Baron sudah muak dan mual menjadi asisten ayah kandungnya sendiri yang seorang psikopat. Baron berhasil menjatuhkan ayahnya di sebuah tebing dan berhasil melarikan diri. Di tengah jalan Baron tertabrak mobil dan bangun di rumah baru yang bersih dan wangi. Baron mendapatkan nama keluarga baru. Dari Baron Lewis menjadi Baron Smith. Sepuluh tahun kemudian, Baron yang sudah menjadi mahasiswa hukum kembali dihadapkan dengan kasus pembunuhan berantai yg dulu sering dilakukan oleh ayah kandungnya. Membunuh gadis-gadis berzodiak Cancer. Benarkah pelaku pembunuhan berantai itu adalah ayah kandungnya Baron? Sementara itu Jenar Ayu tengah kalang kabut mencari pembunuh putrinya yang bernama Kalia dan putri Jenar Ayu yang satunya lagi yang bernama Kama, nekat bertindak sendiri mencari siapa pembunuh saudari kembarnya. Lalu apa yang terjadi kala Baron dipertemukan dengan si kembar cantik itu, Kama dan Kalia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lizbethsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Merasakan
Baron mengambil jaketnya dari dalam tas ranselnya lalu memakaikan jaket itu ke tubuh Kama. Pemuda itu merapikan rambut Kama, menariknya lembut ke belakang rambut indah gadis cantik itu, lalu mengusap lembut pipi Kama, "Berani benar dia menampar kamu dan bikin kamu menangis" dan Kama menggenggam tangan Baron, "Aku menangis bukan karena tamparan ini. Aku sedari tadi menahan ketakutanku dengan bernyanyi, bernyanyi lagu riang gembira,karena aku bisa merasakan dia mengawasi aku, Ron"
Baron menangkup wajah cantik pacarnya, "Siapa?"
"Si pemburu Zodiak Cancer. Aku merasakannya waktu aku mencari buku di perpustakaan tadi. Aku bisa merasakannya. Dia mengawasi aku, Ron"
"Sstttt! Jangan banyak bicara dulu" Baron mengusap lembut rambut Kama.
Kama menggelengkan kepala sambil berkata, "Dan saat aku mencari keberadaannya, tiba-tiba aku dibekap oleh seseorang dari arah belakang. Waktu aku membuka mata, semuanya gelap dan aku merasakan mataku ditutup lalu aku mendengar suara cewek. Aku benar-benar ketakutan. Aku takut berakhir seperti Kalia sebelum aku berhasil membalaskan dendamku pada b*j*ng*n itu"
Baron langsung memeluk Kama lalu mengelus-elus lembut punggung Kama sambil berkata, "Tidak akan aku biarkan dia menyentuh kamu, Kam. Mulai detik ini aku tidak akan pernah meninggalkanmu sendirian lagi"
Kama memeluk erat tubuh Baron dengan bisikan, "Terima kasih dan maafkan aku"
Baron mengusap lembut punggung Kama, "Maaf untuk apa dan kamu tidak perlu berterima kasih. Aku memang sedari awal aku bertemu denganmu, aku sudah bertekad akan selalu melindungimu, Kam. Justru aku yang seharusnya mengucapkan kata maaf dan terima kasih. Maaf meninggalkan kamu sendirian di perpus tadi dan terima kasih kamu bertahan hidup"
Kama mengusap punggung Baron, "Maafkan aku karena tadi aku sempat mencurigai kamu. Itu karena hantu Bernard berkata kepadaku kalau kamu itu memiliki aura......"
"Sstttt! Jangan banyak bicara lagi! Aku akan antar kamu pulang agar kamu bisa mandi, makan, makan dan beristirahat"
Kama menarik pelan tubuhnya dari pelukan Baron karena dia ingin bertanya, "Siapa yang menculik aku?"
Baron mengusap pipi Kama, "Yang menculik kamu salah satu dari cewek yang menghadang kamu tadi"
"Yang mana?"
"Entahlah yang mana. Aku tidak bisa membedakan mereka karena aku tidak mau memperhatikan mereka. Aku hanya mau memperhatikan satu cewek yang beberapa hari ini selalu ada di mata dan hatiku"
Kama sontak cemberut karena cemburu dan menyemburkan, "Siapa cewek itu?"
"Cewek itu kamu, Kam" Baron tersenyum dan mengelus pipi Kama dengan lembut.
Kama tersenyum malu sambil menunduk perlahan dan menyelipkan rambutnya ke belakang telinga.
Baron yang melihatnya tersenyum penuh gemas lalu menyelipkan tangannya di punggung dan bawah pahanya Kama karena dia ingin membopong Kama. "Baron!" Kama memekik kaget. Jantung keduanya berdegup kencang saat Kama merangkul leher Baron dan tatapan mereka bertemu.
Baron berdeham untuk mengusir rasa canggung." Aku harus menggendong kamu karena badan kamu masih gemeteran" Ucap Baron dengan suara serak.
Keduanya terpaku saat Baron sudah membopong Kama. Dengan debaran jantung yang semakin tidak karuan dan di perut mereka berdua ada debaran sayap kupu-kupu, keduanya saling menelisik bola mata.
Keindahan bola mata Kama yang menenangkan, membuat Baron memajukan wajahnya secara perlahan dan tatapannya mengarah ke bibir merah jambu alami milik Kama yang tengah merekah menggoda.
Wajah Baron sangat dekat dengan wajah Kama. Kama refleks memejamkan kedua matanya dan di saat Baron hendak menempelkan bibirnya di bibir Kama, suara Radit menginterupsi, "Maaf telat datang"
Baron sontak menjauhkan wajahnya dari wajah Kama dan Kama sontak membenamkan wajahnya ke dada Baron.
