"Aku mencintainya mom."
"Apa?"Mommy Amira tampak terkejut mendengar pengakuan anaknya."Jangan becanda kamu Vano,mau ditaro dimana muka Mommy dan Daddy ini kalau semua orang tau kamu menjalin hubungan dengan anak seorang pembantu."
Vano seorang duda yang istrinya meninggal dalam kecelakaan dan telah dikaruniai seorang anak.Setelah istrinya meninggal tidak pernah sekalipun Vano mengenalkan wanita manapun kepada kedua orang tuanya.Bahkan sudah ada beberapa wanita yang dikenalkan oleh kedua orang tuanya dari seorang model,penyanyi,pengusaha dan semuanya ditolak oleh Vano.
Tapi siapa sangka ternyata Vano menaruh hati kepada seorang gadis cantik dan juga sederhana anak pembantu yang bekerja dirumahnya.
"Bagaimana kisah mereka,akankah cinta berbeda kasta itu direstui oleh kedua orang tua Vano.Ikuti terus ceritanya!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy_Ge, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33.Kemarahan Vano
Akhir pekan ini Vano putus kan untuk kembali pulang namun sebelum itu ia menyempatkan untuk mengecek beberapa pekerjaan nya.
Vano berharap sudah tidak ada masalah lagi ke depan nya agar ia tidak perlu sering-sering turun langsung kelapangan seperti ini.
Vano juga tak ingin sering berpisah dengan Vania dan Raya.Bahkan ia sudah sangat merindukan kekasih kecil nya itu.Seperti ada yang kurang jika sehari saja tidak bertemu Raya.
Disela-sela kesibukan nya Vano mau meluangkan waktu untuk mencari oleh-oleh untuk Raya.Sesuatu yang tidak pernah Vano lakukan selama ini.
Vano meninggalkan hotel menuju proyek dan rencana nya ia akan melakukan penerbangan disiang hari,agar sore sudah tiba dirumah.
.
.
Biasanya jika Vano sedang keluar kota mbak Ana tidak libur diakhir pekan seperti saat ini.Namun karena saat ini ada Raya yang dapat menjaga Vania maka mbak Ana tetap libur seperti biasa.
Disini lah Raya saat ini,diruang bermain Vania.Raya sangat sabar menemani dan menuruti permintaan Vania.
"Teteh nanti kalo papa pulang kita jalan-jalan lagi ya."ajak Vania.
"Oke sayang."
Disudut ruangan nyonya Amira dan tuan Andrew tampak sedang bersantai sembari mengawasi sang cucu.
Tidak lama terdengar suara ponsel nyonya Amira berbunyi."Iya,tolong suruh tunggu, sebentar lagi saya kesana."ucap mommy Amira pada si penelepon.
Setelah berbicara sebentar dengan sang suami mommy Amira mendekati Raya."Ray, tolong jagain Vania ya,saya akan keluar sebentar."
"Baik nyonya."
"Mungkin siang nanti saya sudah pulang."
"Iya nyonya."
Mommy Amira beralih berpamitan pada Vania."Oma sama Opa mau ke butik dulu ya sayang,Nia dirumah aja sama teteh Raya."
"Iya oma,hati-hati."
Mommy Amira dan tuan Andrew kemudian pergi meninggalkan Vania dan Raya.Melihat Raya yang sangat menyayangi Vania membuat nyonya Amira merasa aman untuk meninggalkan Vania bersama Raya.
Pukul satu siang nanti Raya akan pergi kerumah sang kaka untuk menghadiri acara ulang tahun keponakan nya.Tadi nyonya Amira mengatakan jika siang nanti ia sudah kembali.Maka Raya akan pergi setelah nyonya Amira pulang.
Vania kembali bermain dengan Raya.Hingga pukul 12 siang nyonya Amira juga belum kembali.Raya kemudian membawa Vania ke kamar nya karena ia harus siap-siap untuk pergi ke rumah kakak nya.
