Karena dikhianati oleh sang kekasih membuat Inez hancur sehancur-hancurnya dan dia memilih menenangkan diri di taman kota, tak sengaja juga dia menyelamatkan seorang bocah kecil tampan saat di ganggu oleh anak-anak jalanan namun tiba-tiba bocah itu memanggilnya dengan sebutan mama.
"Mamaaaa!" ucap bocah kecil itu.
Disisi lain seorang bocah kecil tersesat di taman kota dan di bantu oleh seorang wanita cantik pun membuat dia memanggilnya mama, itu karena dia sangat merindukan sosok seorang ibu yang tidak pernah dia rasakan sejak lahir dan saat melihat wanita itu bocah itu langsung menginginkan wanita itu menjadi mamanya.
Bagaimanakah kelanjutan ceritanya?
Yukkk kepoinnnn ceritanya!!
🥕🥕🥕
Follow Instagram @lala_syalala13
Follow TikTok @Lala_Syalalaa13
Follow Facebook @Lala Syalala
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lala_syalala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 33_Pengantin Baru
Pagi harinya Inez bangun terlebih dahulu karena sinar matahari yang menerpa membuat matanya mau tak mau harus terbuka dan ia merasa berat di bagian perutnya seperti ada yang menimpanya.
Saat ia membuka mata betapa terkejutnya Inez ternyata lengan kekar Bara sedang melingkar indah di perut rata Inez.
Awalnya Inez sangat terkejut saat ada pria yang tidur di sampingnya namun dia langsung ingat bahwa kemarin dia baru saja menikah.
Inez berusaha memindahkan tangan tersebut setelah itu ia masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Saat ia keluar Inez melihat Bara yang masih saja tidur dengan enaknya tanpa bergerak sekalipun.
Inez segera membangunkan Bara karena mereka hari ini harus check out dari hotel dan kembali ke mansion Bara.
"Kak bangun!" ucap Inez mencoba membangunkan Bara dari tidurnya.
"Ehhhhh," Bara merenggangkan tubuhnya mencoba menyadarkan dirinya dengan membuka matanya perlahan.
"Ada apa?" tanya Bara dengan suara serak khas orang bangun tidur.
"Kak bangun ini udah jam berapa coba," ucap Inez karena geram dengan sang suami yang tidak bangun juga.
"Bentar lagi masih ngantuk," sahut Bara kemudian kembali tidur.
"Kak kita harus segera check out kamar hotel," ujar Inez dengan menggoyangkan lengan Bara.
"Kita nginep sehari lagi ya Nez, saya mau di sini aja dulu!" ucap Bara dengan masih memejamkan matanya.
"Ih kakak mah emang gitu!" bete Inez kemudian akan pergi meninggalkan Bara sendirinya di kamar.
Dia berfikir mungkin dia harus menemui Daniel saja yang ngeyelnya tidak separah sang papanya.
Namun saat Inez akan pergi tangannya tiba-tiba ditarik oleh Bara dan karena Inez kurang keseimbangan sehingga dia terjatuhnya di kasur dimana dia jatuh menimpah Bara.
Bara yang tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan segera ia melihat lekat semua sudut wajah cantik Inez, kemudian langsung menyambar bibir tipis sang istri yang membuatnya candu.
Awalnya Inez memberontak namun tenaganya tidak sebanding tenaga Bara meskipun dalam kondisi bangun tidur, akhirnya Inez pun pasrah dan menanggapi permainan sang suami.
Setelah merasa kehabisan nafas Inez pun segera menyuruh Bara untuk mandi karena sudah mendapat stamina, Bara pun masuk ke kamar mandi dan membersihkan diri.
Inez menyiapkan baju sederhana yang di gunakan oleh Bara nanti dan beres beres beberapa barang yang sekiranya penting untuk dibawa kembali ke mansion.
Setelah beberapa saat Bara pun selesai mandi, dia keluar dengan kimono yang melekat di tubuhnya.
"Ini kak pakaiannya," sahut inez memberikan pakaian yang sudah ia siapkan.
Bara pun menerimanya dengan senang hati kemudian mengganti pakaian nya dan setelah siap-siap, mereka berdua pun sudah cantik dan tampan.
"Ayo turun," ajak Bara dan mendapat anggukan dari Inez.
Mereka pun turun ke bawah dengan perasaan senang ralat santai buat Bara namun gugup buat Inez, dia masih tidak menyangka bahwa sekarang dia sudah memiliki seorang suami.
Sepanjang perjalanan Bara pun terus saja menggandeng tangan istrinya tersebut agar orang-orang menganggap mereka romantis.
"Kak jangan gandeng terus dong!" ucap Inez merasa malu karena di tatap oleh beberapa orang yang juga masih tamu undangan di pesta resepsinya kemarin.
"Udah biarin, mereka juga tahu kalau kita pengantin baru. Mereka akan merasa curiga jika saya berjalan sendirian." ujar Bara cuek dan sesekali ia juga menyapa rekan rekannya.
Entah dari kapan Bara mulai posesif dan bucin dengan Inez namun yang ia rasa hari ini dan hari seterusnya hidupnya akan sangat bergantung pada Inez apa lagi sang anak nanti.
Mereka menuju ke lantai dua untuk breakfast dan saat sampai di sana Inez dan Bara bisa melihat keluarga mereka sedang asik mengobrol.
"Mama!" teriak Daniel saat melihat Inez berjalan menghampiri mereka.
"Sayang," sahutnya sambil memeluk Daniel.
"Pagi semuanya!" sapa Bara dengan raut wajah datarnya.
"Pengantin baru nih," sindir mama Laras.
