Queen memilih memendam perasaannya pada Safir, karena tidak ingin merusak hubungan persahabatan mereka berdua. Queen pikir, selama ini Safir juga memiliki perasaan yang sama seperti dirinya. Perasaan itu semakin bersemi di hati Queen karena sikap Safir yang begitu perhatian terhadap dirinya. Meskipun perhatian tersebut tidak terang-terangan di tunjukkan oleh safir karena sikapnya yang pendiam dan juga dingin. Namun, siapa yang bisa menduga jika setelah mereka lulus kuliah, Safir datang ke rumah untuk melamar. Bukan Queen yang di lamar oleh Safir, tapi Divya. Bagaimana kisah selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nia masykur, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 33 Cantik
Siapa yang bisa menduga, baru saja Safir menoleh kebelakang, bukan Divya yang terlihat menggunakan kebaya pengantin di penglihatan Safir. Melain bayangan Queen yang tersenyum manis dan menatap dirinya.
Senyuman Queen yang sudah lama tidak pernah Safir lihat. Senyuman Queen yang mampu menggetarkan hati Safir. Senyuman yang ternyata begitu Safir rindukan. Hingga tanpa terasa kegundahan hati karena mencari jawaban sejak satu bulan lalu, akhirnya Safir dapatkan hari ini.
'Apakah aku tidak mengenali diriku sendiri? Apa aku tidak bisa mengerti dengan apa yang aku mau sebenarnya? Kenapa sekarang jadi seperti ini?' keluh hati Safir yang kini hancur dengan keputusannya sendiri.
Safir berpikir, Tuhan memberikan jawaban atas kekalutan hatinya di hari pernikahan karena ini adalah sebuah balasan atas segala tingkah lakunya. Dirinya sudah membuat hancur hati kedua orang tuanya. Dan sekarang ini adalah hasil yang harus Safir terima.
Segala tumpukan dosa kini rasanya telah memberatkan punggung Safir. Ia sudah tidak tahu lagi dengan apa yang akan terjadi degan dirinya kedepannya nanti. Mengingat sudah ada banyak orang yang telah mengingatkan dirinya. Zantisya, Ruby, dan Reina adalah orang-orang yang telah gencar mengingatkan dirinya. Tapi sejak awal, sesuai dengan keputusan yang sudah Safir buat, maka Safir tetap memilih Divya.
Semua ucapan orang tua kini memenuhi kepala Safir. Bahkan Reina sebagai orang tua Divya dan Queen justru memintanya untuk memikirkan ulang. Mungkin ini yang di maksud oleh Reina, kalau yang sebenarnya Safir sukai adalah Queen. Namun, dengan segala penolakan saran yang sudah di berikan, sekali lagi Safir telah membuat janji pada Reina bahwa ia akan bertanggung jawab dengan keputusan yang telah ia buat.
'Bunda, Ayah. Maafin Safir,' gumam hati Safir penuh sesal.
Sekalipun ijab kabul belum di lakukan, tapi tetap saja semua ini tidak bisa Safir putusakan sesuai dengan jawaban yang sudah ia dapatlan. Sadar diri jika Safir harus bertanggung jawab. Sadar diri kalau ia tidak bisa membuat kecewa dua keluarga yang sudah nampak bahagia. Atau bahkan membuat malu dua keluarga yang akan bersatu.
Safir jadi sadar diri, dirinya pasti sudah menyakiti Queen. Maka sekarang dirinya juga tidak boleh menyakiti Divya. Entah akan seperti apa jika mulutnya sampai kelepasan berucap hingga melukai banyak orang.
Melihat anaknya yang kembali mengusap air mata, membuat Zantisya beranjak sambil meraih tissue yang asa di dalam handbag miliknya.
"Apa Divya secantik itu, sampai membuat kamu terharu?" tanya Zantisya sambil mengusap kedua mata Safir.
Safir hanya tersenyum kecil. Mendapatkan pertayaan seperti ini, membuat hatinya semakin terasa seperti di tusuk. Sadar diri kalau sejak awal, ucapan Zantisya adalah yang paling tepat. Tapi sekarang, dirinya sudah tidak bisa berbuat apapun. Selain menerima dan bertanggung jawab atas pilihannya dan keputusannya sendiri.
"Ayo duduk," ucap Zantisya saat Divya sudah mendekati kursi.
Begitu Divya dekat, barulah bayangan Queen hilang. Karena untuk sesaat, Safir melihat Queen asli yang jalan menunduk. Ketika Reina dan Nissa mengantarkan Divya ke kursi ijab kabul, Queen dan saudara lainnya langsung menuju kursi yang sudah di siapkan. Bahkan untuk sesaat saja, Queen tidak mengangkat wajahnya untuk melihat Safir. Kini Safir sepenuhnya sadar, kenapa Queen memutuskan berhenti kerja secara tiba-tiba.
'Aku minta maaf, Queen,' gumam hati Safir. Kemudia lelaki tersebut ikut duduk. Berdampingan dengan Divya.
"Sepertinya Mas Safir sudah tidak sabaran lagi untuk menikah ya? Sampai tertegun dan terharu melihat Mbak Divya," ucap penghulu yang iseng meledek Safir.
Safir hanya tersenyum samar. Wajahnya terlihat malu di saat hatinya sedang menangis.
"Kenapa menatapku sampai seperti tadi? Apa aku terlihat begitu cantik?' tannya Divya berbisik.
Untuk beberapa saat Safir terdiam. Tangannya mencengkeram erat lututnya. Karena secara tiba-tiba, kakinya terasa bergetar karena menyadari diri.
"Iya. Kamu sangat cantik, Di."
Divya tersenyum samar, andai saja wajahnya tidak berbalut make up, mungkin saat ini wajah Divya akan terlihat jelas kalau wajahnya sudah memerah malu.
"Baiklah, karena mempelai pengantin sudah memasuki ruangan ini, maka sekarang saatnya untuk melangsungkan ijab kabul. Silahkan, Bapak Hendri."
demo rumah emak guys