Sudah pukul satu siang nyonya Amira tetap saja belum datang.Raya tampak gelisah,lalu ia menghampiri sang ibu."Bu nyonya Amira belum datang,neng minta tolong jagain Vania ya."
Vania sejak tadi terus mengekor ke manapun Raya pergi."Nia mau ikut teteh aja,Nia nggak mau di rumah."Vania merengek saat mengetahui Raya akan meninggalkan nya.
"Nia di nggak usah ikut ya,rumah kakak teteh jauh."ucap Raya memberi pengertian.
Namun Vania yang mendengar larangan Raya pun seketika ingin menangis membuat Raya tak tega melihat nya.
"Coba hubungi nyonya neng,izin dulu untuk membawa Vania."titah bi Tati kepada Raya.
"Iya bu."Raya kemudian menghubungi nyonya Amira.Namun hingga panggilan yang ketiga nyonya Amira belum juga menjawab nya.
Raya kemudian memesan taksi online.Vania juga ikut bersama Raya.Karena Vania terus merengek membuat Raya tak tega untuk meninggalkan nya.
Sesampainya dirumah sang kakak acara ulang tahun sudah dimulai.Raya telat satu jam dari waktu mulai nya acara.Namun beruntung ia dan Vania masih dapat mengikuti sisa acara.Vania terlihat senang sekali.
Selesai acara Kakak ipar Raya meminta nya untuk tidak langsung pulang."Nanti aja pulang nya Ray diantar kakakmu."
"Naik taksi aja teh,Raya bareng Vania.Takut Vania nggak nyaman naik motor."
"Oh gitu,yaudah."ucap kakak ipar Raya."Kamu makan dulu gih,ajak Vania juga."
"Iya teh."
Raya kemudian makan serta menyuapi Vania.Melihat Vania yang tak risih berbaur dengan keluarga nya membuat Raya merasa senang.Vania begitu di manja namun Vania juga sangat pengertian.Tidak rewel saat berada di tempat yang baru.
"Suka sayang?"tanya Raya.
"Suka teteh."jawab Vania sembari menerima suapan dari Raya.
"Ray maaf ya mbak nggak dateng waktu Bapak meninggal."ucap kakak ipar Raya.
"Iya nggak apa-apa teh.Doa nya aja."
"Iya.Ibu gimana kabar nya Ray?"
"Ibu baik teh,ibu nggak bisa izin kerja jadi nggak bisa kesini."
"Nggak apa-apa Ray,lain waktu aja kalo ibu ga sibuk ajak kesini."
"Iya teh."
Hari sudah semakin sore Raya kemudian pamit dari rumah sang kakak dan pulang menggunakan taksi online.
Sore hari seperti ini jalanan kota sudah pasti macet.Membuat Raya dan Vania telat sampai rumah.
.
.
Vano sudah tiba dirumah sejak pukul 5 sore tadi tidak berapa lama setelah itu mommy Amira dan daddy Andrew pun datang.
Mommy Amira menemani Vano diruang keluarga sedang daddy Andrew langsung pamit keruang kerja nya.
"Mom gimana ini ponsel Raya mati."Vano sangat panik, beberapa waktu lalu ponsel Raya masih bisa dihubungi namun tidak ada jawaban.
Vano juga meminta bi Tati untuk menghubungi Rifan,Rifan mengatakan jika Raya sudah pulang sejak satu jam lalu tapi kemana.Mengapa belum juga sampai.Dan saat ini ketika Vano akan menghubungi nya kembali ponsel nya malah mati.
"Sabar Van,mungkin sebentar lagi sampai."ucap mommy Amira menenangkan.
"Sabar gimana Mom,kalau terjadi apa-apa dengan Vania bagaimana."
"Bibi juga kenapa ngizinin Raya membawa Vania,kenapa ga hubungi mommy atau saya."ucap Vano penuh kemarahan kepada bi Tati.
