Amara gadis berusia dua puluh satu tahun ini terpaksa harus menikah dengan seorang pria yang bernama Aska sebagai penebus hutang ayahnya.
Ayahnya kabur begitu saja meninggalkan banyak hutang tanpa Amara ketahui.
Setelah menjadi istri, Aska memerintahkan Amara untuk merawat sang ibu yang sedang terbaring sakit.
Namun suatu saat Aska menikah lagi dengan seorang wanita yang ia cintai bernama Davina.
Jangan lupa Like,coment,vote dan favoritkan🥰🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ༂𝑾𝒊𝒚𝒐𝒍𝒂❦ˢQ͜͡ᵘⁱᵈ༂, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 33
Seminggu telah berlalu, sejak kepergian Marta. Suasana rumah masih terlihat sangat berduka. Amara akhir-akhir ini lebih banyak menghabiskan waktu untuk mengurung diri di kamar.
Pagi ini, terlihat sosok Aska menuruni anak tangga dengan pakaian kerjanya. Pria itu langsung saja menuju ke dapur karena perutnya sudah sangat lapar.
Di dapur, Aska tidak mendapati Amara maupun hidangan di meja makan. Biasanya di jam segini Amara sudah menyiapkan sarapan.
Aska lalu melangkah menuju kamar Amara. Dia memutar knop pintu. Aska menggeleng sebab Amara masih tertidur pulas.
Amara menyadari bahwa ada yang membuka pintu kamarnya. Ia menggeliat dari tidurnya, mengerjap lalu membuka matanya perlahan. Amara sedikit terkejut melihat Aska yang berdiri menatapnya. Ia pun langsung menyandarkan diri di dipan tempat tidur.
"Ada apa?" Tanya Amara.
"Kau tidak menyiapkan sarapan untukku dan Davina?" Tanya Aska dengan gugup saat melihat kedua mata Amara yang begitu sembab.
Amara menghembuskan nafas kasarnya. "Aku sedang tidak enak badan, sementara mintalah Davina untuk memasak, toh, dia jua istrimu kan!" Ucap Amara.
"Tapi.....Davina sedang hamil!"
Amara langsung saja turun dari tempat tidur, lalu menuju ke kamar mandi. Tak lama Amara keluar dari kamar mandi. Dia lalu keluar kamar dan beranjak menuju ke dapur untuk membuatkan Aska sarapan.
Amara berkutat dengan bahan-bahan masakannya, meskipun dengan keadaan yang kurang sehat. Amara juga membuatkan secangkir kopi hitam untuk Aska.
Dua nasi goreng telur mata sapi, hanya itu yang Amara hidangkan untuk Aska dan Davina pagi ini. Aska makan dengan begitu lahap, masakan yang di buat oleh Amara.Inilah mengapa Aska perlahan mulai menyadari bahwa adanya benih-benih cinta yang mulai tumbuh pada Amara. Selain cantik, Amara juga bisa memuaskan perutnya. Meskipun ia memiliki dua orang istri, tapi hanya Amara lah yang memasak makanan untuknya. Sebab Davina, istri keduanya itu hanya seribu tahun sekali memasak makanan untuknya.
Terdengar deru langkah kaki yang menuruni anak tangga, itu adalah Davina yang sudah berpakaian rapi. Dia menghampiri meja makan lalu melirik ke arah nasi goreng yang sudah Amara siapkan.
"Davina.....ayo sarapan lah dulu!" Aska menarikan kursi untuk Davina.
Davina lalu duduk tepat di samping Aska.
Amara, tanpa sepatah katapun ia langsung saja pergi meninggalkan Aska dan Davina yang berada di meja makan.
Aska memaklumi hal itu karena memang Amara terlihat seperti orang yang sedang sakit. Jadi ia pikir Amara pasti akan beristirahat di kamar.
"Dia kenapa? seperti tidak biasa." Tanya Davina.
"Sedang tidak enak badan," Jawab Aska.
Sementara di sisi lain, Ansel yang sedang berada di ruang kerjanya terus saja merenung. Dia menghisap dalam rokok yang sedang ia pegang di sela jarinya. Pandangannya menerawang menatap jauh menatap lurus ke depan. Ada yang menganggu pikirannya saat ini, yaitu wanita yang ia temui tempo hari yang lalu.
Dengan penuh percaya diri, Ansel kembali menelepon Amara. Lagi-lagi Amara tidak mengangkat telepon darinya. Ansel berdecak kesal, baru kali ini ada wanita yang mengabaikan dirinya.
"Hah, dari tadi teleponku tidak di angkat. Pesanku juga tidak di balas!" Gerutu Ansel.
Ansel lalu menelepon temannya Alden yang sekaligus juga asistennya. Dia meminta Alden untuk segera ke ruangannya.
Tak butuh waktu lama, Alden pun langsung datang ke ruangannya.
"Ada apa?" Tanya Alden.
"Kau harus membantuku!" Kata Ansel.
"Membantu apa?"
"Kau pergilah, cari tahu informasi tentang wanita itu." Titah Ansel.
"Wanita siapa, yang mana? ah.....apakah wanita yang kemarin sempat kau ceritakan padaku?" Tanya Alden.
"Benar, kalau tidak salah namanya adalah Amara. Aku hanya punya nomor ponselnya saja," Kata Ansel.
Ansel memberikan ponselnya pada Alden. Alden lalu menyalin nomor ponsel Amara ke dalam telepon genggamnya.
"Secepatnya aku akan cari tahu tentang wanita ini!" Ucap Alden yang hanya berbekal nama dan nomor ponsel.
"Baiklah, pergilah sekarang!"
Alden mengangguk, lalu ia keluar dari ruangan Ansel untuk segera mencari tahu informasi tentang Amara.
khadiran davina tk kn mmpu mngisi kekosongan hatimu.... dan sosok amara perempuan tulus... tk akn prnh trgntikan...
btw aku dari tahun 2025/Grin/