"Iya, datangnya telat lagi!" sindir mama Feby yang ikutan sama mama Laras.
"Hehe," hanya tawa renyah keluar dari mulut bara.
Sedangkan Inez sedang asyik jongkok mensejajarkan tubuhnya dengan Daniel yang masih saja memeluknya.
"Duduk sini Nez," ucap Bara dan Inez pun menurutinya, Bara mengambil alih Daniel ke gendongannya.
"Gimana tokcer gak bar?" goda papa Dion.
"Apanya, Inez kedatengan tamu!" sahut Bara dengan wajah cemberut.
Semua orang yang mendengarkan lah itu lah luput dari tawa dan membayangkan Bara yang frustasi karena harus menahan gejolaknya.
"Kok pada ketawa sih?" tanya Bara dengan nada tidak suka.
"Seneng kalian," protesnya lagi dengan muka jutek.
"Udah kalau gitu waktu gak ada tamu aja tokcer in, katanya cucu Oma ini pingin cepet-cepet punya adik!" ujar mama Laras membuat pipi Inez bersemu merah.
"Udah ma jangan godain pengantin baru mulu gak lihat tuh pipinya menantu mu udah mau meledak!" lanjut papa Dion.
"Iya iya pa."
Setelah itu mereka pun mengambil makanan yang di inginkan dengan lahap hingga terkuras habis itu makanan.
Mereka sekarang sedang mengobrol kecil antar keluarga, keluarga Inez memang bukan dari keluarga orang kaya, ayah dan ibunya adalah seorang guru, ayahnya guru SD sedangkan ibunya guru TK.
Ayahnya dulu pernah mencoba bisnis namun bangkrut dan harus membayar hutang ke bank yang cukup banyak sehingga dari itu Inez berusaha untuk terus melunasinya hingga dia harus kerja keras.
Gaji mereka juga tak seberapa hanya cukup untuk memenuhi isi piringnya dan sekolah untuk anak.
Meski tidak banyak gaji yang di terima orang tua Inez sangat bersyukur karena tetap di beri rezeki.
Maka dari itu saat awal tahu tempat pemberkatan dan juga resepsi yang di gunakan membuat ketiganya melongo tak percaya karena konsep semuanya seperti dari negeri kayangan.
Saat akan menyumbang untuk biaya pernikahan Bara langsung menolaknya dan mengatakan bahwa ini semua demi Inez.
Keluarga Inez tadi menyuruh Bara untuk menemui mereka tanpa memberitahukan Inez karena mereka tahu Inez kalau tahu pasti ingin ikut.
Tok tok tok tok
Bara mengetuk pintu kamar hotel dari orang tua Inez.
Ceklek
Menandakan pintu tersebut di buka dan menampakkan mama Feby yang menyambutnya dengan hangat.
"Masuk nak," sahutnya menyuruh Bara untuk masuk.
"Iya ma, terima kasih."
Setelah itu Bara pun masuk ke kamar tersebut ternyata di sana ada papa Yohan yang sudah duduk manis.
"Papa mama." sapa Bara mulai membiasakan diri memanggil orang tua Inez dengan sebutan tersebut.
"Duduk nak," sahut papa Yohan.
"Ada apa pa, ma?" tanya Bara saat dia baru saja duduk.
"Ini nak pemberian dari kami, meski tak banyak tolong di terima." Mama Feby memberikan sebuah card untuk Bara.
"Ini apa ma, pa?" tanya Bara karena langsung diberi card seperti ini.
"Bara, papa dan mama mohon kamu terima ini sekaligus terima kasih sudah mau dengan Inez. Kami juga berharap kamu akan selalu menyayangi Inez dan membahagiakannya!" sahut papa dengan wajah terlihat sendu.
"Tanpa mama dan papa suruh Bara pasti akan membahagiakan Inez karena dia sekarang adalah tanggung jawab Bara dan untuk card ini lebih baik mama dan papa simpan saja untuk membeli kebutuhan keluarga biar Inez menjadi tanggung jawab saya," ujar Bara mencoba meyakinkan sang mertua.
"Astaga Bara, mama dan papa sangat senang akhirnya Inez tepat memilih calon lelaki idamannya," sahut mama dengan meneteskan air mata.
"Kami menabung uang agar nanti saat menikah Inez tidak terlalu pusing urusan uang," lanjut mama dengan tetap menangis.
"Sudah ma jangan menangis lagi." papa Yohan menenangkan istrinya.
"Mama dan papa tidak perlu khawatir lagi ya karena Bara janji tidak akan membuat hati Inez sakit lagi dan akan menjadikannya sebagai ratu dalam keluarga kecil kami," sahut Bara.
Mama Feby dan papa Yohan pun mulai luluh dan bisa bernafas lega karena ucapan Bara tadi yang menjamin hidup Inez yang lebih baik.
Namun sayangnya bara belum tahu bahwa keluarga Inez tidak lah se damai yang terlihat, ada tanggung dan beban dari Inez karena memang Inez belum memberitahukan hal tersebut karena Inez tidak ingin menikah karena ada keinginan tertentu, biarlah dia sendiri yang mengurus tentang hutang sang ayah.
Inez juga sudah memberitahukan hal tersebut ke orang tuanya agar tidak memberitahukan hal tersebut kepada Bara dan juga keluarga Wijaya lainnya.
Setelah pembicaraan itu Bara pun kembali ke kamar dan memperlihatkan Inez yang sedang asyik melihat pemandangan dari balkon kamar mereka.
.
.
Bersambung.....
liburan ditempat mewah ..enak banget ..
asikkk deh ..