Bi Tati yang merasa bersalah tampak terus menunduk dan menangis."Maaf Tuan,tadi Raya sudah mencoba menghubungi Nyonya,namun tidak ada jawaban."
"Kenapa tidak hubungi saya,kalian punya nomor saya kan."Vano semakin tak terkendali.
"Maaf saya takut mengganggu,karena Tuan sedang keluar kota."
"Sudah Van,kita berdoa agar Vania dan Raya baik-baik saja."
Mengingat Vania yang tidak pernah naik kendaraan umum membuat Vano khawatir akan keselamatan sang anak.Terlebih lagi hanya Raya yang menemani nya.
Ini adalah yang pertama untuk Vania pergi berdua dengan orang lain tanpa diantar oleh supir ataupun dikawal oleh orang-orang kepercayaan sang papa.Vania terlihat sangat menikmati nya.
Sedang dirumah Vano sudah tampak gelisah,kehilangan istri dengan cara yang tragis membuat nya takut jika sang anak mengalami hal yang sama.
"Itu non Vania dan Raya sudah pulang Tuan."tukang kebun dirumah Vano memberikan laporan.
"Mbak nanti langsung bawa Vania ke atas."titah Vano pada mbak Ana,saat mengetahui Vania tidak ada di rumah Vano menghubungi mbak Ana agar segera datang.
"Baik Tuan."mbak Ana tersenyum sinis,ia senang akhirnya Vano akan memarahi Raya.
"Papa."teriak Vania saat memasukkan rumah,Vania bahagia sekali sang papa sudah pulang.Ia tidak mengetahui jika sedang terjadi huru-hara dirumah nya.
"Nia ikut mbak Ana dulu ke atas ya,nanti Papa nyusul."
"Iya Papa."
Raya terlihat bingung,mengapa semua pekerja di rumah ini semua berkumpul kemudian ia melihat sang ibu yang sedang menangis.Ada apa ini.
"Dari mana kamu?"bukan lagi ketus namun kali ini Vano membentak Raya.
Raya tentu saja kaget mendengar nya."Da...dari rumah kakak saya Tuan."Raya sampai tergagap menjawab nya.
"Kenapa membawa Vania menggunakan taksi,siapa yang izinin kamu."Vano terus membentak hingga Raya menangis.Melihat hal itu bi Tati ingin sekali menghampiri Raya dan memeluk nya.Namun hal itu urung dilakukan ia tidak ingin Vano semakin marah.
"Maaf Tuan tadi tidak ada supir dirumah."jawab Raya sembari menangis.
"Kalo tau nggak ada,nggak usah pergi,ngerti kamu."
"Van sudah,toh Vania juga baik-baik saja."ucap mommy Amira.
"Biar saja Mom,biar nggak seenak nya dia disini."menunjuk dengan telunjuk nya tepat didepan muka Raya.
"Ajari anak nya bi,rumah ini ada aturan nya."ucap Vano kepada bi Tati.Kemudian Vano pergi ke lantai atas menyusul sang anak.
"Maafkan Vano ya bi."ucap mommy Amira pada bi Tati.
"Tidak apa nyonya memang saya dan anak saya salah."
Satu persatu pergi setelah bergantian menenangkan Raya dan bi Tati.Kemudian bi Tati membawa Raya ke kamar nya.
"Maafkan neng bu,gara-gara neng ibu jadi dimarahi."ucap Raya saat kedua nya sudah tiba didalam kamar.
"Ibu nggak apa-apa,kita memang salah wajar jika tuan Vano marah."
Raya tidak menjawab menurut nya Vano sangat berlebihan.Kemana sosok Vano yang lembut yang ia kenal selama ini.
Tatapan Vano sangat mengerikan jika sedang marah,Raya sampai menggelengkan kepala nya.Ia ingin menghilangkan bayangan wajah Vano yang sedang marah.Raya tak ingin mengingat nya lagi.