Berjuang dengan penyakit yang dia derita selama ini malah mendapatkan pengkhianatan dari suami.
Arkan. Suami yang dia percaya selama enam tahun untuk menjaga anaknya, malah mengkhianatinya.
Yang membuat dirinya sakit hati, ternyata Arkan sedang bercinta dengan perawat yang bekerja di rumahnya untuk membantunya sembuh.
Nyatanya mereka berdua mengkhianatinya, saat itu juga dia bertekad untuk membohongi keduanya supaya kebusukan yang mereka lakukan terbongkar.
Bisakah Amel membongkar semua kebusukan yang mereka lakukan selama ini? Atau memilih setia dalam rumah tangga untuk kebahagiaan kedua anaknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiara sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 33 : hinaan para tetangga
Sedangkan di tempat lain, anggota keluarga Lea sudah menerima kenyataan pahit bahwa putri kesayangannya hamil. Tidak dengan para tetangga, tidak tau siapa yang memberitahu berita tersebut tapi semua orang sudah mengetahuinya.
Lea tidak berani keluar rumah, setiap keluar rumah ada aja yang membicarakannya. Hinaan, cacian, sampai apapun itu sudah dilakukan oleh Lea. Tinggal dikampung tidak mudah, kampung bukanlah kota mungkin di kota tidak dipermasalahkan tentang hamil di luar nikah.
Tetapi di kampung pasti dipermasalahkan, itulah yang dirasakan Lea selama tinggal bersama dengan bayinya. Semua orang pada membicarakannya, tidak hanya dirinya saja yang dibicarakan anggota keluarganya pun terus dibicarakan.
Saat Lea ingin keluar untuk mengantar makanan, dia tidak sengaja mendengar suara yang amat dia kenali. Suara itu berasal dari adik perempuannya sedang ngobrol dengan ibunya.
"Kakak kenapa datang ke rumah ini sih Bu. Semenjak ada dia semua orang pada membicarakan keluarga kita bu, harusnya dia tidak ada di sini dari pada menyusahkan keluarga ini." tutur sang adik yang usianya sudah menginjak belasan tahun.
Lea terdiam sambil menunduk mendengar perkataan adiknya, "Kamu jangan bicara gitu nanti kakak mu dengar."
"Biarin aja dia dengar Bu. Bagus malah dia dengar, supaya dia sadar kalau dia datang kemari hanya menyusahkan keluarga ini." ucapnya dengan lantang, itupun di dengar semua oleh Lea.
Adik yang begitu dia cintai sudah mulai membencinya, entah siapa lagi yang benci kepadanya. Mungkin orang luar sudah terbiasa menghinanya, tapi ini adiknya sendiri yang mengatakan hal itu.
Apa dia salah mengambil keputusan tinggal di kampung dalam kondisi hamil? Mau sampai kapan gosip dan omongan tidak enak ini berakhir, Lea berusaha bangkit dan tersenyum saat dia muncul di hadapan mereka berdua.
"Bu." panggil Lea membuat keduanya terkejut saat mendengar dan melihat Lea.
"Dimana bapak Bu? Ini bekal makan siangnya ketinggalan." ucap Lea, Lea seakan-akan tidak mendengar apapun dan melupakan kejadian dimana sang adik mulai membencinya.
"Bapak udah ke ladang nak. Kamu ke sana aja antar makanan untuk bapak." timpal sang ibu membuat Lea mengangguk.
Lea dengan perasaan yang hancur mulai melewati adik perempuannya, sedangkan wanita itu tidak berani menatapnya dan menyapanya lebih dulu.
Selama Lea melangkah semua orang terus memperhatikannya, bagi Lea sudah terbiasa dengan hal itu tapi dia tidak tahu gosip ini sampai kapan selesainya.
"Pak." Lea memanggil dari kejauhan saat tangannya melambaikan tangan, Lea berjalan dengan cepat menghampiri sang ayah.
"Kamu buat apa ke sini. Biasanya ibumu yang antar makan siang untuk bapak kenapa kamu." lelaki itu berjalan bersama dengan Lea menuju tempat yang terbuat dari bambu.
"Ibu lagi sibuk pak. Dari pada bapak kelaparan lebih baik aku yang antar makan siang untuk bapak."
Lelaki itu tersenyum, mata lelaki itu terus menatap Lea yang sibuk menyiapkan makan siang. Mungkin dia terkejut saat mengetahui berita kalau putrinya hamil, tapi saat ini dia sebagai orang tua sudah menerimanya.
Seburuk apapun dia pasti menerima anaknya, tanpa melihat keburukan dari sang anak. Saat mereka asik makan Lea tidak sengaja mendengar pembicaraan para pekerja yang bekerja di sawah, mereka semua seperti membicarakan dirinya.
Pembicaraan mereka dan suara mereka sangat jelas ditelinga, sang ayah menyentuh punggung tangan Lea seperti memberikan ketenangan. Lea menatap sang ayah dan memberikan senyuman manis, walaupun senyuman itu sengaja dia paksa untuk menyakinkan ayahnya kalau dia baik-baik saja.
***
Lea beserta keluarga tidak pernah mempermasalahkan omongan orang, yang ia pikirkan saat ini ialah anak dari rahimnya. Sekarang anaknya sudah memasuki lima bulan, dan dua bulan lagi anak ini akan lahir ke dunia.
