zakia. Bahkan ini seperti nyata. Ukiran, corak dan lekukan setiap dinding buatan terasa nyata.
Tak hanya Tania yang berdecak kagum. Para tamu undangan bahkan masih banyak yang kaget saat melihat suasana pesta yang baru pertama kali digelar seperti ini. Biasanya jika mengangkat tema negeri dongeng paling mentok hanya warna dan hiasan saja. Sedangkan kali ini mereka benar-benar seperti ditarik pada masa kerajaan. Kursi dan meja yang terlihat mewah layaknya jaman kerajaan dulu. Bahkan sekat-sekat yang dipasang juga terasa begitu nyata. Entah berapa biaya yang dikeluarkan oleh Zakia untuk mewujudkan ini semua.
Andai mereka tahu, jika Zakia turun langsung untuk mendesain semuanya bersama tim WO. Bahkan Zakia tak segan melakukan semuanya hingga lembur untuk menyulap tempat ini menjadi kerajaan di negeri dongeng.
Setelah Tania dan Albert sampai di pelaminan. Tampak kedua orang tua mereka juga menyusul dan duduk di samping tempat mereka duduk. Senyum tak pernah lepas dari dua pasang orang tua paruh baya tersebut. Bagaimana tidak, ini acara pernikahan anak mereka.
Arya tampak memberikan sambutan singkat sebelum para tamu mulai naik satu persatu untuk mengucapkan selamat.
Sedang di sudut lain, Zakia sedang asik memperhatikan Tania dan Albert yang ada di atas pelaminan. Hatinya sedikit ngilu saat mengingat pernikahannya. Jangankan pesta, Zakia hanya menikah dengan pakaian seadanya. Namun, Zakia masih mensyukuri itu semua. Zakia yang dulu begitu naif, bahkan cacian dan makian menjadi makanan sehari-hari ketika suaminya tak ada di rumah. Lamunan Zakia seketika buyar ketika ada yang menarik ujung lengan bajunya.
"Eh" Zakia kaget saat anak kecil berjenis kelamin laki-laki itu menarik lengan bajunya. Zakia perkirakan usianya kurang lebih lima tahunan. Namun wajahnya seakan tak asing diingatan nya. Tapi siapa?
"Tante" Sapa anak itu.
"Bukan seperti cara menyapa orang yang lebih tua, nak" Zakia berjongkok menyamakan tingginya dengan anak itu. Bahkan heels yang dipakainya tak menjadi hambatan untuknya. "Seperti ini. Assalamualaikum tante. Atau kamu bisa menyapa dengan kata selamat malam" Beritahu Zakia dengan senyum lembut di wajahnya.
"Assalamualaikum tante" Ulang anak itu.
"Wa'alaikumussalam anak pintar. Sekarang tante boleh bertanya? " Tampak anak itu mengangguk. "Kamu kenal tante dimana? " Sungguh Zakia penasaran ketika anak ini terlihat akrab dengannya. Zakia memang menyukai anak kecil, namun wajah ini baru tapi tak asing.
"Kita pernah bertemu satu kali tante"
"Ah, iyakah? Maafkan tante lupa. Dimana kita bertemu? "
"Di supermarket"
"Oh tante ingat sekarang. Kamu anak yang terpisah dengan papa mu saat itu? " Anak itu mengangguk.
"Rich senang bisa bertemunya tante lagi" Tanpa aba-aba anak kecil itu langsung memeluk Zakia. Jika saja Zakia tak menahan, mungkin mereka akan terjungkal bersamaan.
Zakia menepuk pelan punggung Rich. Dielusnya kepala Rich dengan penuh kasih sayang. Jika ada yang melihat pasti mereka akan mengira jika Zakia sedang menenangkan anaknya.
"Kamu dengan siapa kesini? " Tanya Zakia setelah Rich melepaskan pelukannya.
"Sama papa"
"Kamu terpisah atau meninggalkan papa? " Tanya Zakia lembut.
Jika seorang anak ingin berkata jujur, maka bersikaplah lembut namun tegas. Karena kepribadian seorang anak tergantung bagaimana cara orang tua membentuknya.
Rich tak menjawab pertanyaan Zakia, dia hanya menunduk memainkan jari-jari mungilnya. Zakia tersenyum, mengelus pelan kepala Rich.
"Rich lihat tante, nak" Rich dengan takut mendongak menatap Zakia. "Tante tahu jika Rich bosan berada di acara ini. Karena acara ini tak cocok dengan Rich yang masih kecil. Tapi sayang, harusnya Rich bilang sama papa Rich jika Rich sudah bosan. Jangan kabur atau pergi tanpa meminta ijin dari papa Rich, nanti papa Rich bisa khawatir"
"Maaf tante" Cicitnya.
"Jangan minta maaf sama tante, nak. Tapi minta maaflah pada papa mu. Mau tante antar ke papa? "
"Kalau Rich sama tante aja, boleh? " Zakia tersenyum mendengar permintaan anak kecil di depannya ini.
"Boleh, tapi kita harus minta ijin sama papa dulu" Tampak Rich mengangguk antusias. "Ayo, tante antar ke papa. Masih ingat dimana papa tadi? " Rich mengangguk lagi, lalu menarik tangan Zakia dengan tangan mungilnya.
Zakia tak bertanya bagaimana Rich ada disini. Mungkin papanya salah satu rekan bisnis Arya atau Albert. Itu yang ada dipikirannya. Karena undangan malam ini selain sanak saudara dan teman-teman kedua mempelai para rekan bisnis dan para kolega juga turut diundang. Jajaran direksi perusahaan juga turut hadir dalam acara malam ini.
Zakia yang awalnya ditarik oleh Rich, kini berganti dengan Rich dalam gendongannya. Karena acara terus berlangsung, tak heran jika banyak tamu undangan yang berlalu lalang. Zakia yang takut Rich terjatuh atau tersenggol membuatnya langsung menggendong Rich. Rich hanya tersenyum saat Zakia menggendongnya.
"Masih jauh? "
"Tidak tante, tadi Rich menghitung ada lima meja yang Rich lewati hingga sampai di tante" Jawabnya polos.
Zakia menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang. Menghitung berapa meja yang dirinya lewati sejak tadi. Karena memang jarak meja satu dengan satunya agak sedikit jauh.
Mereka baru melewati tiga meja, namun Zakia tak nampak melihat adanya papa dari Rich. Meskipun baru bertemu sekali, tapi Zakia sempat bertatap muka, jadi dia tau seperti apa postur tubuh papanya Rich.
"Rich yakin hanya lima meja? " Rich mengangguk.
"Itu papa" Tunjuk Rich pada beberapa laki-laki yang tampak berbincang-bincang itu. Zakia mengernyitkan dahinya, Zakia melihat wajah-wajah asing yang tertangkap netranya. Namun tak ada wajah papanya Rich diantara mereka.
Mungkin orang yang membelakanginya. Itu pikir Zakia.
"Papa" Panggil Rich, laki-laki itu berbalik badan setelah Rich memanggilnya. Mata Zakia melebar saat melihat siapa yang berdiri di hadapannya kini.
"Mas Zidan"