"Aku tidak mau menikah dengannya, Bu!"
Ibram tidak mampu menolak keinginan ibunya untuk menikahi gadis pilihannya. Padahal Ibram sudah punya gadis impian yang ia dambakan. Ibu menolak alasannya, terpaksa Ibram menerima pernikahan itu meskipun sang istri berusaha mencintainya namun hatinya masih enggan terbuka.
Bagaimana kelanjutannya? Tetap ikutin cerita baru Mami AL. Jangan lupa like, poin, komentar dan vote. Mohon untuk memberikan komentar yang bijak.
Selamat membaca 😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mami Al, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33 - Klarifikasi
Robi yang sedang menikmati secangkir teh hangat sebelum berangkat kerja, terkejut ketika papanya melemparkan sebuah koran di atas meja tepat dihadapannya.
Robi mengarahkan pandangannya kepada kertas berukuran lebar terpampang dirinya menggendong Nadira. Ia lalu mendongakkan wajahnya, "Kenapa aku masuk berita?" tanyanya dengan tampang bingung.
"Harusnya Papa yang bertanya pada kamu? Kenapa kamu menggendongnya ke klinik? Apa dia lagi hamil anakmu?" tuding Papa Robi dengan raut wajah marah.
Mendengar tudingan suaminya kepada putranya, Mama Robi lantas melihat koran tersebut. Ia pun sangat tercengang.
"Astaghfirullah, Pa! Aku tidak seburuk itu!" sangkal Robi.
"Klinik itu khusus tempat ibu dan anak-anak. Jelas, orang-orang ke sana membawa istrinya yang lagi hamil atau mau melahirkan!" ujar Papa Robi kesal.
Robi menarik napas sejenak lalu dihembuskannya.
"Ini tidak benar 'kan, Rob?" tanya Mama Robi yang ingin menangis.
"Pa, Ma, itu semua tidak benar. Kemarin sore aku menolong Dira, dia pingsan dan mobilnya berada di tengah jalan. Klinik itu paling dekat dari tempatnya di temukan," jawab Robi.
"Kamu 'kan bisa panggil ambulans," ucap Mama Robi.
"Kelamaan, Ma. Keburu meninggal!" cetus Robi.
"Astaghfirullah!" Mama Robi memukul lengan putranya. "Mulut itu asal ucap saja!" lanjutnya menasehati.
"Mama dan Papa tidak percaya aku, 'sih!" jengkel Robi.
"Lalu bagaimana keadaannya, Nak?" tanya Mama Robi.
"Aku tidak tahu, Ma. Sebelum aku pulang, dia juga sudah sadar," jawab Robi melanjutkan menikmati teh hangatnya.
"Apa kamu tidak berniat menjenguknya lagi?" tanya Mama Robi.
"Tidak, Ma. Aku sangat sibuk," jawab Robi.
"Dia pingsan bukan karena kamu, 'kan?" Papa Robi menatap putranya menyelidik.
"Tidak dong, Pa. Memangnya aku kurang kerjaan sampai anak orang dibuat pingsan!" kesal Robi.
"Jika kami dengar kamu ada hubungan dengannya, kalian harus segera menikah!" tegas Papa Robi.
"Aku dan Nadira tidak memiliki hubungan apa-apa. Nanti aku akan bicara padanya untuk meluruskan berita ini!" janji Robi.
"Ya, jangan karena ini nama baik Papa dan Mama tercoreng!" ucap Papa Robi.
"Tenang saja, Pa!" Robi menyakinkan orang tuanya.
-
Sesampainya di kantor, Robi segera menghubungi Nadira. Tak lama panggilan tersebut terjawab. Terdengar suara salam dengan nada lemas.
"Waalaikumussalam, Nadira. Apa kamu sudah pulang dari klinik?" tanya Robi tanpa basa-basi.
"Sudah, Kak. Tadi malam," jawab Nadira.
"Baguslah kalau begitu. Segera berikan klarifikasi kepada media tentang berita hari ini!" pinta Robi.
"Berita apa, Kak?" tanya Nadira memang tidak mengetahuinya.
"Jangan pura-pura tidak tahu. Kamu senang 'kan mendengar berita ini!" sindir Robi.
"Astaghfirullah, Kak! Mengapa menuduh aku seperti itu?" Nadira heran kenapa Robi tak pernah manis kepadanya.
"Aku harap kamu segera menjelaskan kepada media secepatnya!" tegas Robi.
"Baiklah, Kak. Besok aku akan memberikan keterangan!" janji Nadira.
Robi mengakhiri panggilan teleponnya tanpa mengucapkan salam.
Sementara Nadira selepas menerima telepon dari Robi hanya mengelus dada. Belum tubuhnya sehat sudah nambah masalah. Membuka ponsel yang masih dipegangnya, ia mencari tahu apa penyebab Robi marah-marah kepadanya.
Ternyata, foto Robi menggendong dirinya ketika berada di klinik tersebar. Ada seseorang yang memang sengaja memotret dan menyebar luaskan. Apalagi judul berita gosip mengatakan kalau Robi adalah kekasih baru Nadira setelah putus dari Marcell.
"Cobaan apa lagi ini, Ya Allah?" lirih Nadira.
Pintu kamar terbuka, Nana membawa nampan berisi makanan dan minuman. Meletakkannya di nakas.
"Terima kasih, Ma!"
"Kamu dapat telepon dari siapa?"
"Dari Robi, Ma."
"Temannya Syahrul?"
"Iya, Ma."
"Mau apa dia?"
"Dia mau aku klarifikasi berita hari ini, Ma."
"Oh, berita itu!" Nana tampak kelihatan santai dan tak mempermasalahkannya.
"Mama sudah tahu berita itu?"
"Sudah. Menurut Mama lebih baik begitu, kamu jadi terkenal."
"Tapi, Kak Robi merasa dirugikan, Ma."
"Kamu datangi semua media dan jelaskan. Ingat Nadira, di sini kita yang diuntungkan!" kata Nana tersenyum senang.
Robi sm Anissa
biar sm² bs memperbaiki diri