Baron lalu mendelik ke Radit dan Radit langsung nyengir kuda.
"Ngapain kamu ke sini?" Baron menggeram.
Radit langsung menyemburkan, "Aku akan jelaskan nanti tapi sekarang aku butuh pertolongan kalian untuk menyelamatkan cewek"
"Bodo amat! Urus saja sendiri" Bentak Baron.
Kama menoleh ke Radit sambil berucap, "Turunkan aku, Ron"
Baron dengan berat hati menurunkan Kama dan mendelik ke Radit, "Cewek yang mana?"
"Cewek yang menculik Kama sekarang dalam bahaya. Kita harus selamatkan dia sebelum dia dibunuh" Ucap Radit dengan wajah tidak sabar.
Baron dan Kama sontak menyemburkan, "Kok kamu bisa tahu kalau....."
"Aku jelaskan nanti. Kita selamatkan orangnya dulu!" Ucap Radit sambil berbalik badan.
Baron langsung membopong Kama lalu mengejar Radit.
"Ron! Kenapa digendong? Aku bisa jalan sendiri"
"Kamu masih gemetaran. Aku nggak mau kamu jatuh"
Kama tersenyum melihat wajah Baron dari samping.
Dia tidak mungkin menyakiti aku dan dia tidak memiliki aura pembunuh. Bernard si hantu brengsek itu pasti salah. Batin Kama.
Radit berhenti di pintu penumpang mobilnya Baron.
Baron langsung mengeluarkan kunci lalu memencet tombol di kotak kecil hitam yang berbentuk remote mungil.
Setelah terdengar bunyi, pip! Radit membuka pintu lalu bergegas masuk ke dalam mobilnya Baron sambil berteriak, "Buruan!"
"Iya bawel" Dengus Baron sambil berlari ke pintu penumpang.
Baron memakaikan sabuk pengamannya Kama sambil menatap Radit, "Kita ke mana?"
"Ke rumahnya Belovi" Sahut Radit dengan cengiran.
"Tzk! Ya di mana rumahnya Belovi, Unta Gurun?!" Baron melotot kesal ke Radit dan itu mengundang Kama terkekeh geli.
Radit nyengir lalu buru-buru berucap, "Sori, sori, rumah Belovi di pemukiman perumahan elit"
"Oke, kita ke sana. Kam, aktifkan map" Sahut Baron.
"Oke" Sahut Kama.
"Kenapa kamu bisa tahu rumah Belovi? Kalian saling kenal?" Tanya Kama ke Radit saat Baron sudah mulai menjalankan mobil menuju ke gerbang depan kampus.
"Nggak kenal" Sahut Radit.
Kama menoleh ke jok belakang dengan wajah kaget.
Dan Baron langsung menyahut, "Kamu harus jelaskan semuanya sekarang!"
Sebelum Radit mengeluarkan suara, Kama menoleh ke jok belakang lalu berteriak, "Diam kamu!"
Baron menoleh kaget ke Kama.
"Eh, aku belum ngomong Kam" Sembur Radit.
"Sori, bukan kamu. Tapi, hantu Bernard yang aku bentak"
"Han.....hantu?" Radit sontak pias.
"Iya, dia duduk di sebelah kamu" Sahut Kama dan pingsanlah Radit.
Baron menatap kaca spion dan berdecak kesal, "Tzk! Cemen banget sih pakai acara pingsan dan Kama tergelak geli.
...♥️♥️♥️♥️...
Setelah Akira pulang, Antares dan Jenar Ayu menemui dua orang yang datang melamar untuk menjadi asisten rumah tangga. Dua perempuan yang terbilang cukup muda, umur mereka sekita tiga puluhan tahun, lebih muda dari Jenar Ayu dan mereka memiliki paras yang cukup menarik itu melirik Antares secara diam-diam. Mereka mengagumi kewibawaan dan ketampanannya Antares.
Namun, kedua perempuan itu langsung menunduk saat mereka melihat Antares merapikan rambut Jenar Ayu lalu mencium pipi Jenar Ayu dan berdiri sambil berkata, "Aku serahkan ke kamu saja masalah ini"
Jenar menatap punggung suaminya yang menjauh menuju ke kamar utama lalu menatap ke kedua perempuan yang masih berdiri di depannya sambil menunduk. "Nama kamu Lastri dan kamu Anik?"
Kedua perempuan yang berdiri di depan Jenar sontak mengangkat wajah mereka secara bersamaan lalu menjawab, "Iya, Bu" Secara bersamaan pula.
"Baiklah. Asisten rumah tangga yang selama ini aku percayai jatuh sakit dan sedang menjalani pengobatan di Jakarta. Jadi, aku butuh asisten rumah tangga yang bisa masak dan bersih-bersih rumah"
Perempuan yang bernama Lastri menyahut, "Saya tidak bisa memasak, Bu. Biar Anik saja yang memasak dan saya yang bersih-bersih rumah kalau Ibu mau menerima kamu berdua"
Jenar Ayu bangkit berdiri sambil berkata, "Baiklah. Aku menerima kalian berdua"
Kedua perempuan itu saling pandang lalu mengarahkan pandangan mereka ke Jenar Ayu dengan wajah semringah dan berkata secara bersamaan, "Terima kasih, Bu"
Anik, tugas kamu memasak dan mencuci baju juga menyetrikanya sekalian, ya. Nanti sepulang kerja aku akan memasukkan baju-baju hasil setrikaan kamu ke kamar, jadi kamu tidak aku ijinkan masuk ke kamarku"
"Baik" Sahut Lastri dan Anik.
Setelah Jenar melangkah ke kamarnya ada yang menyeringai ke punggungnya Jenar.