Lea memutuskan pindah rumah, ia membeli rumah untuk dirinya tinggal bersama dengan anaknya. Hanya rumah kecil tapi dia yakin rumah ini akan menjadi kenangan.
...*Saat siang hari*...
...*Saat malam hari*...
Selama bekerja di kota Lea mengumpulkan uang untuk di simpan, pada akhirnya uang yang ia simpan selama ini berhasil membeli kebun dan tanah untuk membangun rumah impian bersama dengan putranya.
Anak yang dia kandung berjenis kelamin laki-laki, sebentar lagi anak ini akan lahir dan dia akan tinggal di rumah ini bersama dengan anaknya.
Lea bersama kedua orang tuanya mengecek masa pembangunan rumah, walau rumah hanya memakai kayu dia sudah sangat senang saat rumah yang ia impikan sudah terwujud.
"Rumahnya sudah jadi nak. Bapak sama ibu bangga sama kamu, kamu bisa membangun rumah dan membuktikan ke semua orang kalau kamu bisa mewujudkan impian kamu." ucap sang ayah yang melihat bagaimana rumah yang selama ini diimpikan Lea.
Lea tersenyum saat dirinya berhasil, dia berharap rumah ini akan menjadi kenangan indah bersama dengan anaknya.
"Ayo Bu kita masuk. Ayah mau lihat dalamnya seperti apa." mereka bertiga masuk ke dalam, ternyata rumahnya indah dan menawan.
"Rumah ini bagus sekali nak. Bapak bangga sama kamu, tapi nak... Apa kamu yakin mau tinggal di sini berdua sama anak kamu." lelaki itu melirik Lea saat pria itu menyentuh tangga.
Lea tersenyum, "Aku yakin pak. Dari pada aku tinggal di sana yang ada orang-orang pada membicarakan keburukan aku."
"Maafkan bapak sama ibu. Bapak gak bisa nolong kamu dan bantu kamu, bapak sama ibu cuman bisa bantu doa buat kamu dan cucu bapak."
"Gak apa-apa pak. Aku udah senang bisa kumpul sama bapak dan ibu, maaf selama ini aku banyak menyusahkan kalian."
Selesai melihat kondisi rumah, ketiganya memutuskan untuk makan malam di rumah baru. Sudah ada beberapa barang yang Lea cicil untuk ditempati olehnya nanti, tinggal menunggu barang lagi yang akan memenuhi isi rumah baru.
"Kandungan ibu masih sehat dan bayinya sangat aktif di dalam. Saya senang ibu dan anak sehat, semoga kedepannya akan tetap aktif dan sehat ya Bu." ucap sang dokter yang menangani kandungan Lea selama pemeriksaan.
Lea tersenyum sambil mengelus perut buncit, "Terima kasih dok."
Lea memiliki tiga adik dan satu kakak laki-laki, dan dia anak kedua dari lima bersaudara. Ketiga adiknya ada yang sudah lulus ada juga yang masih sekolah, selama ini dia dan kakak laki-laki yang membantu perekonomian keluarga.
Tetapi dunia berbalik kepadanya, ia memiliki seorang anak tanpa suami. Suami dari anak ini tidak mau bertanggung jawab, anak ini hasil perbuatannya selama ini. Walau begitu dia akan melindungi dan menyanyi anak ini.
"Kakak senang kamu sehat-sehat aja. Maafkan kakak, kakak gak bisa bantu banyak. Hanya ini yang bisa kakak bantu untuk kamu dan keponakan kakak."
"Gak apa-apa kak. Maafin aku sudah merepotkan kakak." Lea berada di parkiran saat sang kakak terus menggenggam tangannya.
Tangan lelaki itu menyentuh dan mengelus kepalanya, "Ya sudah lebih baik kita pulang. Nanti masalah rumah baru kamu, akan ada orang yang akan mengantar perabotan baru." ucap sang kakak.
Lea dan juga kakak lelakinya duduk di jok motor, Lea memeluk pinggang kakak laki-lakinya dengan erat. Selama berjalan Lea merasa nyaman di pelukan sang kakak, hanya kakaknya yang mau membantunya. Tanpa membenci dirinya saat sang kakak tahu kalau ia hamil.
Malah lelaki ini yang menguatkannya, dan membangkitkan dirinya supaya tegar. Akhirnya ia bisa bangkit dalam masalah, walau banyak rintangan yang ia hadapi tapi ia kuat untuk melakukan rintangan tersebut.
9 bulan. Akhirnya yang mereka tunggu-tunggu tiba juga, Lea sekarang sudah berada di klinik dekat rumah. Walau jarak cukup jauh tidak masalah demi anak yang ia kandung, perawat yang menjaga di klik memintanya untuk rujuk ke rumah sakit besar yang ada di perkotaan.
Aden, kakak laki-lakinya selalu berada di sampingnya. Dia selalu melindungi Lea sampai Lea tiba di rumah sakit yang ada di perkotaan, rumah sakit besar yang di rujuk untuk masa melahirkan nanti.
"Kamu tenang kakak yakin kamu pasti kuat." Aden terus menggenggam tangan Lea dengan kuat saat melihat sang adik sudah berkeringat.
"Sakit kak." rintih Lea yang terus menggenggam tangan Aden dengan kuat.
Lea sudah berada di ruang perawatan, sekarang mereka sedang menunggu proses induksi kehamilan. Dokter mengatakan kalau anaknya akan lahir malam hari, nyatanya perut terus merasakan sakit yang luar biasa.